01

66.2K 5K 119
                                    

Kalo suka bisa like + comment ya guys tapi yang sovan-sovan aja disini lapak anti toxic meskipun ceritanya kaga.

Mata dengan netra sejernih lautan mengerjab menyesuaikan matahari yang masuk ke celah-celah jendela.

"Eughh... Rasanya tulang gue mau patah."

Dengan gerakan melentur hampir kayang membuat beberapa saat mematung karena menyadari langit-langit kamar yang tak biasa.

Sekelebat ingatan masuk dimana ia menyadari kalau ia sudah mati karena insiden salah urat saat latihan.

"Lah Anjuenggg... Gue mabok lem apa gimana? Ini dimana?! Demi ketua pulu-pulu di serial upin ipin. MAAKKK REVINA MAU PULANGG MAKKK... "

Teriakan membahana yang tak biasa membuat beberapa perempuan berpakaian pelayan masuk tergopoh-gopoh melihat kondisi perempuan yang baru saja berteriak nyaring.

"Permaisuri Axinella ada apa yang mulia?" Panik salah satu pelayan menanyakan kondisi tubuh dari majikannya.

Sejenak Revina melototkan matanya.

"Siapa? Aku?" Seperti orang linglung Axinella menunjuk dirinya seakan bertanya pada pelayan tersebut memastikan.

"Iya Permaisuri. Apakah ada sesuatu?"

"Siapa namaku?" Tanya cepat Revina membuat para pelayan saling tatap.

"Mungkin efek dari kelelahan setelah melangsungkan pernikahan semalam. Nama Permaisuri adalah Axinella Xaviera. Putri dari kaisar Xavier yang saat ini sudah diangkat menjadi Permaisuri karena semalam menikah dengan yang Mulia Rodolfo Gissofand."

"HAH?! SIAPA?! RODOLFO GISSOFAND?! SI TIRAN SOK GANTENG ITU?!" Ucap Revina membuat para pelayan tak kalah terkejut. Jika Rodolfo mendengar secara langsung ucapan Revina, maka dipastikan lidahnya akan terpotong.

"Eee yang Mulia Axinella jangan berbicara seperti itu dengan suami anda."

"Ooo iya-iya kalian bisa keluar sebentar? Aku ingin istirahat. Kepalaku sakit sekali." Revina mengingat bahwa sosok Rodolfo adalah pria yang beringas dan akan berhati-hati dengan ucapannya. Ya semoga saja bibirnya bisa diatur.

"Baik yang Mulia. Jika anda butuh sesuatu panggil saya."

"Siapa namamu?"

"Emm nama saya Diana yang mulia."

"Baik, kalian bisa pergi."

Melihat keheningan setelah kepergian para pelayan membuat Revina mengacak rambutnya kasar. Ia mencari cermin dan menatap pantulan dirinya. Sangat cantik. Visualisasi rambut keemasan dengan kulit putih bersinar dan mata sebiru lautan membuat ia terpana.

"Ini gue beneran masuk novel? Gue ngerasukin Axinella itu? Yang mati diludahin si anj*ng gobl*k itu? Yang itu?" Ucapnya bertanya-tanya pada cermin dihadapannya.

Ia meneliti kembali wajah cantik serta menempelkan kedua jemari lentik dan sebelah pipinya ke cermin.

"Teresa babiiiiii.... Huaaaa... Gue mau pulangg.... Masa gue harus continue death? Kan gak lucu! Emang game bisa di continue kalo mati? Huaaaa..." Ucapnya meratapi nasib dengan menggrosotkan pipinya ke cermin sampai posisinya terduduk.

"Gue gak mau mati. Sekali aja salah urat rasanya bukan maen masa mau mati lagi. Gak! Gak bisa! Gue harus punya rencana. Iya! Gue bakal minta cerai Rodolfo setelah gue bisa bangun usaha gue sendiri. Eh, gue juga harus bongkar kebusukan Retless si tua bangka kurang ajar itu. Ya kali gara-gara dia gue mati terus dia foya-foya? Ohhh tidak bisaa... Axinella pinter nih milih jiwa orang tau kali dia kalo gue ini cerdassssss. Eh tapi jiwa yang aslinya dimana? Ah bomat... Yang penting sekarang gue jadi Axinella."

180 Degrees (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang