35

43.7K 2.3K 137
                                    


SEBELUMNYA,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEBELUMNYA,

Maaf karena tidak bisa membalas komentar kalian. Saat ini Author sedang mengalami musibah karena tiba-tiba Handphonenya rusak. Namun sebisa mungkin saya mengupayakan untuk update dengan seadanya.

Jadi untuk Effort Author, saya harap pembaca sekalian dapat memberi banyak dukungan. Terimakasih banyak.


...

"ALFREEEEDDDDDDD!!!" Teriak Rodolfo dari depan kediaman Baron.

Alfred berdecak meninggalkan tubuh Axinella. Sedangkan jiwa Axinella yang asli mencoba masuk kembali kedalam raganya bersamaan dengan darah yang mengalir deras dari sisi kakinya. Perlahan matanya mengerjab.

"Aku kembali? Aku kembali." Ucapnya lirih sebelum hilang kesadaran.

Diluar Rodolfo dan Demond menunggu Alfred dengan bilah pedang yang masih tersisa darah segar. Dengan wajah kakunya, Rodolfo menatap nyalang Alfred yang datang menyeret Rethless.

"Dimana istriku?"

"Hahaha.... Istri? Dia milikku!"

"KAU PRIA SINTING."

"Habisi saja Rodolfo, jangan banyak bac*t." Ucap Demond dengan wajah datarnya.

"Baik. Mari kita bertarung." 

Suara pedang saling berayun dan membentur membuat suara nyaring. Pergolakan sengit diantara keduanya. Namun Rodolfo yang tidak punya kendali menyayat bagian tubuh Alfred bak binatang buas mengoyak mangsanya. Alfred menggeram merasakan sekujur tubuhnya mulai ngilu.

Crassss...

Rodolfo mampu memenggal kepala Alfred bahkan masih dengan beringas meskipun kepala tersebut terlepas, dia masih menancapkan pedangnya tepat di jantung Alfred. Demond segera membebaskan Rethless dan Rodolfo mencari keberadaan Axinella.

Awan di petang hari ini begitu gelap. Kepulan awan hitam dan angin kencang membuat Demond terhenyak. Ia segera bergegas menyusul Rodolfo dan mendapati pria tersebut sudah merengkuh tubuh lemah Axinella.

"Darah... apa yang bajing*n itu lakukan sayang?" Lirih Rodolfo menatap pedih Axinella.

"Yang Mulia Kaisar." Ucap Axinella dengan lemah tersenyum simpul melihat Rodolfo merengkuh tubuhnya.

Demond mematung dan mundur sejengkal menggelengkan kepala lemah. Menatap Axinella dengan pandangan yang sulit diartikan. 

"Segera bawa Permaisuri Yang Mulia." Ucap Demond membantu melepas rantai dengan nada datar.

"Tenanglah sayang, kau akan baik-baik saja." Ucap Rodolfo menggendong tubuh istrinya dan bergegas pergi. 

Demond mengikuti Rodolfo dengan tatapan tak lepas dari Axinella. Axinella diberi perawatan yang intensif dan pengawasan Rodolfo setiap saat. Sampai Rodolfo dibuat terkejut dengan kabar kondisi tubuh istrinya. Ia merasa sedih, kecewa, dan menyesal tidak dapat melindungi janin yang ada di perut istrinya. Axinella mengalami keguguran yang membuat Rodolfo terguncang dan terpukul. 

Malam hari, Demond mendatangi kamar Axinella setelah memastikan Rodolfo tidak menjaga Axinella. Pria itu masih menenangkan dirinya dan mengasingkan diri merenungi seluruh penyesalannya dan berandai-andai mengenai waktu yang bisa diputar. Mungkin ia akan tetap bersama Axinella. Atau mengajak perempuan tersebut ikut dengannya.

"Bangunlah Permaisuri. Nampaknya tidur anda sangat nyenyak." Ucap Demond membuat Axinella membuka matanya dengan tajam menatap Demond.

"Pergilah bajing*n tengik! Bukankah perjanjian diantara kita telah usai?"

"Dimana Revina?!" Geram Demond menahan jiwa membunuhnya.

"Jiwanya telah kembali ketempatnya semula. Ketika alur novel ini selesai, maka jiwa yang asli akan kembali. Perjanjian kita sudah berjalan sesuai semestinya. Dan dari awal memang kau tidak dapat bersama dengan Revina yang kau cintai itu. Hahahaha....."

"Lebih baik aku pergi daripada melihat jiwa menjijikkan dan kotor sepertimu." 

"Pergilah."

Demond meninggalkan kamar Axinella dan bertemu Rodolfo di tengah lorong. Pria itu nampak kosong dengan penampilan yang semrawut.

"Istirahatlah Yang Mulia." Ucap Demond membuat Rodolfo mengangguk.

"Tugasku disini telah selesai. Aku ingin undur diri dari tempat ini."

"Kau akan kemana?" Heran Rodolfo melihat kepergian Demond yang mendadak.

"Aku ingin menyusul wanita idamanku." Ucapnya dengan segaris senyum simpul.

"Kau meninggalkan keempat anggotamu sendiri?"

"Ya. Dan aku harap kalian hidup bahagia setelah aku pergi." Ucap Demond melangkah pergi.

Rodolfo menatap kepergian Demond kemudian berjalan menuju kamar istrinya. Perempuan tersebut sudah tersenyum menyambut Rodolfo dan pria tersebut datang membalas pelukannya.

"Aku mencintaimu Yang Mulia."

"Aku juga mencintaimu Ella."


SELESAI


180 Degrees (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang