CERITA INI MURNI HASIL KARANGAN AUTHOR!
DILARANG PLAGIAT DAN HATE COMMENT!
GAK SUKA LANGSUNG SKIPPP AJA!
MENGANDUNG UWU-UWU YANG TIDAK LAZIM⚠️
Hanya kisah klasik pria dingin nan irit bicara menjadi budak cinta dari gadis yang bertingkah seperti pr...
Hikss aku sebenernya gatau cerita ini dari sudut pandang kalian kaya apa minta komennya ya🙏😭 kadang aku merasa gajelas sekali
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Karena suasana hati Axinella sedang buruk, gadis itu berniat untuk jalan-jalan melihat keadaan luar Kekaisaran tak peduli reaksi maupun hukuman Rodolfo menanti.
Pria itu bahkan semalam menghilang entah kemana. Dengan menyamar menjadi pelayan dia siap untuk merefresh otak dan hatinya dengan jajanan pasar yang ada.
"Emmm ini enak banget gila." Ucapnya dengan mulut penuh permen membuat pedagang tua tersenyum lembut padanya.
"Kau gadis yang paling manis kutemui. Dimana asalmu? Aku tak pernah melihatmu sebelumnya."
"Aku... Pelayan istana kakek. Aku sedang melarikan diri karena ingin menikmati dunia luar."
"Orang diluar sangat ingin memasuki kediaman Kekaisaran, lalu kau ingin keluar."
"Siapa yang menginginkan tinggal disitu. Disini kita bisa menikmati berbagai olahan makanan. Berteman dan berinteraksi, disana hanya ada kesunyian. Kita menatap langit dan menapak di bumi yang sama, namun entah mengapa kediaman Kekaisaran begitu membosankan."
"Haha kau gadis manis yang unik. Siapa namamu?"
"Axy. Senang bertemu dengan kakek." Riangnya.
Obrolan mereka teralihkan oleh suara bisik-bisik para pedagang yang ada disekitarnya. Axinella menajamkan telinganya saat mendengar namanya dan Rodolfo disebut.
"Ada berita apa yang aku lewatkan tentang Kekaisaran kakek?"
"Ah, mereka membicarakan kunjungan Putri Mahkota Kekaisaran Rosella yang sering datang kemari. Orang-orang menyimpulkan dia akan menjadi selir Kaisar Rodolfo."
Axinella syok bukan main bahkan tersedak permennya. Moodnya semakin memburuk, semua orang di penjuru negeri membicarakan isu seperti itu bukanlah keadaannya sudah buruk?
"Tapi mengapa orang-orang berpikiran seperti itu?"
"Karena kami belum mendapatkan kabar tentang kehamilan Permaisuri. Semenjak kejadian Kaisar Rodolfo dan Permaisuri ketahuan menghabiskan malam bersama lalu dinikahkan, sudah seharusnya Permaisuri mengandung Pangeran Mahkota."
"Karena itu?"
"Ya, bagi kami kelahiran Pangeran Mahkota sangat dinanti. Ketika Permaisuri belum mengandung juga, kami mulai berfikir Permaisuri mengalami kemandulan."
Axinella syok mendengar penuturan pria tua itu. Entah mengapa emosinya memuncak dan memutuskan untuk kembali. Keputusannya untuk menggugat cerai Rodolfo sudah bulat. Bukan karena rasa cinta ia harus mempertahankan pernikahannya, namun ia memiliki harga diri sebagai bangsawan. Dia tidak mau kejadian itu benar-benar terjadi dan dia akan dibuang ketika Rosella berhasil mengandung Pangeran Mahkota.
"Ella! Darimana saja kau?!" Bahkan ketika gadis itu sampai ke kediamannya disambut suara bentakan keras Rodolfo.
Sesak ketika semasa hidup tidak ada yang berani membentaknya. Ia menatap kosong mata setajam elang tersebut lalu teringat ketika ia hidup sebagai Revina. Popularitas, kebebasan, dan kebahagiaan. Dia hanya ingin merasakan kembali rasa itu.
"KENAPA KAU TAK PERNAH MEMATUHI PERINTAHKU! APA KARENA KAU SELALU KUMANJAKAN JADI KAU SEENAKNYA?!"
Plaaaaak
"PUKUL LAGI SEPUASMU. AYO PUKUL. KAU SENANG MEMUKULKAN?! AYO PUKUL LAGI DASAR PEREMPUAN TIDAK BERMARTABAT."
Deg.
"Hahahahaha.... Aku selesai Rodolfo. Aku selesai. HARI INI AKU AXINELLA GISSOFAND MEMUTUSKAN MENINGGALKAN KEKAISARAN BESERTA GELARKU BAIK SEBAGAI PERMAISURI MAUPUN MANTAN PUTRI MAHKOTA."
Meski dengan berlinang air mata, Axinella merasa lega. Dia sedang tidak mengenakan apapun yang berhubungan dengan harta Kekaisaran, dia cocok dengan baju pelayan.
Semua orang yang menyaksikan pertengkaran mereka terkejut dengan ucapan Axinella. Bahkan gadis itu nampak kokoh dengan pendiriannya. Sedangkan Rodolfo mematung dengan tatapan kosongnya. Dia lepas kendali. Dia lepas kendali.
"Selamat Rodolfo, aku menyatakan dengan ini kebencianku padamu sebagai pemberontak. Tangkap aku jika kau bisa. Selamat tinggal dan semoga kita bertemu suatu saat nanti."
Axinella keluar kediamannya seakan dunia saat itu berada dipihaknya. Ketika Rodolfo mulai mengejarnya, ia sudah tertelan lautan manusia. Bagi Rodolfo kejadian itu terasa begitu cepat. Dia masih tidak menyangka Axinella meninggalkannya. Kali ini Axinella benar-benar meninggalkannya.
"Kerahkan semua pasukan dan cari Permaisuri sampai keujung dunia. Jangan kembali atau kepala kalian terlepas." Titah Rodolfo dipatuhi seluruh pengawal.
Berita hilangnya Permaisuri langsung tersebar diseluruh pelosok negeri bahkan dari Kekaisaran lain begitu terkejut mendengar berita tersebut. Namun ada yang merayakan dengan suka cita.
"Hahaha aku menang. Aku menang. Akulah Permaisuri baru.... Aku akan menjadi istri Kaisar Rodolfo hahaha... "
"Kuterima tantanganmu Ella. Sampai aku berhasil menangkapmu, kau tak akan merasakan kebebasan lagi. Kau akan kupenjara bersamaku selamanya. Pergilah dan rasakan udara kebebasan sebelum aku menjemputmu kembali hahaha... "
Dua manusia dengan obsesi tinggi mereka saling tertawa di kegelapan malam. Sedangkan Axinella berjalan tak tentu arah. Tanpa membawa sepeserpun uang. Menyedihkan namun ia tak mau menangis terlebih pria bajing*n yang sangat tidak pantas untuk ditangisi.
"Nona. Kau mau kemana malam-malam seperti ini?" Ucap wanita paruh baya menghampiri Axinella.
Mereka saling menilai pakaian satu sama lain. Pakaian glamour yang dikenakan perempuan itu namun ramahnya bertanya pada seorang gadis pelayan.
"Entahlah nyonya. Aku tidak punya rumah dan tempat bernaung apakah nyonya bisa membantu saya? Saya membutuhkan pekerjaan."
"Sungguh? Aku bisa memberimu tempat yang nyaman untuk berlindung. Mari ikut denganku, aku punya banyak makanan."
"Ah... Anda sangat baik sekali nyonya."
Axinella menarik ucapannya ketika melihat bangunan yang ada di hadapannya. Dia tidak buta dengan papan nama yang terletak di atas bangunan tersebut. Ini sebuah tempat pelac*ran. Tempat para laki-laki hidung belang mencari mangsanya.
Dia kembali melihat wanita paruh baya tersebut dan tersenyum kecut. Wanita itu seorang mucikari dan senyum itu bukanlah senyum ramah kebaikan melainkan senyum busuk karena mendapat gundik baru yang menggiurkan.
"Ayo masuk, disini kau bisa makan dan tidur dengan layak." Ucap ringan membuat Axinella tersenyum paksa.
"Mat*mu makan layak! Udah mau tutup usia bukannya tobat malah menjadi. Kalo bukan orang tua udah gue gorok lo!"
Axinella diseret masuk kedalam tempat tersebut. Bayangan pertama ia seperti masuk kembali ke tempat bar. Dia disambut gemerlap lampu dan musik serta kebisingan manusia busuk disini. Tampaknya ini tempat yang pantas untuknya. Jika tidak, mana mungkin jalan takdir membawanya ke tempat ini. Apa yang harus ia lakukan setelah ini. Keluar kandang harimau, malah masuk kandang buaya. Axinella hanya mendesah lelah. Rasanya ia ingin mengumpat pada penulis novel. Mengapa nasibnya selalu buruk, apa dendam penulis padanya?
Dengan pasrah wanita itu mengajak Axinella ke sebuah kamar dengan nuansa temeram remang-remang namun Axinella tidak dapat berpikir saat ini. Semuanya kosong, tidak ada rencana yang ada di otaknya untuk masa depan. Seperti semua nasibnya akan selalu berakhir menyedihkan.
"Gantilah pakaianmu, kau bisa bekerja malam ini juga." Senyum wanita itu menyerahkan sebuah pakaian seksi padanya.