03

58.9K 4.1K 17
                                    

"Kau tidur di ujung sana! Jangan melewati garis." Ucap Axinella menunjuk ujung kasurnya pada Rodolfo. Namun bukan masalah tentang pria itu yang diperintah seenaknya, akan tetapi posisi gadis itu yang tengah berdiri dikasur dan menunjuk sisi tepian dengan mata yang digalak-galakkan.

"Jika aku boleh jujur, aku tak tertarik pada tubuhmu. Dan tentang insiden malam itu, aku dijebak."

"Apa aku bodoh? Aku juga tahu itu!"

Mendengar ucapan Axinella membuat Rodolfo memicing curiga. Darimana perempuan ini tahu bahwa ia dijebak? Padahal semua orang tahu Rodolfo sendiri yang mabuk namun pada kenyataannya, Rodolfo memang memiliki kesadaran dan waspada tinggi sehingga ia langsung memilih kamar mandi setelah menemukan kamar. Tapi semua orang berpendapat bahwa malam itu, Rodolfo sudah melecehkan Putri Mahkota Axinella.

"Darimana kau tahu aku dijebak? Apa kau tahu siapa yang menjebakku?" Kini ruangan menjadi teramat dingin. Bahkan untuk Melontarkan kalimat saja bibir Axinella begitu kelu.

"Dasar mulut biadab gak bisa ngerem."

Axinella hanya mampu mengumpat kala laki-laki itu semakin mendekat. Rodolfo benar-benar mencari selama ini siapa dalang dari penjebakannya. Namun hingga saat ini ia belum menemukan pelayan yang memberikannya minum. Identitasnya begitu terjaga hingga ia curiga pastinya seorang bangsawan yang mampu menyembunyikan dan membayar orang profesional.

"Permaisuri Axinella Xaviera. Darimana kau bisa tahu? Apakah kau tahu siapa dalang dari peristiwa itu?"

Secepatnya ia menggeleng. Namun otaknya dapat berfikir cepat. Sebelum pria itu menodongkan belati kearahnya, belati itu terlempar dengan tendangan mautnya.

Rodolfo hanya diam mematung menatap belatinya yang sudah terlempar ke sudut ruangan. Gerakan cepat dan tak terbaca membuatnya memandang Axinella semakin curiga.

"Bagaimana bisa?"

"Hanya refleks. LAGIPULA MANA ADA SUAMI YANG MAU BUNUH ISTRINYA SENDIRI."

"Aku." Ucap Rodolfo dengan raut dingin membuat Axinella sedikit bergetar. Sial! Selama ini ia tak pernah takut mengahadapi seseorang. Apakah kemampuannya berkurang karena lawannya adalah sosok bengis dan berbahaya?

"Baik, aku akan mengatakan siapa dalangnya. Tapi aku punya penawaran."

"Aku tak sedang menjalankan bisnis denganmu Axinella. Kau tahu insiden itu tidak hanya merugikanku, tapi juga merugikanmu? Mengapa kau menutupi identitasnya?!" Pria itu bahkan sudah menaikkan nada bicaranya menatap tajam dan bengis.

"KAPAN AKU MENUTUPI IDENTITASNYA? AKU HANYA INGIN MENGUMPULKAN BUKTI DARIPADA AKU BERKATA TANPA BUKTI NYATA. PASTI AKU AKAN DISEBUT GILA SUNGGUHAN SEANTERO NEGERI."

Rodolfo diam sejenak membenarkan ucapan Axinella dan menghela nafasnya. Gadis itu masih bernafas menggebu-gebu meluapkan emosinya.

"Apa penawaranmu?"

"Kita akan bekerja sama mencari bukti dan menangkap pelaku. Setelah kau berhasil menangkapnya, kita bercerai dan separuh dari hartamu adalah milikku."

"Cerai?" Rodolfo benar-benar tak bisa menebak isi kepala gadis itu. Banyak wanita yang menginginkan posisi Axinella saat ini, namun mengapa gadis itu rela meninggalkan tahtanya?

"Kau yakin? Kau rela kehilangan kursi jabatan hanya demi separuh harta dan bercerai denganku? Apa kau fikir bercerai akan semudah itu terlebih kita adalah keluarga kaisar."

"Siapa yang menentang keras perceraian kita? Mungkin hanya segelintir orang. Sedangkan perempuan sudah pasti akan menantikan hal ini. Lagipula aku masih suci belum terjamah kan? Aku akan menikah dengan cinta lalu kami hidup bahagia bergelimang harta."

180 Degrees (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang