part 1

80 9 2
                                    

“Pertemuan terjadi bukan hanya sekedar untuk saling mengerti, tapi juga untuk saling melengkapi”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Pertemuan terjadi bukan hanya sekedar untuk saling mengerti, tapi juga untuk saling melengkapi”

•———————————————•

1.Teman Baru

Seorang gadis mengerjakan matanya tatkala sinar matahari memasuki area matanya. Gadis berumur 17 tahun yang di ketahui bernama Arvelyn Gemintang itu membuka matanya perlahan, ia melihat jam menunjukkan pukul 5.00 pagi. Segera ia beranjak dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi.

Hari ini adalah hari pertamanya bersekolah di sekolah baru. Sejak Mamanya pindah pekerjaan, dan membawanya ke lingkungan baru, ia di daftarkan ke sekolah yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya saat ini.

Katanya sekolah yang bernama SMA Zervard High School yang akan ia singgahi itu adalah sekolah terelit di wilayah situ. Dengan fasilitas yang katanya patut di acungi dua jempol. Ia jadi tidak sabar untuk bersekolah disana.

Setelah selesai dengan kegiatan mandinya, gadis itu bersiap merias diri di depan meja riasnya. Tubuhnya sudah terbalut seragam sekolah dengan rapih. Memolesi sedikit make up di wajahnya agar terlihat lebih cuantik.

Tangan kecilnya mengambil rompi seragam yang tergantung di lemari, lalu memakainya.

"Cantik badai banget anak gadisnya Mama Nia." Gumam gadis itu, sambil memperhatikan dirinya di cermin besar.

"Di sekolah gue dulu gak ada tuh rompi macam kek gini. Keren beut dah." Pujinya pada seragam sekolah yang ia pakai, memang terlihat se-elit itu.

Setelah merasa semuanya siap, kaki jenjangnya melangkah ke luar kamar dan berjalan menuju ruang makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah merasa semuanya siap, kaki jenjangnya melangkah ke luar kamar dan berjalan menuju ruang makan.

"Good morning mamah."

"Good morning juga sayang, makan dulu ya sebelum berangkat."

"Siap mahh."

Di meja makan yang besar itu, Arvelyn atau kerap disapa Velyn menyantap sarapannya berdua dengan sang Mama. Hanya berdua, jika bertanya kemana yang lain, Velyn hanya hidup berdua dengan mamanya setelah sang papa pergi meninggalkan mereka ke sisi Rahmatullah. Suasana hening di rumah yang besar bak castil itu sudah biasa dirasakan Velyn si anak tunggal.

STORY' KITA DI BANGKU SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang