My Jungwon

4.5K 195 25
                                    

"Kamu bisa gak sih kayak noona kamu? Liat,
dia selalu juara satu. Sedangkan kamu bisanya cuma malu-maluin keluarga kita doang." Cerca wanita paruh baya yang terlihat masih cantik.

"Karna aku Jungwon, Mah. Bukan noona." Jawab Jungwon

"Ya. Maka dari itu coba rubah diri kamu supaya bisa kayak noona kamu."

"Percuma, mau aku berubah jadi sebaik dan sehebat apapun Mama sama Papa gak akan pernah bangga sedikitpun. Mama sama Papa cuma ngeliat kak Wony, yang kalian inget cuma dia! Kalian gak pernah inget kalo punya anak lainnya! Kalian cuma inget kalo Wonyoung anak kalian!" Teriak Jungwon

"Jaga bicara kamu Jungwon! Apa kamu lupa yang bicara sama kamu itu orang tua kita" Bentak Wonyoung

"Kakak gak tau apa-apa, kakak gak pernah ngerasain ada di posisi aku kan. Kakak juga gak pernah tau apa aja yang aku alamin, jadi kakak lebih baik diam!"

Setelah mengucapkan kata itu Jungwon berlari ke kamarnya tanpa menghiraukan Mama dan kakak nya yang terus mengoceh dan meneriaki namanya.

Brak

Jungwon menutup pintu kamarnya dengan sangat keras. Setelah masuk ke kamarnya ia menangis dan terduduk di belakang pintu.

"Dulu Papa sama Mama selalu bilang kalo aku jagoan mereka. Dulu mereka gak pernah bedain aku sama kakak. Tapi semenjak mereka tau kakak sakit, mereka gak pernah lagi anggap aku ada. Fokus mereka cuma buat kak Wony, waktu dan perhatian mereka juga cuma buat kak Wony. Bahkan mereka gak pernah tau apa yang aku suka dan aku gak suka. Aku rindu kalian yang dulu." Gumam Jungwon sambil menangis tanpa terisak.

Jungwon menangis bersamaan dengan hujan yang mulai turun di luar sana. Ia kemudian berdiri dan berjalan ke arah balkon.

"Haha, bahkan bumi selalu tau sama kesedihan aku. Setiap aku nangis, bumi juga ikut nangis. Aku bingung, aku membenci hujan atau justru menyukainya. Karna saat pertama kali kalian lupain aku, saat itu juga hujan turun dan aku gak pernah ngerasain kehangatan lagi. Aku selalu kedinginan, tanpa kehangatan kalian."

Jungwon terus berbicara sambil menatap hujan. Matanya bulatnya melihat bagaimana rintik hujan turun membasahi bumi. Lalu saat ia tengah memperhatikan hujan, matanya tak sengaja melirik seorang pria yang tengah menyelamatkan kucing yang basah kuyup. Pandangannya terkunci disana, bagaimana pria itu memeluk kucing kecil yang kedinginan itu. Jungwon tak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu karna tertutup payung berwarna hitam. Tak lama pria itupun pergi dari sana dengan membawa kucing tadi.

"Jika bisa meminta, aku ingin menjadi kucing tadi. Pasti rasanya sangat hangat saat mendapat pelukan." Jungwon tersenyum sambil memeluk tubuhnya dan mata yang terpejam yang masih mengeluarkan air matanya.

Malam harinya Jungwon turun untuk makan malam, seperti biasa ia melihat kedua orang tuanya yang selalu memanjakan dan memperhatikan sang kakak. Ia hanya bisa tersenyum kecut melihat pemandangan di depannya. Tanpa banyak kata ia mendudukkan diri dan mulai mengisi piring nya dengan nasi dan lauk pauk, lalu ia mulai makan dengan tenang sesekali mata bulatnya mencuri-curi pandang ke arah orang tua dan kakak nya.

Setelah selesai makan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Jungwon beranjak dari meja makan hendak menuju kamarnya sebelum satu suara bariton mengintrupsinya.

"Jungwon." Panggilnya

"Iya Pah?" Jawab Jungwon dengan riang, ia berfikir Papa nya menyadari keberadaannya dan mungkin akan mengucapkan kata yang manis untuknya. Ia selalu berharap seperti itu, walaupun hasilnya nihil.

"Apa yang kamu katakan siang tadi pada Mama dan noona mu?" Tanya Papa Jungwon dengan nada tegas nya, "Papa dengar kamu bersikap tidak sopan! Apa Papa dan Mama kurang mengajarimu sopan santun? Papa rasa anak seperti kamu pantas dihukum. Kamu selalu mengecewakan Papa, apa kamu tidak bisa bersikap seperti noona mu?" Lanjutnya

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang