Jungwon terus menghubungi Jay, tapi tak ada jawaban apapun. Ia masih terus mencoba nya, namun nihil tak ada jawaban sedikitpun.
Jungwon turun dari rooftoop menghampiri teman-temannya dan teman Jay untuk menanyakan keberadaanya, namun nihil semuanya tak ada yang tau. Mereka juga justru ikut mencari dan menghubungi Jay yang sama saja tak ada jawaban sedikitpun.
Dirasa tidak ada di sekitar kampus atau tempat yang biasa Jay datangi, Jungwon segera pulang dan mendatangi kediaman Jay untuk menanyakan keberadaannya. Ia yakin jika Jay ada di rumahnya saat ini, tapi saat masuk Mama dan Papa Jay justru ikut bingung. Pasalnya mereka juga tidak tau dimana Jay berada. Jungwon menangis meraung-raung, ia ingin bertemu dan berbicara dengan Jay. Ia ingin berkata jika Jay hanya salah paham, tapi dicari sampai manapun ia tak bisa menemukannya.
Hati Jungwon sangat sakit, lebih sakit daripada dulu saat Nicholas meninggalkannya. Saat Jay pergi rasanya hidupnya kosong dan hampa, bahkan hatinya terasa seperti di tusuk dan di sayat-sayat.
Sudah 2 bulan lamanya keberadaan Jay masih tidak bisa di temukan. Bahkan orang tua Jay sudah melaporkannya pada polisi atas kasus kehilangan. Tapi polisi tak dapat menemukannya dimanapun, sampai akhirnya pencarian di hentikan.
Semenjak hilangnya Jay, Jungwon lebih sering menyendiri dan menangis. Ia benar benar ingin Jay-nya kembali. Tak apa Jika Jay ingin membatalkan pertunangan mereka, setidaknya ia hadir walau sebentar saja. Jungwon rindu akan kehadirannya bagaimana ia yang selalu memberikan perhatian lebih untuknya dari segi mamapun.
Semenjak kejadian itu pula Jungwon selalu marah jika Nicholas datang, ia mengusir bahkan hampir memukulnya dengan balok kayu jika saja tidak segera Jake cegah. Padahal niat kedatangan Nicholas untuk berpamitan pergi dari Korea dan kembali ke negara asalnya lagi.
"Kak Gyu, Kak Jay dimana? Tolong tanyakan sama teman-temannya. Wonie mau ketemu sama dia, Wonie rindu." Ucapnya dengan pandangan kosong.
Lihatlah pipi yang dulu gembil dan bulat sekarang sangat tirus, ia selalu menolak makan dan meminum vitamin, ia selalu mengatakan 'tidak ingin memakan apapun jika bukan Kak Jay yang memberikan' seluruh keluarga dan teman khawatir akan keadaan Jungwon yang sekarang, tubuhnya yang bulat pun semakin kurus.
Nomor ponsel Jay sudah tidak aktif sejak lama. Ia menghilang bak ditelan bumi, tak ada yang bisa menemukannya. Bahkan kedua orang tua Jay sempat akan membuat pemakaman kosong untuk Jay jika saja Jungwon tidak menangis di tempat dan mengatakan jika Jay masih hidup.
"Wonie makan dulu ya, nanti habis makan kita cari kak Jay lagi. Mau kan?"
Jungwon menggeleng pelan, "gak mau kalo bukan kak Jay yang suapin aku. Aku mau nunggu kak Jay aja, aku mau bilang sama dia kalo semuanya cuma salah paham. Aku juga mau bilang sama dia kalo aku sayang dan cinta sama dia. Hikss.. tapi sebelum Wonie bilang semuanya kak Jay udah pergi." Jungwon menangis lagi, dadanya terasa sangat sesak jika mengingatnya.
"Dulu kak Nichol pergi, sekarang kak Jay. Tapi saat kak Nichol pergi Wonie nggak terlalu sedih, karna Wonie tau kak Nichol nggak tulus cinta sama Wonie. Tapi saat kak Jay yang pergi rasanya dada Wonie sangat sesak, sampai bernafas saja rasanya sulit. Apa ini karma buat Wonie ya kak." Ucapnya sendu
"Hey jangan ngomong kaya gitu. Anggap aja ini pelajaran buat Wonie kedepannya. Kak Gyu, kak Jake dan Sunoo tau Wonie anak yang kuat, anak yang hebat. Wonie percaya kan kalo kak Jay cinta banget sama Wonie?" Jungwon mengangguk, "jadi Wonie juga harus percaya kalo kak Jay bakalan kembali lagi."
"Tapi kak Jay pernah bilang, dia lamaaaa banget suka sama Wonie, dia juga udah nyimpen perasaannya dari dulu. Sekarang dia capek berjuang, makanya dia sekarang nyerah. Wonie takut kak Jay nggak pulang lagi kak." Tangisan Jungwon semakin deras.