Evan dan Areksa sudah berada di kantor, dan sudah waktunya untuk makan siang. Sesuai permintaan, Areksa membawakan Evan teh hijau ke ruangan yang sebelumnya ia beli di caffe depan kantor.
Tok
Tok
Tok"Permisi pak." Ucap Areksa
"Masuk." Sahut Evan
Areksa mendorong pintu dan menyembulkan kepalanya, dilihatnya bos alias kekasihnya sedang berkutat dengan komputernya.
"Masuk sayang." Titahnya
"Selamat siang Mas," cicit Areksa
Cklek
Evan menekan tombol yang ada di atas mejanya.
"Loh kok di kunci?"
"Biar gak ada yang ganggu waktu kita."
"Dasar. Ini aku bawain teh hijau nya, pasti Mas suka deh."
"Simpen dulu disini, Mas mau selesain data yang Papa kirim. Kamu makan duluan, itu makanan di atas meja," tunjuknya. Benar saja di atas meja sofa sudah ada makanan yang tertata rapi.
"Nggak deh, aku nunggu Mas selesai aja."
"Sedikit lagi ya sayang."
"Iya Mas."
Areksa berjalan ke belakang Evan dan melihat apa yang di kerjakannya, perlahan tangan Areksa terulur ke kepala Evan. Jari lentiknya bergerak memijit pelipis Evan agar ia sedikit rileks dan fokus.
Evan memejamkan matanya sesaat menikmati sentuhan kekasihnya.
"Mas pasti pusing banget kan, kita makan dulu yuk. Abis makan baru selesain semuanya, kesehatan kamu lebih penting Mas."
Evan memegang kedua tangan Areksa dan menariknya ke depan, ia mencium punggung tangan Areksa. Ia membalik kursi menjadi di hadapan Areksa, memeluk pinggang rampingnya dan menenggelamkan kepalanya di perut sang kekasih.
Areksa mengelus rambut Evan, membuat Evan semakin mengusakkan wajahnya di perut Areksa.
"Mas, geli.."
Evan mendongakkan wajahnya menatap wajah cantik Areksa. Perlahan ia menarik wajah Areksa dan langsung saja ia mencium bibir pink kekasihnya, memberikan lumatan lembut.
Entah kenapa semua yang ada di dalam diri Areksa terasa candu dan memabukkan bagi Evan. Ia melepas ciuman dan mengecup hidung Areksa.
"Makanan pembukanya manis."
Wajah Areksa sedikit merona "aku bukan makanan ya, aku manusia."
"Siapa bilang kamu manusia?"
"Aku, kan aku emang manusia."
"Manusia? Emang ada manusia secantik dan selucu ini? Bohong kan? Harusnya yang bener tuh Areksa bidadarinya Evan."
Blush
Wajah Areksa semakin panas dan merah bak kepiting rebus, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ucapan manis Evan selalu berhasil membuat wajahnya memanas dan jantung yang berdetak berkali lipat.
"Mas ihhhh, diem!"
"Kkk, lucu banget sih malu nya. Sini peluk dulu." Evan bangun dan mendekap tubuh mungil Areksa, membawanya ke arah sofa.
Setelah duduk Areksa menurunkan kedua tangannya dan menatap makanan.
"Kita makan dulu ya, pasti udah laper kan."
Areksa mengangguk.
Keduanya menikmati makan siang bersama, perlu di ketahui makanan itu adalah masakan Mama Evan, beliau memasak dan memberikan bekal untung Evan dan calon menantu tersayang. Karna keluarga Evan memang sesayang itu pada Areksa.