Malam ini rasanya sangat berbeda dari malam lainnya, terasa sangat dingin dan lebih mencekam. Tapi tidak bagi pria mungil yang bernama Kavin Jungwon Alandra, jika semua orang lebih memilih untuk tertidur, pria mungil ini justru memilih untuk mencari mangsa.
Sambil berjalan di bawah cahaya rembulan, Kavin bersiul menatap ke segala arah.
"Tck, males banget anjir. Masa gak ada siapa-siapa sih." Decaknya
"Argh..!!!"
Teriakan terdengar di ujung jalan, bukannya berlari menjauh Kavin malah berlari mendekat, ia ingin tau apa yang terjadi disana.
Sleb
SlebSuara tusukan benda tajam, atau lebih tepatnya pisau terdengar indah di pendengaran Kavin. Disana ada seorang pria tinggi yang terus menghujamkan pisaunya pada orang yang sudah tergeletak, atau sudah mati. Kavin tidak tau, yang jelas orang itu sudah terkapar dengan darah yang terus keluar dari perutnya.
Prok
Prok
ProkSuara tepuk tangan dari kedua tangan Kavin memhuat aktivitas orang itu terhenti, orang itu melihat ke arah Kavin, tatapan tajam setajam elang ia layangkan. Tapi itu tak cukup membuat Kavin takut, justru ia malah melebarkan senyumannya.
Bruk
Orang itu langsung mendorong Kavin ke tembok dan mengunci pergerakan Kavin dengan satu tangan menahan tubuh dan tangan lainnya menekan dada Kavin.
"Wow, wow, calm bro." Ucap Kavin
"Siapa lo?" Tanya nya dengan suara dingin
"Kenalin, gue Kavin. Gue tadi lagi jalan, terus gak sengaja liat lo, please gue suka banget liat gaya lo tadi."
"Tck, omong kosong. Jawab jujur, siapa lo? Atau pisau ini masuk buat ngacak-ngacak isi perut lo."
Kavin memutar bola matanya malas.
"Gak percayaan banget sih, gue udah jujur itu. Lagipun gue juga lagi cari mangsa, eh malah lo duluan yang dapet."
Pria itu melepas kuncian di tubuh Kavin.
"Siapa nama lo?" Tanya Kavin
"Gazza."
"Wow, singkat jelas dan padat."
Gazza membuka jaketnya yang berlumuran darah, membuangnya ke tumpukan sampah lalu ia membakarnya dengan korek yang ia simpan di saku celana.
Setelah membakar Jaket miliknya, ia mengambil bungkus rokok, di ambilnya satu batang lalu mengapitnya di sela bibir dan menyalakannya. Adegan itu tak luput dari pandangan Kavin, Gazza terlihat sangat tampan saat ia menyalakan sebatang rokok.
Gazza segera pergi dari tempat meninggalkan Kavin. Namun siapa sangka, Kavin malah mengikuti Gazza. Awalnya Gazza tidak menggubris, ia berfikir mungkin saja mereka kebetulan searah. Tapi lama-lama ia sadar jika Kavin mengikutinya.
"Bisa stop ngikutin gue?" Geram Gazza
"Eum.. nggak, gue mau liat lo bunuh orang lagi. Biar gue bisa belajar cara baru."
Gazza melihat Kavin dari atas sampai kebawah, ia tidak percaya jika lelaki di hadapannya bisa membunuh. Tapi pepatah selalu berkata jangan menilai buku dari sampul bukan?
"Pergi." Ucap Gazza
"Gak, gue mau ikut lo." Kekeh Kavin
Gazza menghisap rokok lalu mengepulkan asapnya ke atas, bagi Kavin itu terlihat sangat menawan. Ia ingin merokok tapi sayang baru menghirup bau asapnya saja sudah membuat dirinya terbatuk. Padahal ia berfikir akan sangat keren jika bisa merokok, jadi ia bisa bergaya seperti Gazza setiap selesai menghabisi seseorang.