Chapter 38 : Stay in the base

45 7 1
                                    


Karamatsu POV

Sialan! Apa yang sebenarnya terjadi tadi?!

Aku dengan panik berlari keluar rumah tanpa mengenakan apapun selain piyama yang cukup tipis untuk melindungi tubuh dari dinginnya udara di pagi hari. Kakiku yang tidak beralaskan apapun terus berlari tanpa menghiraukan kasarnya jalanan dan tajamnya kerikil yang sedari tadi terus menusuk kaki. Tujuanku saat ini hanya untuk berlari sejauh mungkin dari rumah dan dari saudara-saudara ku.

Detik demi detik telah berlalu saat kakiku terus berlari tanpa arah, peluh-peluh keringat mulai membasahi wajah dan tubuh, membuat penampilan ku terlihat sangat kacau saat rambutku yang masih berantakan dan baju piyama yang kukenakan pun dalam keadaan kusut. Orang-orang yang melihatku berlari pun hanya melirik sekilas dan memalingkan wajah tanpa ada sedikitpun gelagat ingin menghampiri. Untungnya tidak ada satupun dari mereka yang tampak menghubungi polisi karena tampilanku yang mencurigakan ini.

Dalam pelarian tanpa arah ini, pikiranku yang kacau berusaha mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya.

___________________
"Ah... Aku ingin tahu apa kelanjutan mimpiku tadi" Gumam ku lirih sembari menikmati makanan yang tersedia di atas meja.

Mimpi yang terasa nyata itu membuat ku merasa candu sekaligus mengingatkan ku akan sebuah kenangan lama.

Kenangan dimana tanganku pertama kali merasakan hangatnya rongga mata yang menganga lebar dan betapa merahnya tanganku waktu itu setelah mencungkil bola mata yang terasa lembut. Ekspresi wajahnya pun penuh dengan rasa takut sembari menangis darah, membuatku tak bisa menahan rasa senang yang membuncah ini. Ah... Aku juga masih ingat bagaimana diriku waktu itu menahan tawa saat kedua rongga mata yang kehilangan bola mata itu menatapku kosong... ya, benar-benar kosong.

"Hei, Kuso.....su. Se....nya ..u cu...p ...nang ha.. ..ni sa....i me.....kan sa....ra..mu"

".......tsu!"

Tiba-tiba saja kurasakan kerah bajuku dicengkeram oleh seseorang. Orang itu tampaknya menyeringai lebar dan mulai berbicara yang entah kenapa terdengar samar di telingaku. Wajahnya juga tampak buram seperti sebuah kesalahan yang dicoret-coret oleh anak kecil. Tidak ada satupun hal yang membuatku dapat mengenali siapa dia sebenarnya.

Suara-suara samar yang terus kudengar itu, perlahan berubah menjadi suara statis dan lenyap dalam kehampaan. Kemudian secara perlahan, coretan-coretan yang mengambang di udara itu menghilang dan membuatku dapat mengenali siapa yang ada di depanku.

Adikku yang tersayang, Ichimatsu.....

Mata kecoklatannya yang memancarkan cahaya violet terlihat sangat jernih dan indah....

Ah.... Aku ingin menyimpannya dan melihat ekspresinya yang menakjubkan itu ketika aku mencungkil bola matanya.

Ekspresi ketika kedua rongga matanya itu menatap ku kosong.

Brak!

Huh?

Apa yang terjadi?

Hanya dengan sebuah hantaman, segala ingatan dan kesadaran ku yang samar saat itu langsung tergambar jelas dan menghujamku keras bagai belati yang menusuk ke dalam kepala, menyadarkan ku dari segala delusi yang memabukkan. Setelah mengingat kembali perbuatan dan perasaan yang kurasakan saat itu, seketika membuatku ingin muntah dan merasa jijik pada diri sendiri.

Tidak, tidak, tidak.... Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku mau mencelakai Ichimatsu?!

Belum selesai sampai di situ, batinku kembali terhujam keras dengan ekspresi wajah saudara-saudaraku yang kini menatapku dengan pandangan ngeri dan jijik. Bahkan Osomatsu yang santai dan paling sering bercanda itu, kini menatapku dengan tatapan marah yang serius. Bahkan suaranya pun terdengar seperti racun yang merayap di tubuhku.

Osomatsu fanfiction : Karamatsu dan rahasia nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang