Chapter 14 : Cat like you

70 7 11
                                    

Sinar mentari yang hangat menembus celah-celah gorden jendela kamar dari para NEET yang kini terbaring nyenyak. Hal itu membuat salah satu matsuno bersaudara terbangun dari tidurnya. Dia segera mengguncang tubuh saudara-saudara lainnya untuk bangun dan bersiap-siap menjalankan aktivitasnya masing-masing.

Beberapa diantaranya ada yang langsung terbangun, sedangkan yang lainnya masih asyik berbaring di atas futon sambil menutupi wajah dengan selimut yang hangat. Hal itu tidak membuat matsuno hijau puas, karenanya dia segera menarik dengan kasar selimut yang menutupi tubuh ketiga saudaranya yang masih asyik tertidur. Perbuatannya sukses membuat tiga orang tersebut tersentak dan menyebabkan terjadinya perkelahian di pagi hari. Perkelahian itu membuat matsu kuning bersemangat dan ikut berpartisipasi menambah kekacauan, sedangkan matsu biru cuma bisa menyaksikannya dalam diam walaupun pada akhirnya dia juga ikut babak belur bersama saudaranya yang lain.

Setelah perkelahian yang tidak penting di pagi itu, mereka bersiap-siap untuk sarapan. Mencuci muka, menyikat gigi, bahkan memakai wewangian, serta beberapa prosesi tambahan untuk memperbaiki penampilan mereka lakukan dalam kamar mandi yang cukup sempit untuk menampung enam orang dewasa sekaligus. Setelah merapikan diri, mereka dengan lahap menyantap makanan yang sudah disajikan oleh ibu mereka bagaikan anak ayam yang kelaparan. Bahkan, beberapa di antaranya saling ribut memperebutkan lauk pauk yang seharusnya sudah dibagi dengan adil. Sungguh pemandangan yang cukup menghibur bagi Karamatsu setelah apa yang terjadi semalam, karenanya senyuman kecil merekah di wajahnya.

"Hei, hei.... Lihat wajahmu itu. Sudah baikan rupanya...." Kakaknya dengan senyuman yang menyebalkan menatapnya jahil.

"Ha, ha, berkat butiran pasir penuh keajaiban yang menutupi mataku dengan lembut dan kepingan kebahagiaan yang diberikan oneiroi (dewa mimpi Yunani) pada mimpiku semalam, membuatku bisa menikmati keindahan dalam dunia mimpi yang tak terbatas..... Berakhir dengan memunculkan pikiran yang segar dan merekah indah bagaikan bunga-bunga di pagi hari pada diriku.... Brother..." Mata Karamatsu berkilauan saat menyampaikan kalimat puitis nya di depan mata kakaknya, menyebabkan terdengarnya suara beberapa tulang yang patah.

"Hahaha... Ittai (sakit)..... seperti yang diharapkan dari Karamatsu si 'menyakitkan'... Hah.... Tulang rusukku sudah patah pagi-pagi kena serangan mendadak" Osomatsu tertawa sambil memegang dadanya.

"Eh? Kau baik-baik saja? Perlu kubawa ke rumah sakit?" Reaksi Osomatsu membuat Karamatsu panik.

"Hei, hei ..... Aku baik-baik saja. Kau kira hal remeh seperti ini bisa membuatku mati?" Osomatsu melambaikan tangannya dengan santai.

"Ah, iya ya... Kalau tulang rusukmu patah, paling parah juga cuma kena asma akut yang sampai harus menggotong tabung oksigen kemana-mana" Ujar Karamatsu santai.

Mendengar celetukan Karamatsu membuat semua yang ada di ruangan itu terdiam.

"Kamu bilang apa barusan nii-san?" Todomatsu mencoba menanyakan hal yang ganjil dari perkataan kakaknya itu.

"Ya, seperti yang kubilang... Tidak terlalu parah kok. Paling cuma..." Karamatsu yang mencoba menjelaskan perkataannya, tiba-tiba sadar akan keganjilan yang dia katakan barusan.

Apa mungkin efek dari obat yang diminum nya semalam belum benar-benar hilang?

"Ah, itu... Maksudku sepertinya tidak terlihat terlalu parah, karena aku pernah melihat tokohnya baik-baik saja di film dan aku sendiri belum pernah merasakannya langsung......" Dirinya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Cih, hentikan kebiasaan menonton film jelek seperti itu... Mana ada orang yang baik-baik saja dengan cara hidup begitu? Sangat tidak realistis" Ichimatsu menatap sinis kedua mata kakak birunya itu.

Osomatsu fanfiction : Karamatsu dan rahasia nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang