Chapter 31 : Calm cat

56 4 4
                                    


Ichimatsu POV
Hari insiden pemboman.

"Jadi, bagaimana kondisinya?" Ucapku lirih sambil menatap kucing putih yang terbaring di sampingnya.

Hal itu dikarenakan aku tidak sanggup untuk menatap wajah cantik eksotis perempuan di sampingku itu lama-lama. Kalau mau, salahkan saja gen 'NEET perjaka' di dalam tubuhku.

Mendengar perkataanku, perempuan berambut cokelat pendek sebahu itu melihat ke arahku. Kemudian dia membalas perkataan ku sambil tersenyum simpul.

"Tenang saja, Ichimatsu. Dia baik-baik saja kok"

"Syukurlah kalau begitu" diriku tanpa sadar juga ikut tersenyum sambil mengelus pelan rambut halus yang masih tersisa untuk menutupi tubuh kucing yang tengah terlelap itu.

Melihat itu, perempuan itu tiba-tiba menyeletuk.

"Ah, ternyata kau bisa tersenyum seperti itu juga"

"Memangnya ada yang aneh?" Aku yang terkejut, langsung memasang ekspresi wajah kecut.

"Tidak ada, justru kau jadi terlihat lebih imut"

Mendengar jawaban darinya, langsung membuat wajahku memerah seperti kepiting rebus. Melihat ekspresiku lagi, tiba-tiba saja wajahnya ikut memerah seakan menyadari sesuatu dan kami pun akhirnya tidak berani saling untuk menatap wajah masing-masing dan berbicara satu sama lain dalam waktu yang cukup lama.

Sampai tiba-tiba saja kucing putih yang kutatap itu terbangun dan terlihat kesakitan. Mendapati hal tersebut terjadi, perempuan di sebelah ku itu alias Kinko segera berlari mencari obat pereda nyeri untuk kemudian langsung disuntikkannya pada kucing tersebut. Sedangkan aku sendiri, memilih untuk membantunya menahan badan kucing tersebut agar tidak banyak bergerak. Setelah selesai, kami pun kembali terdiam canggung.

Kemudian, Kinko akhirnya memutuskan untuk membuka suara untuk memecah kecanggungan di antara aku dan dirinya.

"Tapi syukurlah..... Kukira aku tidak bisa mengoperasi dirinya di sini dengan selamat dan melihatnya terbaring dengan tubuh yang masih bernafas. Tidak bisa kubayangkan kalau dia, dia......" Saat mengatakan hal tersebut, kedua matanya yang kebiruan tampak berkaca-kaca seakan ingin menangis. Melihat itu, membuatku ingin memotong perkataannya.

Tanpa aba-aba, mulutku tanpa sadar bergerak sendiri.

"Kau tahu Kin-chan? Kalau misalnya saja kau tadi tidak ada, kupikir kucing itu tidak akan pernah bisa selamat. Untunglah kau ada saat itu..... Terima kasih" Ujung jari telunjukku menggaruk pelan pipi kiri yang kini memerah karena malu.

"Ah, sama-sama. Aku juga ingin berterima kasih, karena perkataan mu barusan cukup berarti bagiku" Kinko kembali tersenyum manis kepada ku.

"Bukan apa-apa kok, aku cuma ingin mengatakannya saja" Melihat senyumannya yang cerah itu, kualihkan wajahku ke arah lain sambil sesekali mencuri pandang kepadanya.

"Oh, iya.... Kau sudah makan siang? Bagaimana kalau kita makan bareng saja? soalnya aku bikin porsi makanan yang agak kebanyakan" Ekspresi wajahnya yang terlihat manis saat menawarkan ku makan siang bersama, membuatku tak berdaya untuk menolaknya.

"Ah, oke....."

"Baiklah, aku siapkan dulu. Kau tunggu saja di ruang makan" Setelah mengatakan itu, Kinko segera berjalan melewatiku ke arah dapur.

"He-hei, bagaimana kalau aku bantu juga? Aku tidak nyaman harus bergantung padamu" Ucapku sedikit terbata-bata karena gugup.

"Eh, nggak apa-apa kok. Aku bisa sendiri" Dia menggelengkan kepalanya dan mulai mengambil beberapa sayuran dari kulkas dan mulai mencucinya di wastafel.

Osomatsu fanfiction : Karamatsu dan rahasia nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang