Chapter 10

77 7 5
                                    


Karamatsu POV

"Aduh, duh.... Nakamura benar-benar tidak segan-segan menghajar ku, ya? Tubuhku jadi sakit semua sekarang" aku memegang bahu yang kini mulai pegal.

Seluruh tubuh ku terasa remuk setelah berkali-kali dibanting oleh Nakamura dalam beberapa kali latih tanding. Untung nya wajahku yang mempesona ini tidak lecet sedikit pun. Setelah beberapa jam berlatih, akhirnya kuputuskan untuk pulang sebelum fajar menyingsing. Sebelum itu, Nakamura sempat memberikan sedikit nasehat yang kurasa tidak terlalu berguna untuk sekarang.

"Hei bocah, biar kutegaskan lagi. Sebaiknya kamu hilangkan pikiran buruk mu itu untuk sementara, sebelum semuanya terlambat"

Semakin lama berjalan, tanpa sadar aku sudah sampai di depan supermarket dekat rumah. Teringat alasan ku pergi semalam, kuputuskan untuk membeli beberapa cemilan untuk Ichimatsu dan anggota keluarga ku yang lainnya. Setelah memilih cemilan favorit mereka, aku segera membawanya ke kasir dan segera membayar nya.

Untung aku membawa uang yang banyak hari ini.

Sambil menunggu kasir memasukkan barang belanjaan ke tas plastik, aku melihat cutter yang tergantung di etalase. Setelah menimbang-nimbang sedikit, kuputuskan untuk mengambil nya satu dan membawanya ke kasir.

Hanya untuk antisipasi.

Selesai membayar semua belanjaan ku, kuputuskan untuk segera pulang sebelum semua penghuni rumah terbangun. Dalam perjalanan pulang, Angin pagi berhembus pelan membelai wajah dan rambut ku. Menerbangkan sebagian helaian nya, dan membuat nya semakin berantakan dan acak-acakan. Udara dingin pun mulai menusuk kulit, membuat tubuhku menggigil.

Setelah beberapa saat berjalan kedinginan, akhirnya aku berhasil sampai di depan pintu rumah. Dengan perlahan kucoba membuka pintu, yang ternyata tidak terkunci untuk menghindari keributan. Walaupun aku sendiri tahu, Kalau saudara-saudara ku yang pengangguran itu tidak mungkin bangun pagi, bahkan ketika gempa bumi muncul dan meteor jatuh ke rumah. Hanya saja, aku tidak ingin orang tua ku yang masih tidur nyenyak itu terganggu dan mulai menanyakan sesuatu ataupun menceramahi ku panjang lebar, karena dikira mabuk sendirian sampai pagi.

Saat aku membuka pintu, di depanku sudah berdiri Todomatsu. Aku sama sekali tidak menduga dia akan menunggu ku di sini, kukira Ichimatsu yang akan menunggu ku setelah aku kabur dari percakapan kemarin malam dengan nya. Aku langsung memasang senyum lebar seperti biasanya yang membuat Todomatsu langsung bergidik melihat nya.

"Hei, Todomatsu. Ada apa gerangan yang membuat mu berdiri di depan pintu sepagi ini? Apakah kau ingin menikmati hangatnya sang mentari sambil melihat nya malu-malu muncul dari balik selimut putih nan tipis di ufuk timur? Hum?"

"Berhenti merusak hari tenang ku, nii-san. Kau tahu kan, kalau aku cuma mau joging pagi? Apa kau terlalu buta sampai tidak bisa melihat baju yang kupakai ini? Kurasa Glitter di bajumu sudah terlalu banyak sampai membuatmu rabun" Todomatsu tidak sedikitpun mengerem perkataannya yang pedas. Dasar dry monster.

"Seharusnya aku yang bertanya padamu nii-san. Kenapa pagi-pagi begini kamu muncul di depan pintu? Apa kamu ingin menghalangiku dan mengadukanku ke Osomatsu nii-san hanya untuk merusak pagiku?" Adik pink ku ini terlihat cemberut dengan wajah imut yang dibuat-buat.

"Non, non, non.....Totty. Aku hanya menikmati udara sejuk di pagi hari sambil mencari inspirasi untuk melodi yang akan kurangkai. Tapi, kehangatan rumah ini membuatku rindu ingin cepat pulang sebelum fajar menyingsing"

"Oke, intinya kamu cuma jalan-jalan tanpa tujuan lalu kembali lagi gara-gara kedinginan....
Ya sudahlah, aku mau lanjut pergi. Rasanya aku tidak kuat mendengar ocehan mu yang menyakitkan itu lebih lama lagi. Bye" Todomatsu segera pergi dan menghilang dari pandangan.

Osomatsu fanfiction : Karamatsu dan rahasia nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang