Chapter 37: Run to outfield

57 5 0
                                    


Keesokan hari

Di sebuah restoran Jepang bergaya tradisional, terlihat seorang pria muda dengan setelan jas rapi tampak memasuki salah satu ruangan. Dengan kacamata berframe hitam yang tergantung di wajahnya dan potongan rambut rapi, membuatnya terkesan seperti seorang pegawai kantoran biasa. Namun ukiran tato yang melingkari lehernya dengan jelas menunjukkan statusnya sebagai seorang Yakuza.

Pria tersebut melihat-lihat ke sekeliling ruangan sambil ditemani oleh seorang pria paruh baya berpakaian koki dan seorang wanita cantik yang mengenakan kimono. Sang pria paruh baya yang merupakan kepala koki sekaligus pemilik restoran tampak berdiri sambil menjaga jarak dengan pria di depannya, sedangkan sang wanita berdiri di antara sang pemilik restoran dan pria Yakuza.

Ruangan yang luasnya sekitar 150 m² tersebut, memiliki tatami (tikar jerami tradisional) yang menutupi lantai disertai dinding berwarna merah, pintu kertas bercorak, serta ornamen-ornamen klasik khas Jepang yang ikut menambah keindahan ruangan itu.

"Tempatnya bagus juga" Ucap sang Yakuza tersenyum hangat sambil menyilangkan tangannya.

"Tentu saja, tuan. Restoran kami selalu menyediakan tempat terbaik untuk para pelanggan dan ruangan yang anda masuki saat ini adalah ruangan terbaik yang kami miliki"

"Hmmm..."

Melihat sang pria menyimak dengan baik perkataannya, pria paruh baya itu bergerak mendekati salah satu pintu geser yang ada di ruangan itu.

"Bahkan di balik pintu geser ini anda bisa melihat pemandangan indah dari taman kecil yang kami mil-"

Sret!

"Hii...!!!" Sang pemilik restoran seketika gemetar ketakutan saat sebuah pisau lempar kecil hampir menggores lehernya.

"Berhenti di situ. Kau mau membuat para tamu dalam bahaya? Kami tidak bisa membiarkan mereka berada di ruangan seperti ini yang gampang diserang oleh orang asing. Bisa saja nanti orang-orang itu bersembunyi di semak-semak taman saat akan menyerang" Ucap pria yang kini menatap tajam wajah sang pemilik restoran.

"Tidak, sama sekali tidak tuan! Maafkan saya!"

"Kalau begitu-"

"Tuan, saya tahu Anda memikirkan soal keselamatan. Namun, kita tidak boleh membiarkan para tamu yang akan datang nanti merasa tersinggung karena ketidaksopanan kita yang tidak mampu menyiapkan ruangan terbaik untuk diskusi besar nanti" Ucap perempuan berambut cokelat panjang berparas cantik dalam balutan kimono.

"Cih, kau benar. Kita tidak bisa membuat mereka kecewa hanya karena hal sepele, apalagi restoran ini adalah restoran terbaik di bawah naungan kita.

Baiklah pak tua, kami pesan ruangan ini untuk acara Minggu depan. Pastikan setiap tamu merasa aman dan puas saat itu. Akan ku pinjamkan anggota ku untuk berjaga-jaga kalau ada masalah" Ekspresi sang pria yang sempat dingin kini berubah kembali menjadi hangat.

"Ba-baik. Terima kasih tuan...."

"Baiklah, kita pergi sekarang" Ucapnya sambil membenarkan dasi yang melingkar di kerah bajunya.

"Baik"

Setelah berjalan agak jauh, sang pria dan wanita tersebut keluar dari restoran dan memasuki sebuah mobil hitam. Di dalamnya, pria itu melepaskan kacamata dan sebagian kancing bajunya. Rambutnya yang rapi pun, diacak-acaknya dengan gusar. Sang wanita yang menyadari hal tersebut, segera menyodorkan sebatang rokok yang diterima dengan baik oleh sang pria dan menyulutkan api langsung pada rokok yang telah tergantung di mulutnya. Pria itu pun menghisap dalam-dalam rokok yang membara itu dan menghembuskan nafas penuh jelaga.

Osomatsu fanfiction : Karamatsu dan rahasia nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang