20. Selingkuh mungkin

31 4 0
                                    

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝒓𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈

******

"Loh Nay lo disini?" Tanya suara berat seorang pria muda berusia 3 tahun lebih tua dari Naysa.

Naysa membuka matanya perlahan dan duduk menghadap ke pria dengan suara berat itu.

"Nay? Lo gapapa?" Tanya Aldo sambil membersihkan pisau, cutter, dan jarum yang berserakan di lantai markas Zegala yang lama tak terpakai ini.

"Nay tangan lo" Ucap Aldo sambil meraih tangan Naysa yang penuh darah yang menetes secara perlahan.

Mata Naysa yang sembab, wajah Naysa yang sudah memerah pucat bagian ujung bibir yang berdarah membuat Aldo bingung dengan keadaan ketua geng Zegala nya ini.

"Lepasin bang" Cegah Naysa sambil menarik tangannya.

"Lo kenapa?" Tanya Aldo dengan mengerutkan keningnya.

"Gue gapapa"

"Gara-gara Alen pasti kan?" Tebak Aldo. Jika benar ini karna ulah sosok suami Naysa, ia pastikan lelaki itu akan mati di tangannya.

"Nggak" Sahut Naysa.

"Terus kenapa Nay?" Tanya Aldo agar mendapat penjelasan kepada Naysa.

"Gue gak tega liat ion" Jawab Naysa dengaj menekuk wajahnya. Sebenarnya ia mempunyai banyak pikiran negatif kali ini tapi pikiran negatif itu seolah tak mau keluar dari kepala Naysa.

Aldo mengalihkan pandangannya lalu menghadap kedepan dan duduk disebelah Naysa yang tengah duduk di lantai yang dingin.

"Kadang kita harus keluar dari masalah itu agar bisa bebas dari semuanya" Ucap Aldo.

"Hah?" Tanya Naysa yang kurang paham dengan ucapan Aldo barusan.

"Lo harus cari jalan keluar untuk masalah-masalah lo kalo lo pengen bebas dari itu semua"

"Gue cabut dulu" Pamit Naysa lalu meraih tas bahu nya dan meninggalkan Aldo sendiri didalam markas.

"Kasian Nay harus berdiri sendiri tanpa ada yang tau isi kepalanya" Kekeh Aldo dengan menatap punggu perempuan kuat yang sedang berjalan dari kejauhan sana. Naysa mencoba menyakiti dirinya sendiri ketika ia kehilangan arah. Pikiran perempuan itu kacau tak bertujuan seolah ada makhluk lain dalam tubuhnya.

"Tapi gue lebih kasian sama nasib gue"

-

Naysa masuk kedalam rumah mewah miliknya yang dari kecil hingga beberapa bulan yang lalu ia tinggali.

"Non kenapa? Mau bibi bikinin teh non?" Tanya bi Tari mencemaskan keadaan Naysa yang sudah tak bisa dijelaskan ini. Rambut hitam acak-acakan dengan mata sembab, hidung merah dan yang lebih kacau adalah sudut-sudut tubuh Naysa yang mengeluarkan darah.

"Bi. Suami saya pulang kesini semalem?" Tanya Naysa dengan wajah penuh kecemasan. Sungguh kondisi nya sekarang sangat memprihatinkan karna kekacauan yang ia buat.

"Waduh enggak non. Mas Alen ga pulang kesini semalem" Jawab bi Tari dengan menundukkan sedikit tubuhnya untuk menghormati nona muda pemilik rumah ini.

Alenay [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang