38. Ayah

14 2 1
                                    

VOTE DONG KAKS🥰💐💐💐

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝒓𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈

******

"Gue mau nikah Nay. Tapi kenapa gue ngerasa gue ga cinta sama Zasya" Gerutu Alen yang sedang menguyah makanan.

"Kalo semisal gue istri lo gimana?" Tanya Naysa memancing sedikit pikiran Alen.

"Hah?"

"Enggak, maksud gue. Kalo gue sebenernya istri lo, lo bakal ngelakuin apa Al?" Gugup Naysa sambil mengaduk-aduk makanan Alen.

"Sewajarnya lah Nay"

"Sewajarnya gimana?" Polos Naysa.

Alen menggeleng kan kepalanya lalu memegang kedua bahu Naysa.
"Kalo misal gue suami lo, gue bakal hilangin semua niatan gue untuk nikahin Zasya. Gue harap gitu sih" Jawab Alen lalu ia memegangi keningnya yang merasa pusing. Bayangan dua pasangan kembali datang dengan begitu samar diingatan nya.

Naysa melepaskan piring dari tangan nya dan ia taruh di atas kasur kamar Alen lalu menyuruh Alen untuk menyandarkan tubuhnya di tumpukan bantal.

"Tiduran aja, gue mau balikin piring" Ucap Naysa lalu memutarkan tubuhnya.

Alen reflek menarik tangan Naysa dengan keras sehingga membuat Naysa terjatuh di atas tubuhnya.

Deg deg deg

Suara jantung mereka sangat kencang sehingga membuatnya terdengar satu sama lain.

"Ehem" Naysa berdehem lalu berdiri dan menatap kosong Alen.

"Kenapa selalu ada bayangan dua orang di pikiran gue sih" Kesal Alen ketika mendapati Naysa telah pergi.

Naysa kembali lalu duduk disamping Alen. Ia mengganti perban kepala Alen lalu ia melihat bahwa sepertinya Alen tak membutuhkan perban itu lagi.

"Udah ga perlu pasang perban lagi Al" Ucap Naysa. Luka yang memang dijahit 10× dulu sekarang tak meninggalkan bekas yang telihat dengan mata telanjang.

Alen mengangguk paham lalu memegang telapak tangan Naysa.
"Gue ngerasa lo ngga asing dihidup gue" Lirih Alen.

"Eee. Kapan lo nikah sama Zasya?" Naysa mengalihkan pembicaraan nya agar Alen tidak merasa pusing kembali.

"Setelah perpisahan sekolah" Jawab Alen.

"Owh" Singkat Naysa. Entahlah, Naysa tidak bersemangat hari ini untuk menghadapi Alen maupun Zasya.

Eh oiya gue harus kemakam ayah
*Batin naysa

"Al. Gue mau pergi dulu, gue ada urusan. Lo disini aja gausah pergi kemana-mana" Ucap Naysa lalu mencium punggung tangan Alen lalu berlari meninggalkan Alen.

Alen membeku ditempat langsung tersenyum miring.

-

Susana sunyi yang tepatnya di Tpu ini sungguh sedikit hampa tetapi itu malah membuat Naysa lega karna dia bisa bercerita sepuasnya dengan gundukan tanah yang indah dengan keramik hitam diatasnya.

Alenay [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang