1st - After Service

258 21 49
                                    

"Bayaran buat malem Minggu kemaren, makasih ya." - Je

-----------------------------------------

"Temen lo emang selalu nyusahin gini ya tiap weekend?"

Hanya ringisan yang bisa ia berikan kepada Keenan, barista yang ia kenal bekerja di salah satu bar yang biasa Jericho kunjungi tiap Sabtu malam.

"Itu bukan taksinya?"

Matanya menyipit, "Iya," dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya, Hana mendorong Riko asal untuk memasuki taksi yang kini telah berhenti di depannya, "Ken, makasih, sorry juga temen gue gak ke-handle gini."

Keenan mengibas-ngibaskan tangannya, tanda itu bukan masalah besar. Hana pun ikut masuk, mengambil tempat di sebelah temannya yang masih duduk dengan posisi tidak manusiawi. Sekali lagi, ia menurunkan kaca jendela hanya untuk memberikan tatapan tidak enak hati ke laki-laki yang selalu meneleponnya tiap malam Minggu saat hari hampir berganti.

Ditatapnya laki-laki yang kini sibuk meracau, dengan begitu saja Hana menempeleng kepalanya hingga tertidur lagi di bangku penumpang, "Kayak orang kecamatan, nyusahin."

Sesekali driver melirik dari rare-view mirror lalu terkekeh, melihat Hana yang seperti--bukan seperti, tapi memang kelimpungan menghadapi Riko yang sedang dalam keadaan mabuk.

Taksi yang mereka tumpangi memasuki kawasan apartemen di daerah Pakubuwono, setelah mobil berhenti di lobby, Hana turun lebih dulu meminta security untuk membantunya membopong Jericho.

Selama lift membawanya naik, Hana terus memasang wajah datar hingga mereka tiba di unit Jericho.

"Gapapa, Pak sampe sini aja, makasih ya."

Susah payah Hana menekan PIN apartemen dengan Jericho yang terus menggelayutinya.

"Bisa berdiri dulu gak?"

Laki-laki di sampingnya justru tersenyum dengan wajah yang sudah benar-benar merah efek dari alkohol, "Cute."

Hana berdecak dan membawa masuk tubuh Jericho yang setidaknya setengah kali lebih berat darinya.

"Haaaah!" ia menumpukan kedua tangannya di pinggang saat berhasil meletakkan tubuh temannya di atas kasur.

Rongga parunya ia penuhi dengan oksigen sebelum lanjut membenahi cara tidur laki-laki itu. Kaos kaki yang sudah panjang sebelah, ia lepaskan dengan penuh umpatan. Kurang beruntung apa Jericho memiliki dirinya. Siapa yang mau repot-repot datang ke bar di weekend hanya untuk mengurusi bayi besar yang selalu "tepar" tidak tahu tempat.

Siapa lagi yang mau membagi waktu liburnya hanya untuk memastikan laki-laki itu tidak mengacau di club lagi. Kalau tidak ingat apa yang sudah Jericho berikan untuknya, Hana ogah membuang-buang waktu untuk pekerjaan tanpa bayaran ini.

Hana berniat untuk pulang saat tangan laki-laki itu menggapai ujung kemejanya dan menariknya jatuh hingga kepalanya terbentur sisi tempat tidur.

"Sakit, tolol."

Jangan harap Jericho akan terbangun, sebab kini laki-laki itu justru mendengkur.

Hana memijit pelipisnya selagi melangkah keluar dari apartemen, ia menunduk saat ponselnya yang di dalam clutch bergetar menampilkan 2 notifikasi pesan dari 2 orang yang berbeda.

Atasan Javi : "Saya tunggu di email malam ini. Tks."

Dear❣️ : "I'm home, kamu dimana?"

The Sound of Longing | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang