"Oh?! Honeymoon-nya disponsorin Rian?!" - Septi
-----------------------
"Kok malah ke kantor?"
"Nengokin Tisya dulu sebentar," Rei mengitari mobil hingga sampai di sisi kiri, membukakan pintu untuk Hana, "Abis ini kita jalan-jalan."
Hana menyambut uluran tangan Rei dengan bibir yang mengerucut, "Aku mau jajan."
"Iya, abis ini jajan."
"Jajan kemana?"
"Terserah kamu."
Rei terus menggenggam tangannya selagi mereka berada di kawasan kantor. Sesekali ia menjawab sapaan dari beberapa karyawan, juga tawa yang menyelingi ketika candaan khas bapak-bapak terdengar.
"Selamat sore, Pak."
Rei sedikit mengangguk dan mengulas senyum.
"Sore, Pak Ariandra."
"Iya, sore."
Begitu terus hingga mereka tiba di lantai 17. Hana masih setia berjalan di samping Rei ketika sapaan itu kembali berlanjut.
"Kamu tiap hari begini?" bisik Hana.
"Begini apa--iya, sore."
"Tuh, begitu. Apa gak pegel dari lantai 1 sampe 17 selamat sore terus?"
"Enggak ah, biasa aja," Rei mendorong pintu besar di depannya, membiarkan Hana masuk terlebih dahulu.
Sekitar 2 minggu ia tidak menempati ruangan ini, namun aromanya masih sama, aroma tekanan dan keringat lembur.
"Tisya mana?"
"Gak tau," Rei langsung menghampiri meja asistennya yang masih dipenuhi kertas dan coretan tinta, ia menggulir mouse pad pada laptop yang terbuka, mencari-cari sebuah kesalahan.
"Rei, aku pengen jus mangga yang dingiiiin banget."
"Iya, sebentar ya," mata laki-laki itu masih berfokus pada monitor di depannya, "Atau mau minta tolong Tisya cariin?"
Hana menggeleng tanpa memberi pernyataan lagi. Kepalanya ia sangga di arm panel sofa saat pintu ruangan terbuka, menampilkan Tisya yang sibuk meniup-niup mug di tangannya.
"Eh? Pak Ariandra? Kok Bapak gak bilang kalo mau ke sini?"
"Ya ngapain bilang-bilang."
"Ada yang salah, Pak?" Tisya ikut menilik ke laptopnya.
"Banyak."
"Hng?" Tisya makin mendekatkan wajahnya ke monitor.
"Yang saya tandain merah, itu direvisi ya."
"Pak?" wajah perempuan itu berubah nanar, "Tapi itu semuanya merah."
"Ya berarti salah semua, terus ini," jari Rei mengetuk-ngetuk kertas yang sudah banyak ia coret, "Yang saya coret kenapa ngasal banget bikinnya? Kan harus pake template yang udah ada. Kenapa kamu seenak-enaknya pake bahasa informal?"
"Kan--"
"Emang surat kayak gini bukan sesuatu yang resmi? Bukannya kamu udah sering bikin beginian? Kok masih salah?"
Tisya meringis, "Maaf, Pak. Saya lupa, soalnya kemarin juga ada misscom sama bagian HR, jadi ini gak kepegang."
"Ya terus?"
Hana terkesiap mendengar suara Rei yang mulai meninggi.
"Udah berapa lama sih kamu kerja sama saya?"
"Rei," Hana menekan suaranya, "Chill, okay?"
![](https://img.wattpad.com/cover/330694129-288-k138701.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of Longing | Huang Renjun
Fanfiction"It's about silence that sounds so loud." Waktu tidak pernah menjanjikan suatu pertemuan, tapi ia janji, apa yang seharusnya berada di lorong itu, selamanya akan tetap berada di sana. 3 tahun berjalan, Hana menemui kebuntuan di jalan gelap tanpa pel...