"Ya makanya jangan nyari sana-sini, nyari sana-sana aja." - Papa
---------------------------
"Papa tunggu kalian di rumah ya."
Sebuah kalimat penutup yang mengharuskan Hana untuk kembali berganti kostum. Padahal niat awal mereka, hanya ingin makan kwetiaw goreng di seberang apartemen.
"Sebenernya, kamu gak ganti baju juga gapapa sih, begitu aja."
Hana berdecak, "Mau aku dikatain gembel sama Mama kamu? Dateng ke rumah cuma pake kaos longgar sama celana training."
"Ya kan ini cuma makan malem biasa, gak yang gimana-gimana."
"Tetep aja--ah udahlah, laki-laki mana ngerti," Hana mengangkat 2 dress selutut miliknya, "Which one?"
"White one."
"Yakin? Gak yang baby pink aja?"
"No, you look so good in white."
Hana masih menimang-nimang dan berakhir menjatuhkan pilihannya ke dress berwarna baby pink yang jelas membuat Rei berdecak. Rei menatap dengan lamat tiap gerakan yang Hana lakukan hingga kaus itu ditanggalkan di lantai, memperhatikan bagaimana punggung kekasihnya yang kelihatan lebih pucat malam ini, hampir sama dengan warna bra yang dikenakan.
"Are you okay?" tanyanya lirih yang membuat Hana menoleh beberapa detik dan kembali ke arah pandang awalnya.
Rei langsung menghampiri saat melihat Hana kesusahan menaikkan resleting gaunnya.
"Tumben peka."
"Dari dulu kan?" Rei menatapnya lewat pantulan cermin, "Bulan depan kita ke tempat Mas Abi ya. Kamu bisa minta cuti gak? Mungkin di sana kita agak lama."
"Mas Abi nyuruh kita ke Sukabumi?"
"Iya, disuruh buru-buru nikah, takut aku macem-macemin kamu, padahal kan cuma satu macem doang."
Hana duduk di depan cermin, memoles wajahnya dengan make up tipis, mengikat rambutnya menjadi satu, dan ditutup dengan ia yang kembali kebingungan memilih warna lipmatte.
"Mas, pilihin warnanya."
"...ya?"
"Pilihin warnanya."
"Apa tadi? Coba ulang manggilnya."
"Mas, pilihin--"
"Jangan gitu, aku salting."
Hana memutar bola matanya, "Cepetan, yang coral apa rose pink?"
"Hng...yang ini? Eh jangan, yang coral aja."
"Yakin?"
"Terserah kamu sih mau pake yang mana, yang penting kissproof."
Wajah Hana berubah datar, "Biar apa begitu?"
"Biar kalo ciuman, bibir aku gak ikut kelunturan," Rei menepuk beberapa kali bahunya, "Aku tunggu di luar ya. Jangan lama-lama."
"Jingin limi-limi," Hana mulai mengolesi bibirnya dengan lipmatte coral. Baru 50% stik itu bergerak di bibir bawahnya, ia langsung menarik 2 lembar tisu dan menempatkannya tepat di bawah hidung saat ada darah segar yang mengalir keluar dari sana, "Jangan sekarang, please."
Posisinya tidak berubah selama 10 menit, ia berdiri berniat mengambil air es untuk kompres, namun perhatiannya sedikit tersita oleh panggilan masuk di ponsel Rei, "Mas, ada telpon!"
![](https://img.wattpad.com/cover/330694129-288-k138701.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of Longing | Huang Renjun
Fiksi Penggemar"It's about silence that sounds so loud." Waktu tidak pernah menjanjikan suatu pertemuan, tapi ia janji, apa yang seharusnya berada di lorong itu, selamanya akan tetap berada di sana. 3 tahun berjalan, Hana menemui kebuntuan di jalan gelap tanpa pel...