"Lo mau main-main sama gue?" - Rei
---------------------------
Haikal tiba-tiba merebut botol beling hijau bekas soju yang Jericho pegang. Lalu, ia mengamati teman-temannya satu persatu yang kebetulan duduk melingkar.
"Oke!" Haikal berseru dan langsung meletakkan botolnya di tengah-tengah meja, "Siap?"
"Apaan?" Nana menyahut.
Botol tersebut diputar begitu saja oleh laki-laki yang kini berdiri tidak begitu jejak dengan wajah memerah dan mata sayunya. Putaran tersebut memelan dan berhenti dimana mulut botol mengarah ke orang "itu".
"Nana, TOD?"
"Apaan?!" Nana menyuarakan protes dengan kata yang sama namun dibumbui sedikit nada melengking.
"Oke, truth. Semenjak nikah, udah berapa kali mandi bareng Septi?"
"Anjing! Gue aja belom milih, setan!"
"Ya buset, panik amat. Tinggal jawab doang padahal."
Nana melirik ke arah istrinya yang tengah membuang muka, "Privasi lah, goblok! Ngapain amat gue sharing sama titisan Abu Jahal."
"Oke. Man, keluarin barangnya." Haikal kembali bersuara.
Dari balik tubuhnya, Jericho mengeluarkan sebuah botol panjang dengan tutup merah bertuliskan Smirnoff. Sementara Haikal bertepuk tangan, lalu menuangkan cairan bening itu ke dalam dua sloki.
"Apa maksud nih?!" Nana yakin, esok pagi suaranya akan habis karena terus berteriak.
"Lho? Lo kan gak mau jawab, sesuai rules, jadi lo harus minum."
"Mana ada?! Gue gak denger peraturan apa-apa!"
"TOD, Truth or Drink. Kurang jelas?" Jericho ikut menimpali.
"Dih?!" Nana menoleh pada Kama yang sedari tadi hanya menyumbang tawa dan yang ia dapatkan hanya kedikkan bahu, "Gak bisa! Gak bisa! Darah gue darah suci! Gak boleh terkontaminasi sama air laknat."
"Yaudah, yang ini aja," Jericho menggapai satu botol lain yang ukuran dan modelnya hampir sama, botol bertuliskan Emperador, berisi cairan oranye kecoklatan kini juga ada di atas meja, "Tuh tinggal pilih. Vodka apa brandy?"
"Ya sama aja, anjeeeng. Sama-sama bikin dosa nambah."
"Satu shot doang sih. Gapapa kan, Sep?"
Septi menatap Haikal dan Nana secara bergantian, lalu menghembus nafas panjang, "Minum aja."
"Mantap!" Haikal menyodorkan satu sloki ke depan Nana.
"Yang, kamu...serius?" Nana bertanya penuh kehati-hatian.
"Iya, minum aja, cobain--"
"Oke."
"--tapi aku pulang."
"E-eh?" tangan Nana bergerak ragu, antara maju atau mundur.
"Serius. Satu tenggak aja itu masuk ke badan kamu, aku pulang, beneran pulang ke rumah Bapak."
"Y-ya jangan dong, Sayang."
Jericho mengangkat kedua tangannya, "Gak ikut-ikutan."
"Sama, gue juga." Haikal berujar sembari melakukan hal serupa.
"Emang babi. Lo berdua padahal berkontribusi dalam menambah dosa gue."
"Tapi kalo udah masuk urusan rumah tangga, gue angkat tangan. Kalo--amit-amit--lo cere, gue takut diminta pertanggungjawaban."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of Longing | Huang Renjun
Hayran Kurgu"It's about silence that sounds so loud." Waktu tidak pernah menjanjikan suatu pertemuan, tapi ia janji, apa yang seharusnya berada di lorong itu, selamanya akan tetap berada di sana. 3 tahun berjalan, Hana menemui kebuntuan di jalan gelap tanpa pel...