"Keadaan baik itu gak akan pernah ada kalo gue cuma duduk diem nunggu." - Kama
--------------------------
Di sini lagi, di tenda es teler dimana kala itu Kama menghajar habis bajingan yang setahunya masih hidup sampai sekarang. Juga dengan orang yang sama yang memintanya berhenti melakukan tindakan anarkis malam itu. Udara yang ia hirup kali ini agak berbeda, oh koreksi, bukan udaranya, melainkan caranya bernafas, lebih ringan tanpa tekanan. Bebannya telah ia tinggalkan tepat di depan pintu apartemen Hana ketika ia menutupnya. Kama meninggalkannya di sana, di antara debu dan partikel kecil tak terlihat.
Lembaran kusutnya telah ia tutup, tidak digantikan dengan selembar kertas kosong, melainkan sebuah buku dimana tiap halamannya memiliki garis dan siap untuk ditulisi puisi juga kisah baru.
Wanita di depannya masih sibuk menahan senyum tersipunya ketika sedang berada dalam panggilan video dengan--ah! Kama sendiri ogah menyebutnya manusia.
"Aku tutup dulu ya. See ya at home!"
Setelahnya, Olivia meletakkan ponselnya menelungkup seakan banyak rahasia yang akan terungkap jika Kama melihat notifikasi apa saja yang masuk di sana.
"Kamu pulang kemana?" Kama bertanya.
"Apartemenku lah. Kemana lagi."
"Nathan?" Kama bertanya lagi dengan alis yang naik sebelah.
Olivia mendengus sebal, "Kita mau makan Indomie soto pake telor."
"Terus abis itu?"
"Yaaaa apa lagi? Ngobrol, mungkin?"
Kama ikut mendengus lalu tertawa remeh, "Kamu tuh kayak gak ada cowok lain deh. Cari yang tabiatnya mendingan gitu lho, Livie."
"Mulai..."
"Kalo temen-temen aku ada yang masih sendiri udah pasti aku kenalin ke kamu."
Olivia menopang dagunya dengan tangan, menelisik Kama yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk air di dalam mangkuknya, "Kalo bukan Ariandra, aku gak mau."
Perkataan ini spontan membuat Kama mengangkat kepala dan berdecih melihat Olivia yang tersenyum penuh arti, "Jangan coba-coba deh. Dia mah anjing galak. Jinak sama pawangnya doang."
"Masih berpawang gak sekarang?"
"...gak tau," Kama menelisik tatap membola Olivia, mencari tahu maksud dari pertanyaannya barusan, lalu menarik tubuhnya ke belakang, "Jangan serius-serius banget ah."
"Lho? Hahaha. Kamu nih sebenernya ikhlas gak sih comblangin aku?"
"Tinggalin aja dulu si Nathan. Urusan cariin kamu pacar mah gampang."
"Gampang, gampang. Kamu mau ngobral aku dimana?"
Olivia jadi yang pertama beranjak setelah menarik tas tangannya yang ada di atas meja. Keluar dari tenda es teler, disusul Kama yang ikut menyusuri jalan hingga sampai di pasar malam yang diadakan di sebuah tanah lapang di daerah Pondok Aren.
"Gak tau sih, belom kepikiran shopee atau tokopedia. Mana yang lebih banyak voucher gratis ongkirnya?"
Olivia menyipit sinis, lalu berhenti di depan penjual sepatu sandal, memasuki tenda tersebut yang mau tak mau Kama ikut mengekori hingga ke dalam, "Kamu malam ini gak ada janji nge-date sama Hana kan?"
"Liv, please..."
Olivia terkekeh, "Aku cuma nanya. Kalo kamu ada janji ya pulang duluan aja. Aku mau nyari sandal dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of Longing | Huang Renjun
Fanfic"It's about silence that sounds so loud." Waktu tidak pernah menjanjikan suatu pertemuan, tapi ia janji, apa yang seharusnya berada di lorong itu, selamanya akan tetap berada di sana. 3 tahun berjalan, Hana menemui kebuntuan di jalan gelap tanpa pel...