30th - Laluna Mulia

119 13 153
                                    

"Saya mau Aya pulang. Ada atau tidak adanya kamu, saya gak peduli. Saya mau adik saya pulang. Secepatnya." - Abimanyu

--------------------------------

"Saya juga gak tau, Mas. Waktunya belom keliatan."

"Ini bukan tentang waktunya yang belom keliatan, tapi kamu yang gak bisa prioritasin hal-hal penting. Kamu pikir saya gak tau kalo kamu sama temen-temen kamu liburan ke Lombok?"

Wah, siapa yang telah berkhianat dengan mengunggah Instastory atau semacamnya di Instagram tentang liburan mereka?

"Kamu emang sengaja nunda-nunda karena belom siap saya tanya-tanya ya?"

"Enggak, Mas. Emang waktunya belom ada, tapi saya udah bilang sama Hana kalo kita berdua bakal ke Sukabumi satu atau dua minggu lagi."

"Iya, terus aja jawabnya begitu sampe taun depan. Laki-laki kok kebanyakan janji dan alesan."

Selamanya, Rei tidak akan bisa menang mendebat Mas Abi. Pria itu selalu punya cara untuk memutarbalik semua ucapannya. Mas Abi handal dalam urusan memojokkan orang hingga bertekuk lutut.

"Kasih hapenya ke Aya. Saya mau ngomong sama dia. Nomor telpon dia susah banget dihubungin."

"Hana masih di Gili, Mas."

"Lah? Kamu emang dimana sekarang?"

"Di Jakarta, saya pulang duluan, ada kerjaan."

"Maksudnya, adek saya ditinggal sendirian di sana?"

"Enggak kok, Mas. Saya titipin ke Jericho."

"Titipin. Kamu pikir Aya barang. Suruh dia pulang. Sekarang."

"Iya, Mas. Hari ini mereka semua pulang. Nanti saya yang jemput Hana di bandara. Mas Abi tenang aja."

"Gimana bisa saya tenang? Makin hari saya ngerasa Aya makin jauh. Saya harap itu bukan karna kamu yang ngelarang dia ngehubungin saya."

"Ya gak mungkin lah!"

Rei refleks menjawab dengan nada tinggi setelah mendapat tuduhan murah semacam itu. Wajahnya ia tutup dengan telapak tangan karena merasa telah melakukan kesalahan fatal.

"Coba ngomong kayak tadi lagi. Saya kurang jelas dengernya."

"Maaf, Mas. Keceplosan."

"Sopan begitu?"

"Ya...enggak, Mas."

Setelahnya, Rei hanya mendengar cercaan juga kritikan dari Mas Abi yang tak jauh-jauh tentang tingkah lakunya yang dianggap tak beretika.

Rei mendesah berat. Baru dengan Mas Abi saja ia sudah diinterogasi segininya, bagaimana jika ia harus berhadapan dengan ayahnya Hana? Rei mungkin akan dikuliti hidup-hidup alih-alih dibunuh jika ayah Hana tahu anak perempuannya tengah hamil.

"Saya mau Aya pulang. Ada atau tidak adanya kamu, saya gak peduli. Saya mau adik saya pulang. Secepatnya."

"Iya--"

Panggilannya diputus. Lagi.

Rei tertawa miris karena lakon yang ia jalani di hubungannya yang serupa panggung komedi. Dua keluarga yang sulit memberi dirinya dan Hana jalan lebar menuju jenjang lebih serius. Dan di situasi sekarang, Rei paham, berjalan di atas seutas tali tipis itu melelahkan juga membahayakan. Angin yang kencang mampu membuatnya jatuh dari ketinggian kapan pun. Lalu, tidak akan ada yang peduli tentang apa saja yang ia temui di dasar dan berujung Rei mati sendirian.

The Sound of Longing | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang