"Jangan begini, Jericho. Jangan jadi brengsek kayak temen kamu." - Erika
-----------------------------
Rei keluar terburu-buru dari ruangan, mengabaikan banyak tatap mata penuh tanya yang terarah kepadanya. Bagaimana bisa ia lupa dengan janji yang baru kemarin dirinya buat dengan Hana?
Jam sudah menunjukkan pukul 11.15, sedangkan jadwal dokter kandungan yang Hana kirim kepadanya pagi tadi sekitar pukul 11.40. Rei terus merutuki dirinya sepanjang langkah yang ia ambil.
Tepat di tikungan lift, kakinya mengerem saat Tisya muncul tiba-tiba yang membuat hidung perempuan itu menabrak dadanya.
"Waaa--"
Ia berdecak malas, "Jalan pake kaki, Tisya, tapi mata juga harus bekerja."
"Iya, Pak, maaf."
Rei bergeser satu langkah ke kanan dan bergerak cepat sebelum lift yang kebetulan terbuka kembali tertutup.
"Pak Ariandra mau kemana?" Tisya membuntutinya.
"Saya ada keperluan mendadak, kamu tolong reschedule jadwal saya siang ini ya."
Mereka berdua masuk ke ruang kubik tersebut. Rei terus memandangi ponselnya, takut-takut Hana menghubungi.
"Tapi, Pak, maaf, sepertinya siang ini Bapak tidak bisa--"
"Saya ada urusan mendadak." tekannya sekali lagi.
"--Bapak Jo marah."
Kepalanya spontan tertoleh ke asisten pribadinya, "Kenapa?"
"Karna Bapak kemarin menolak makan siang dengan beliau."
Embusan nafas lelah terkuar, "Kan udah saya sampaikan kemarin, saya ada keperluan di luar, saya juga udah coba menghubungi Pak Jo."
Tisya meringis, "Tapi tetap, Pak," ucapannya terjeda karena lift yang terbuka, Tisya terus mengekori kemana Rei berjalan, "Pak Jo minta untuk ditemui siang ini."
"Kamu bisa kasih alasan lagi ke beliau kalo saya hari ini bener-bener gak bisa."
"Tapi alasan apa--"
"Itu urusan kamu!"
Tisya tersentak, Rei pun ikut kaget mendengar suara yang ia keluarkan. Dirinya menatap sekeliling yang seakan ikut membeku saat ia membentak Tisya.
"Sorry, saya gak bermaksud."
Tisya sesegera mungkin menguasai diri, baginya, suara tinggi dari Rei sudah menjadi makanan sehari-hari, "Baik, Pak, nanti saya sampaikan ke Pak Jo kalau hari ini Bapak tidak ke kantor."
Tisya mundur beberapa langkah, sedikit membungkuk, lalu memutar badan, dan menjauh dari Rei. Sial, kalau seperti ini, Rei bisa disergap perasaan bersalah seharian.
"Latisya!" Rei menggerakkan sedikit jarinya, meminta perempuan yang sudah 5 meter menjauh itu kembali mendekat.
"Iya, Pak?"
"Selain Pak Jo, ada urgency lain gak buat saya hari ini?"
Tisya membuka benda kotak yang setiap saat menempel di tangannya, "Tidak ada, Pak. Bapak bisa pergi sekarang kalau mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of Longing | Huang Renjun
Fanfiction"It's about silence that sounds so loud." Waktu tidak pernah menjanjikan suatu pertemuan, tapi ia janji, apa yang seharusnya berada di lorong itu, selamanya akan tetap berada di sana. 3 tahun berjalan, Hana menemui kebuntuan di jalan gelap tanpa pel...