5th - Long Lost Friend

113 16 131
                                    

"Tuhan menyembunyikan aibmu, tapi temanmu Haikal." - Kama

---------------------------

Hujan deras mengguyur seisi kota selama 3 hari berturut-turut, seakan ia sudah siap mendengar gerutuan ibu-ibu yang jemurannya tidak akan kering, juga ocehan para petani yang tanamannya membusuk akibat terlalu lama terendam banjir.

Bahkan orang yang membenci panasnya matahari juga bisa merindukan kehadirannya, seperti Hana. Duduk termenung di bingkai jendela kamar temannya sembari berpikir, kapan ia bisa pulang, memberi makan Rubby yang pasti sudah blubuk blubuk sedari pagi.

Uap panas yang terasa di wajahnya dari gelas yang terjulur, membuatnya menoleh.

"Coklat panas, biar gak kedinginan."

Senyum kecilnya tersungging bersamaan dengan tangannya yang mengambil alih gelas tersebut.

"Punya lo mana? Kok gue doang?"

Ia meringis, "Kebetulan coklatnya tinggal buat satu gelas dan kayaknya lo lebih butuh."

Hana memperhatikan asap yang mengepul, meniup isi gelas secara perlahan, lalu menyesapnya, bibirnya mendecap rasa manis dan pahit yang tertinggal di sana.

"Do you miss the sun?" tanyanya tiba-tiba.

"Badly."

Dia terkekeh, "Gue kira lo jatuh cinta banget sama hujan."

"Dia terlalu sering dateng akhir-akhir ini, gue jadi jenuh."

"Gitu ya?" ia menatap penuh damba ke perempuan di depannya, "Jadi gue gak boleh terlalu sering dateng ya, biar lo gak jenuh?"

Hana sedikit kaget dengan keterus terangan temannya, namun ia terlalu pandai untuk menyembunyikan ekspresinya. Hana menatap bergantian gelasnya dan wajah laki-laki itu, lalu,

"Kita sharing aja ya coklatnya, biar sama-sama gak kedinginan."

Dia menatap ragu gelas itu, lalu ikut menyesap coklat tersebut di tempat yang sama, di bekas bibirnya.

"Enak?"

Dia mengangguk, "Tapi gue penasaran sama satu hal," pandangannya sedikit demi sedikit turun, "Apa rasa coklatnya bakal beda kalo gue cobain langsung," ibu jarinya menyentuh hal yang sedari tadi jadi pusat perhatiannya, "Dari bibir lo."

Laki-laki itu lebih dulu menempelkan bibirnya di bibir Hana sebelum ia sempat menghindar. Masih dengan jarak yang begitu dekat dan gelas di tangan Hana yang berada di tengah-tengah mereka, dia tersenyum,

"Manis, gue suka manis."

Hana menahannya dengan gelas saat temannya kembali mengikis jarak. Kerutan tercipta di kening laki-laki itu melihat penolakan Hana.

"Kenapa, hmm?"

Hana menggeleng, "It's just--" kepalanya kembali menggeleng, ia pun berdiri menjauh, "Gue pulang aja ya."

The Sound of Longing | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang