"Kalo waktu itu kita bikinnya lebih lama, bisa dapet 4 kali ya." - Rei
----------------------------
Hari ini pun rutinitasnya masih berjalan seperti biasa. Berangkat menuju kantor, duduk diam di kubikelnya, menatap tumpukan kertas penuh huruf, membiarkan matanya terpapar radiasi dari monitor. Yang membedakan mungkin hanya ruangan Javi yang sudah 2 hari ini gelap tak berpenghuni, juga pesan dari laki-laki itu yang baru masuk 3 detik lalu.
Atasan Javi
"Saya udah di lobby."
14.00
Hana beranjak dari duduknya setelah memastikan tidak ada yang tertinggal. Tangannya menggenggam erat sling tas di bahunya. Terhitung sudah 4 hari ini, segalanya menjadi lebih buruk, morning sickness yang semakin parah, juga nyeri punggung yang luar biasa hebat. Entahlah, Hana berharap hanya kabar baik yang ia dengar dari dokter Vera nanti.
"Mau kemana?"
Hana berpapasan dengan Jericho tepat di tikungan toilet.
"Ada janji."
"Javi?"
Hana hanya diam menatap ujung-ujung sepatunya.
"Ada yang lo sembunyiin dari gue?" gelengan yang diterima membuat decakan lolos dari mulut Jericho, "Lo bisa terbuka ke Javi, padahal kan gue kenal lo lebih lama daripada dia. Gue se-gak bisa dipercaya itu ya?"
"Gak gitu, Je. Kemaren kan gue sempet jatoh, terkilir, dia cuma mau mastiin kalo gak ada yang salah sama kaki gue."
"Berlebihan," Jericho menatap 2 kaki Hana dan tiba-tiba menendang pelan pergelangan kakinya, "Gak sakit kan? Lagian lo gak secengeng itu dibawa ke rumah sakit cuma karna terkilir."
"Kayaknya hal ini gak harus didebatin deh, Je."
Jericho menggeleng, "Seandainya gue itu Nana, apa lo bakal tetep diem kayak gini?"
"Je--"
"Iya-iya, gue emang gak bisa diandelin sebagai temen, gak kayak yang lain," Jericho tersenyum miring, "Gih sana, atasan lo udah nungguin."
Hana masih bergeming di tempat setelah Jericho pergi melewati bahunya begitu saja. Ia menghela nafas, lalu memutar arah, menghadang langkah temannya.
"Gini," Hana menelan ludah melihat Jericho yang enggan menatapnya, "Gak semua hal yang gue alamin, harus lo tau, khusus yang ini, gue pasti cerita, tapi gak sekarang, atau mungkin nanti lo akan tau sendiri. So please, jangan kayak gini."
Jericho tetap abai dan membuang muka ke sembarang arah.
"Jericho, I'm talking to you."
"Gue denger."
"Kasih respon dong."
Pandangan mereka sempat terkunci, namun terputus oleh seruan dari belakangnya.
"Ko! Laptop gue kayak kemaren lagi! Kedap-kedip!"
Jericho mengangkat sebelah tangannya, memberi kode kepada Dikta untuk menunggu. Lalu ia kembali menaruh atensi sepenuhnya pada Hana dan menarik nafas dalam.
"Lo pernah dijemput sama cewe yang rambutnya sepundak. Gue coba inget-inget dan ternyata gue kenal sama dia."
Jantungnya berdegup cepat. Sekarang, giliran Hana yang menghindari tatapan Jericho.
"Gue bukan satu-satunya orang yang tau tentang keberadaan lo kan?"
"......"
"Ada hubungan apa lo sama Rian? Sampe-sampe asistennya dia dateng jemput lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of Longing | Huang Renjun
Fanfiction"It's about silence that sounds so loud." Waktu tidak pernah menjanjikan suatu pertemuan, tapi ia janji, apa yang seharusnya berada di lorong itu, selamanya akan tetap berada di sana. 3 tahun berjalan, Hana menemui kebuntuan di jalan gelap tanpa pel...