0.3

232 21 0
                                    

"Btw Vain, pacar lo yang itu gimana? " tanya Hendro

"Acha itu ya? Gatau, dianya udah mulai ogah ogahan juga ama gue" jawab Vain dengan santai

"Bego lo, datengin kek apa kek, tanyain alesannya, perbaikin hubungan lo" balas Bara sambil menyikut perut Vain

"Sialan, gabisa anjir, mana bisa di perbaiki lagi. Dianya juga udah deket sama orang lain"

"Terus lo biarin? " tanya Rendra

"Ya... Iyalah? Kan lo tau kalau gue dari awal juga ga serius"

"Ya kalau lo ga serius seenggaknya di larang lah" ucap Marvin

"Apa hak gue ngelarang anjir? Gue cuma pacarnya bukan bokap nyokap nya"

"YA LO PACAR NYA JUGA PUNYA HAK TOLOL" Teriak Hendro

"Tapi gimana ya? Gue juga ga terlalu srek sama hubungan gue, dia juga kan udah punya yang baru"

"Lo juga punya yang baru " balas Marvin dengan sinis

"Hah? "

"Katanya tadi ketemu CAMER"

"BRENGSEK LO" teriak Vain lalu menjewer telinga Marvin

Lalu mereka berbincang ringan dengan sedikit candaan yang membuat senja terasa lebih hidup ditemani dengan lagu lagu yang mereka sukai

"Gue balik ya, kasian kak Rezandra di rumah sendiri, mana baru balik juga kan" Ucap Vain mengambil tas nya lalu berjalan ke arah pintu

"Iya, hati hati" balas keempat temannya

Vain mengangguk lalu keluar dari rumah besar milik Hendro dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang

Setelah beberapa menit melajukan motornya, Vain melihat seseorang yang terlihat familiar

Ia menurunkan kecepatan nya, dan member hentikan motornya tepat di depan orang itu

"Hai, Vain! " Sapa orang itu

"Hai, kak. Malem malem gini sendiri? " tanya Vain

"Iya, aku kepengen ituuu, nasi goreng mang hadi euy"

"Hadehh, neng Sunda ini teh? "

"Ih bukan! Aku kan neng Vaja"

"Hadehh, iya dehh. Aku temenin gapapa ya? "

"Okay okayy, btw kamu baru pulang dari rumah Hendro? "

"Iyaaa, baru pulang Aku ini. Soalnya tadi ada yang serius juga yang perlu di omongin"

"Aaahhh, I see. Okay, then? "

"Then, Aku pulang, ketemu neng cantik"

"Diem kamu! Kamu mau enggak ini nasgornya? Enak tauuu, ini favorit Aku" Vaja menawari dengan wajah bersemangat nya

"Kamu paling suka nasi goreng apa? "

"Nasi goreng ikan asin"

"Udah pesen? "

"Udah, makan di sini. Udah izin sama papa tadi pulangnya agak lama"

"Okay okay, bentar ya" Vain berdiri dan menghampiri penjual nasi goreng dan memesan menu yang sama seperti Vaja

"Kebetulan aku belum makan malem, karena Hendro pelit. Jadi Aku makan bareng kamu, enggak apa apa? "

"Gapapa dongg! Enak malah Aku ada temennya"

Perbincangan santai diiringi canda dan tawa membuat mereka nyaman di malam yang dingin itu

"Ini nasi goreng nya yang, Neng" ujar si penjual laku menyodorkan dia piring nasi goreng ikan asin

"Makasih, mang " balas Vaja

"Heeh, sama sama" keduanya menikmati nasi goreng masing masing sambil mengobrol tentang pelajaran dan lain lain

Namun ada di saat Vaja sedang mengobrol tentang hal yang menurutnya lucu, Vain diam sambil menatap wajah Vaja yang menurutnya sangat, cantik(?) Sayang kalau ga di liatin muka cantik begini

"Vain! " ucap Vaja membuyarkan lamunan Vain

"Ah, iya? "

"Kamu dengerin Aku enggak? "

"Iya, Aku dengerinnn. Tentang temen kamu yang waktu kecil masuk comberan terus mukanya di bilang mirip Elsa frozen sama abang nya kan? "

"IYAAA!! Aku pikir kamu enggak dengerin Aku".

Mereka melanjutkan nya sampai kedua piring nasi goreng itu habis

" udah? Aku anter ya? Ada yang mau di beli lagi? "

"JANGAN DI ANTERRR!! AKU PULANGNYA PAKE OJOL AJAA"

"Enggak, aku anter ya cantik" Vain menggenggam tangan Vaja

"Mang, berapa tadi? "

"Jadi 45 ribu, neng" Vain mengeluarkan uang dari kantongnya sebesar 200 ribu dan memberikan kepada si penjual nasi goreng

"Neng ini kebanyakan, aduuhhh"

"Gapapa, mang. Buat mamang aja, itung itung rezeki hari ini. Makasih ya mang" ucap Vain lalu berjalan menuju motornya, mengambil helm yang ada di atas tangki motor nya dan memasangkannya ke Vaja

"Nah, gini dong. Pake jaket, pinterrr" Vain mencubit pelan pipi dan hidung Vaja

"Cantik" gumam Vain pelan

"Iya, Aku tau. Kamu juga, keren" balas Vaja

"Mau Aku gendong naiknya? "

"Enggak! Aku bisa sendiri. "

"Emang iya? Yakin bisa? " Vaja mengangguk dan berusaha menaiki motor Vain, tapi terasa sulit

"Tuh kan ga bisa, sini pegangan tangan aku aja" Vain mengulurkan tangannya yang tak lama kemudian di genggam oleh Vaja

"Makanya, kalau ga bisa jangan sok bisaa" Vain berujar lalu mencubit hidung Vaja pelan

"Iya! Jangan di cubit cubit juga! "

Vain terkekeh pelan lalu menaiki motornya "Pegangan, Vaja" Vain menyalakan motor nya dan melakukan motor nya dengan kecepatan sedang

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang