0.11

146 14 0
                                    

Their house got a new member

"Gue pergi dulu ya, bentar" ujar Vain sambil memakai jaket nya
"By the way, pinjem hoodie lo dong, Vin" Marvin mengambilkan hoodienya yang ada di dalam lemari dan memberikannya kepada Vain

"Mau kemana? "

" gue mau jemput Vaja. Is it okay? "

"Lu serius mau bawa dia kesini? "

"Apa alesan gue ga serius? "

"Kenapa? " tanya Hendro

"Katanya bokap nyokap nya lagi berantem terus kakak kakaknya malah ikutan"
"That's why gue ngajak dia kesini, is it okay? "

"Ya kalau gua gapapa sih, selagi kita ga ngapa ngapain. Lagian kan ada lu sama Bara juga yang bisa jadi temennya" jawab Rendra

"Lu yakin emang gua bisa jadi temennya? " tanya Bara

"Kalau emang ga mau, gue ajak jalan aja anaknya"

"Terserah lu sih" balas Marvin

"Yaudah, gue ajak jalan. Ntar kalau dia mau kesini, gue bawa kesini"
"Mau nitip? "

"Gua mau dong, beliin martabak " ujar Rendra
"Gua juga mau kebab" timpal Marvin
"Gua ngikut aja, mau di beliin apa apa juga gapapa" jawab Bara
"Gua nitip lo balik dengan selamat aja" balas Hendro

Vain terkekeh mendengar jawaban Hendro "noted! Gue jalan ya, kalau ada apa apa kabarin gue"

"Kebalik, harusnya kita yang bilang gitu" balas Marvin

"Iya iyaaa, gue pergi"

"Hati hati! " ujar keempatnya yang dijawab anggukan oleh Vain

Vain berjalan menuju basement dan berjalan di malam hari itu dengan mobil nya

Tunggu aku depan rumah kamu ya, aku udah di depan komplek

Iya.

Saat Vain sudah sampai di depan rumah Vaja, Vaja memasuki mobil milik Vain itu dengan senyum dan mata sembab nya

"Hai! " sapa Vaja saat melihat wajah Vain yang tersenyum lebar

"Hai, Vaja. Kita mau kemana? "

"Katanya mau ke apart Marvin? "

"Kita jalan jalan dulu ya? Anak anak pada nitip, kita jalan kemana aja kamu mau. Kamu lagi kepengen sesuatu? "

"Aku kepengen telur gulung" balas Vaja sambil cengengesan

"Okay, kita cari penjual telur gulung ya" Vaja mengangguk dengan semangat sambil menatap Vain

"Can I kiss your eyes? " tanya Vain yang membuat Vaja sedikit terkejut

"kenapa? "

"Repeat, can I kiss your eyes? Matanya keliatan sembab" Vain mengulangi pertanyaannya sambil sedikit terkekeh

Vain menangkup pipi Vaja dan mencium mata Vaja yang terpejam itu
"Jangan nangis, Aku gak suka liat perempuan nangis atau matanya sembab karena abis nangis" ucap Vain dengan sangat lembut

"I'll try, Vain"

"Aku ada sama kamu, selagi Aku bisa. Cerita ke Aku, jadiin Aku rumah kamu untuk kamu cerita, okay? Jangan nangis, please I beg you" Vaja mengangguk dengan sedikit tersenyum

"Yuk, cari telur gulung. Aku tau dimana tempat jual telur gulung yang enak! " ucap Vaja mengalihkan pembicaraan

Vain mengangguk "tunjukkin jalannya ya"



"Enak kan? " tanya Vaja

Vain mengangguk "kamu sering beli disini? "

"Iya aku sering, nitip kak Gara"

"Mood makan kamu lagi baik kayaknya, ayo kita beli jajanan yang lain"

"Enggak! Nanti aku gendut"

"No problem, I love you just the way you are" ucapan Vain membuat pipi Vaja tiba-tiba memerah

Vain menjalankan mobilnya menuju tempat langganannya membeli kebab untuk membelikan titipan Marvin

"Kamu mau? Ini langganan Aku sama anak anak"

"Boleh deh"

"Mas, kebab nya 3 ya"

"Sip, Zay! " ucap penjual yang sudah sangat hafal dengan wajah Vain

Vain dan Vaja berbincang dengan sedikit bercanda dan di temani tawa keduanya yang membuat malam itu terasa indah

"Vain! Kamu punya kucing gak? " tanya Vaja tiba tiba

"Ngga, tapi dulu pernah punya. Mau liat? " Vaja mengangguk bersemangat

"Ini, namanya popoy yang item ini namanya mimim"

"How cuteeee" ucap Vaja
"Aku punya kucing, namanya nami. Mau liat gak? " Vain mengangguk

Vaja membuka gallery di handphone nya dan mencari foto kucing kesayangannya yang bernama Nami itu

"Lucu, kucing nya. Tapi lebih lucu mommy nya"

"Zay, ini kebab nya" ucap penjual kebab itu sembari memberikan kantong plastik berisi 3 kebab itu

Makasih mas udah selamatin gue dari orang ini

"Okay makasih mas" ucap Vain sambil memberikan uang 200 ribu kepada penjual itu dan pergi meninggalkan tempat itu. Berjalan menggandeng tangan Vaja menuju tempat ia memarkirkan mobil nya

Vain membukakan pintu mobil untuk Vaja dan mempersilahkan Vaja untuk masuk "thanks, Vain"

Vain mengangguk dan menutup pintu itu pelan, lalu berjalan menuju pintu mobil sebelah kanan dan membukanya

"Mampir beli martabak ya? Kamu mau? "

"Boleh"

"Nanti mau langsung pulang ke rumah, apa ikut ke apart? "

"Aku ikut ke apart boleh? "

"Tapi emang gapapa? Soalnya kan ada Marvin, Rendra, Hendro, sama Bara, is it okay? "

"Gapapa, kan ada Bara sama kamu"

"Jangan deh, pulang aja ya? " mau tidak mau Vaja mengangguk





"Bye, Aku pulang ya cantik" ucap Vain

"Iya, Vain. Hati hatiii" balas Vaja

"Itu makanannya, jangan lupa di makan okay. Jangan minum kopi, terus banyakin minum air putih" Vaja mengangguk dan Vain langsung memasuki mobilnya lalu pergi meninggalkan pekarangan rumah keluarga Wimajaya itu



"Lah, udah balik. Bini lu gajadi kesini? "Tanya Hendro

"Bini bini aja lo! "Sinis Rendra

"Mana titipan gua? " ucap Marvin sambil mengulurkan tangannya, lalu Vain memberikan bungkusan plastik yang ia pegang
"Gue beli banyak itu, makannya barengan aja. Ntar gofood aja kalau mau makan yang berat"

"Makan batu? Apa besi? " tanya Bara

"TOLOL AH LU ANJING! " Teriak Marvin

"LAH? SALAH GUA DIMANA ANJIR? ITU TADI VAIN BILANGNYA MAKAN BERAT, BERAT KAN BATU SAMA BESI" Balas Bara tak mau kalah

"YA GAK SALAH SIH, TAPI GAK BATU SAMA BESI JUGA GOBLOK! "

" YA TERUS APAAN ANJING? "

"NASI ANJRIT"

"NASI MAH RINGAN"

"Susah ya punya temen tolol begini" ucap Hendro sambil menatap kedua temannya yang sedang berdebat itu sambil memakan martabak yang di belikan oleh Vain



UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang