0.34

110 9 5
                                    

Kedua nya sudah siap untuk pergi ke sekolah, Vain dengan celana abu dan hoodie hitamnya berjalan beriringan dengan Marvin dengan seragam batik dan celana abu nya itu dibalut dengan jaket kulit hitam. Keduanya berjalan keluar rumah Marvin dan menaiki motor masing-masing. Melajukan motornya menuju ke sekolah dengan kecepatan sedang

Saat sampai di sekolah, Marvin dan Vain memarkirkan motornya di tempat biasanya mereka parkir motor. Namun saat ia ingin memarkir motornya, ia melihat 2 orang yang menarik perhatian nya.

Ya, itu Vaja dan Malvi yang berangkat bersama menggunakan motor sport milik Malvi.

"Gausah noleh sana sini, ayo langsung aja. " ucap Marvin yang tadi melihat juga, ia tidak ingin sahabatnya melihat hal itu, namun telat. "Telat, Vin. Gua udah liat daritadi. Indah ya? Mereka kaya jatuh cinta nya dalem banget. Liat aja cara mereka natep satu sama lain. Gua aja gapernah di tatap segitunya sana Vaja" Vain melihat Vaja dan Malvi tertawa bersama, tersenyum lebar, dan menatap dengan tatapan yang penuh kasih sayang, itu yang Vain lihat.

"Udah, gausah diliat. Ayo ke kelas, lu harus makan, semalem lu ga ada makan" Vain mengangguk dengan wajah masam nya, dan berjalan mengikuti Marvin. Setelah selesai mereka berjalan menuju kantin, untuk membeli minum dan cemilan

Vaja dan Malvi berjalan menuju kelas Vaja, ia melewati siswa siswi yang menatap dengan tatapan aneh kepada keduanya. Saat sampai Kelas Vaja, Malvi pamit kepada Vaja dan pergi ke kelasnya.

"Lo gila, Chaya! Lo gila" ucap Chaery saat Vaja sudah melangkah masuk kelas

"Apa maksud lo ngatain gue anjir? Gue baru juga masuk kelas"

"Ya lo gila! Kalau lo emang ga serius sama Vain mending buat gue aja! " ucap Liandra

"Maksud lo apa sih? Gue ga ngerti! "

"Lo mikir ga sih?? Lo pacaran sama Vain tapi berangkat bareng sama Malvi, Lo gila! Kalau emang lo ga serius sama Vain mending buat gue! Biar gue gausah cape cape move on"

"Gue sama Malvi cuma temenan doang?! "

"Muak gue ngasih tau lo, Chay. " ucap Chaery

"Kenapa sih? Salah gue dimana? "

"Pake nanya. Kan tadi udah gue sebut, anjir" ucap Liandra

"Gini loh, gue berangkat sama Malvi itu udah bilang ke Vain, dan Vain juga biasa aja. Kenapa lo bertiga yang heboh banget?! "

"Ya emang pada dasarnya tolol ya gini" ucap Adena

"Coba gue tanya lo ya, misal nih. Vain sama mantannya masih intens chattan, terus sering ketemu, sering ngajak berangkat bareng, terus Vain izin ke lo untuk berangkat bareng mantannya, apa yang lo rasain?" Tanya Chaery

"YA JEALOUS LAH GILA! GILA AJA PERUMPAMAAN LU! "

"NAH YAUDAH TOLOL, BEGITU JUGA PERASAAN VAIN GOBLOK! " Teriak Liandra

"Ya terus kalau dia Jealous kenapa dia izinin gue berangkat bareng sama Malvi?"

"Emang kalau dia larang, lo bakal nurut? Ngga anjing! " ucap Adena

"Mustahil, Chay kalau lu nurut waktu di larang" ucap Chaery

"Lu mikir dikit lah, Chay. Gue tau dia izinin lo untuk berangkat sama Malvi. Tapi lo sama sekali gatau perasaan dia, lo gatau sama sekali apa yang dia rasain, ntah itu jealous atau dia kesal. Lo gatau, Chay. Lo udah dewasa, harusnya lo mikir 'Oh iya, gue udah punya pacar. Ga seharusnya gue gini' pernah ga sih lo mikir gini, Chay? Kadang gue kasian tau sama Vain. Dia tuh sayang banget sama lo, Chay. Dia cinta sama lo, dan lo sama dia keliatan main main doang, ga ada serius seriusnya sama sekali, lo kaya seakan akan butuh dia untuk nemenin lo saat Malvi ga ada, apa selama ini lo sama dia tidur bareng itu, lo cuma jadiin dia temen lo buat tidur doang? " tanya Liandra kesal
"Gue berani sumpah, Chay. Kalau lo emang cuma mau main main doang, mending dia buat gue. Gue mau ada di posisi lo, gue mau jadi orang yang bener bener Vain sayang, gue siap untuk nemenin dia, gue siap untuk selalu buat dia seneng, dan gue siap untuk cintai dia sebesar dia cintai lo! "

"Jadi lo mau rebut dia? Coba aja kalau bisa. Kalau dia mau sih"

"Lo beneran se-engga serius itu sama dia? "

"Kalau boleh jujur perasaan gue balik ke Malvi"

"Brengsek lo, Chay! "Ucap Adena karena sebenarnya Adena sadar kalau Vain dan ketiga temannya ada di depan kelas mereka, Vain yang baru saja balik dari kantin dan melewati kelas kekasihnya itu, mendengar semua pembicaraan mereka. Marvin, Hendro, Rendra, dan juga Ambar yang ikut mendengar itu, langsung menarik tangan Vain untuk pergi dari kelas Vaja dan pergi ke kelas mereka.

"Lo semua sadar ga sih kalau daritadi lo semua itu bicara di denger sama Vain dan temen temennya? Lo semua bisa ga sih kalau mau ngomong gini liat situasi kondisi dulu?" Ucap Adena Kesal
"Dan lo, Chay. Setelah ini gue udah gatau bakal gimana hubungan lo sama Vain, lo sama dia baru sebulan pacaran, dan gue ga akan sama sekali perduli sama hubungan lo lagi, gausah datengin gue kalau lo mau cerita, gue muak sama lo yang begini" ucap Adena sembari menunjuk Vaja lalu pergi keluar kelas, mengikuti Vain dan temannya

"Dewasa dikir, Chay. Bisa kan? Lo bukan anak kecil lagi. Lo liat? Itu Vain udah denger apa yang lo bilang tadi, urus sendiri, gausah bawa bawa gue! " ucap Chaery lalu pergi diikuti Liandra . Mereka mengikuti Adena.





UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang