She loves Vain when Vain talking to Vaja's Dad.
Ya, itu yang Vaja pikirkan. Karena saat ia sampai di parkiran, Vaja melihat mobil sang ayah terparkir di depan gerbang sekolah, Dimas sang ayah keluar dari mobil dengan senyumnya dan menyuruh Vaja cepat masuk mobil karena cuaca sedang sangat panas
Vain yang sudah sedari tadi sampai di parkiran pun menghampiri pak Dimas yang ada di luar gerbang sekolah, dan berbincang santai dengan ayah dari Vaja itu seputar pekerjaan
Vain yang melihat interaksi Vain dan ayahnya itu lantas tersenyum "ngobrolin apa sih? Kok seru banget kayaknya, aku di ajak ga? "
"Anak kecil ga usah ikut ikut, kamu ga paham yang beginian" ucap pak Dimas
"Loh? Kan Vain kelas sebelas aku kelas duabelas? "
"Tapi kan Vain lebih tua dari kamu" Vain yang mendengar jawaban dari pak Dimas itu hanya bisa tertawa karena melihat wajah Vaja yang kesal
Mereka berdua melanjutkan perbincangan itu dan membiarkan Vaja mendengarkannya dari dalam mobil
"Sudah dulu ya Vain, saya habis ini ada meeting. Saya tinggal ya" ucap Pak Dimas mengakhiri percakapan itu
"Ah, iya Pak. Hati hati, saya juga mau pulang, ada urusan" Vain berjabat tangan dengan pak Dimas dan tersenyum. Vaja yang ada di dalam mobil lantas ikut tersenyum, karena senyum yang di lemparkan oleh Vain itu terlihat sangat lucu
Vain berjalan menuju motornya yang terparkir di area sekolah dan menaiki motornya
"Gimana?" Tanya Hendro
"Gimana apanya? "
"Kan ngobrol sama CAMER" timpal Marvin
"Bacot, gue ada urusan" balas Vain sambil memakai earphone nya dan mengenakan helm juga jaketnya.
"Urusan apa urusan, paling juga ketemu Acha" ucap Marvin sambil tertawa kecil
"Itu tau. Dah ya, gue duluan. Gue skip ngumpul, mau jalan sama kak Reza" keempatnya mengangguk, Vain menyalakan mesin motornya dan melajukan motornya menuju salah satu resto di sana dengan kecepatan tinggi.
Saat sampai, Vain melepas helm nya dan masuk kedalam Resto itu. Acha bilang bahwa dia sudah ada di resto itu, Vain mencari sosok Acha pacarnya itu dan menghampiri meja dimana tempat Acha duduk
"Cha" panggil Vain
"Zay, duduk dulu" Vain mengangguk lalu duduk di kursi yang ada di depan Acha. Ia menatap Acha dengan tatapan seperti anak kecil yang menatap sang ibu
"Kenapa cha? " tanya Vain dengan suara lembutnya yang membuat Acha sedikit gemas
Acha mengusap punggung tangan Vain "Gapapa, Zay. Cuma lama ga ketemu kamu aja, jadi pengen ketemu" Vain mengangguk dan kembali menatap nya
"So? How's the day? " tanya Vain
"Not bad but not good, tapi kayaknya habis ketemu kamu bakal jadi good" Acha membalas disertai dengan senyum nya
"Bisa gitu? "
"Bisa dong, sini sini aku elus kepala kamuu" Vain tersenyum kecil dan membiarkan kepala nya di elus oleh Acha
"Itu aku udah pesenin makanan kesukaan kamu, Zay" Vain mengangguk dan memakan makanan itu tanpa berucap apapun.
"Kenapa ngajak ketemu, Cha? Tumben" Tanya Vain saat sudah selesai makan
"Let's break up, Vain"
"Okay"
"Ga ada niatan buat tanya aku alesannya apa? "
"Nope, i know that you're in love with someone else, Cha. Aku juga tau kamu sama dia udah pacaran, it's okay cha. Bahagianya kamu, bahagia ku juga"
"Sorry, Vain"
"Gapapa, udah biasa kan akunya di giniin" Vain mengelus kepala kakak tingkatnya yang sekarang sudah berstatus mantan nya itu dan mengambil tas nya, juga memakai earphone nya
"It's okay, itu pacar mu di depan udah nunggu. " ucap Vain dan berjalan menuju kasir, membayar semuanya dan pergi keluar dari resto itu.
"Jagain dia bro, trust issues nya ngeri itu cewe. " ucap Vain kepada pacar dari mantannya itu
Marvin.
Marvin adalah orang pertama yang akan Vain datangi saat ia sedang ada masalah atau sebagainya. Hal baik, buruk, sedih dan segalanya akan ia beritahu ke MarvinMarv.
Vain.
Vin, gue putusToday 17.54
Kok bisa?Vain.
Call aja, Vin.Vain menelepon Marvin dan menceritakan mengapa ia bisa putus dengan Acha dan mengapa ia membiarkan Acha pergi begitu saja
Saat Marvin bertanya kepada Vain "kenapa lo biarin? " jawaban Vain akan selalu sama "karena gue ga serius sama dia"
Ya, jika boleh jujur. Vain menerima ajakan Acha untuk berpacaran itu hanya karena ia tidak suka melihat perempuan yang meminta untuk berpacaran dengannya duluan, karena ia tidak ingin melihat perempuan tersebut patah hati, makanya ia terima. Dan setiap dia putus dengan pacar pacar nya, ia akan selalu menjawab "karena gue ga serius sama dia"
Vain pernah serius dengan satu orang. Untuk pertama kalinya ia yang meminta untuk berpacaran, orang itu berada di luar kota, namun mereka beberapa kali bertemu, dan ia juga sangat sayang kepada perempuan itu. Namun suatu saat perempuan itu tiba-tiba menghilang tanpa kabar dan tidak ada clue dari perempuan itu, yang membuat Vain hopeless dan juga clueless. 5 bulan kemudian perempuan itu kembali seakan-akan tidak terjadi apa apa, dan saat itu Vain memutuskan hubungan mereka.
Vain di jalan membawa motornya dengan kecepatan tinggi sambil berbicara dengan Marvin di telepon
"Jadi? "
"Gapapa lah, aman. Gue juga kan udah biasa sendiri, ga ada Acha ga buat hidup gue gelap, Vin. "
"Serius? "
"Iya, Vin. Tutup telepon nya ya? Gue udah mau sampe rumah" Marvin berdehem di seberang sana dan mematikan telepon nya.
Saat Vain sampai di rumah, Vain langsung memarkirkan motornya dan memasuki rumahnya dengan wajah yang santai tidak seperti orang yang terlihat habis putus cinta
Vain merasakan suatu benda yang ada di saku celananya bergetar, ia langsung mengambil barang yang berbentuk persegi itu, melihat siapa yang menelfon nya, melihat nama yang menelfon nya itu, Vain segera mengangkat
Kenapa kak?
Kamu udah dirumah dek?
Udah, barusan banget sampe
It's already 6, aku jemput cewe ku dulu, kamu siap siap aja.
Iya kak, aku juga nanti mau jemput temen
Temen apa temen hayo?
Bodo ah, gausah isengVain langsung mematikan telfon dari Rezandra dan segera pergi ke kamarnya untuk bersiap siap
Setelah Vain selesai mandi, ia langsung menggunakan baju kaos lengan pendek berwarna hitam miliknya dan celana jeans hitam, Vain mengambil handphone nya yang ada di meja belajar di sebelah lemari
Yevaja.
Kak, udah siap? Aku kerumah ya? Sekalian izin lagi sama Pak Dimas.
Alr, sini aja, aku sama papa ini.
Vain dengan cepat mengambil kunci motornya dan mengenakan jaketnya lalu berjalan keluar rumah menuju ke parkiran
Tak lupa menggunakan helm dan membawakan helm untuk Vaja
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Random"I love you forever" - YA you lie. "Pada intinya your heart was never mine, Ay" -RZ "My heart was for you, cuma ke bagi" - YA "Gue gamau balas dendam, gue cuma pengen lo ngerasain apa yang gue rasain" "Ayo putus" "Kamu yakin? " "Kalau aku cuma bisa...