0.14

174 15 10
                                    

She's so sweet, she's kind, she's beautiful. Everytime I see her, yang ada di otak gua hanya gua bersyukur coz I fell in love with this girl.

Vain menatap mata Vaja, dan masih mengelus pipi Vaja.

"Kamu mikirin apa, Vain? "

"Mikir, how lucky I am, karena aku bisa jatuh ke kamu"

"Halaaahhh, boong banget" Vain menggeleng

"I fell in love with you, from the beginning of our meeting"

"I love you"

"I love you more than anything, I love you more than I can describe"

"Cross the line"

"I'm not, untuk ungkapin ini, ga ada yang namanya cross the line buat aku"

"Si paling paling" Vain terkekeh gemas lalu menaiki Vespa nya lalu membantu Vaja untuk naik ke motornya

"Pegangan, Queen"

"Ngga ada queen yang di ajak naik motor"

"You'll be the first, right? "

"I am" jawab Vaja dengan tertawa pelan, memeluk Vain dari belakang dengan erat, Vain melajukan motornya dengan kecepatan sedang

"Queen, mau apa? "

"Engga mau apa apa"

"Okay, nanti kita beli martabak, beli telur gulung, beli ayam"

"Kan aku bilang gamau apa apa, ay"

"Kan aku yang mau beliin. " Vain memberhentikan motornya didepan supermarket, karena ia ingin membeli sesuatu yang menyegarkan. Minuman yang tadi ada di tasnya diminum oleh Vaja, karena memang Vain yang menyuruhnya. Vain mematikan mesin motornya lalu turun dari motornya

"Mau ikut masuk? " Vaja mengangguk dengan semangat, Vain mengulurkan tangannya untuk membantu Vaja turun dari motor, melepaskan helm yang Vaja kenakan lalu menggandeng tangan Vaja laku melangkah memasuki supermarket

"Kamu mau apa? Ambil aja, gapapaaaa. Aku mau ambil minum dulu" Vain berjalan menuju kulkas yang berisi banyak sekali minuman, ia mengambil sekaleng kopi dan sekaleng green sands. Ia juga mengambil 2 kotak susu strawberry kesukaan Vaja.

Vaja berjalan menyusuri rak makanan, lalu mengambil satu cemilan yang ia inginkan dan mengambilkan satu juga untuk Vain

"Udah?" ucap Vain mengambil 2 buah coklat dan 2 bungkus permen yupi untuk Vaja

Vain membayar itu dan berjalan keluar dari supermarket dengan plastik yang berisi makanan dan minuman itu.

"Kamu duduk disitu dulu, aku telfon papa kamu sebentar" Vain menunjuk kursi yang ada di supermarket itu

"Buat apa kamu nelfon papa? "

"Mau nanya udah makan atau belum"

"Enggak usah, mama pasti masak kok"

"Kalau papa bilang mama ga masak? " balasan Vain membuat Vaja terdiam. Vain sebelumnya sudah sempat menelfon pak dimas untuk menanyakan apakah bu Nita masak atau tidak

Setelah selesai, Vain menghampiri tempat Vaja duduk. "Maafin aku ya? " Vain mengelus rambut Vaja dengan sangat lembut, Vaja mengangguk dan memberikan minuman milik Vain

"Jangan kebanyakan minum kopi sama Green Sands, ga baik buat kamu"

Vain tersenyum kecil lalu menganggukan kepalanya gemas "ay ay princess! "

"Kamu mau gak ini coklatnya" Vain mengangguk kecil, Vaja menyodorkan coklat yang ia pegang, Vain menggigit sedikit coklat itu "kenapa cuma sedikit? "

"Kamu kan suka coklatnya, aku makan sedikit aja, biar ngga kurang. Udah, lanjut ya? Kita beli makan dulu, kamu juga udah masuk jam makan malem kamu. " mereka sempat berkeliling sebentar sebelum ke supermarket, dan membuang waktu cukup lama  karena sesuatu ucapan Vain, Vain akan membelikan Vaja telur gulung "papa bilang tadi, beli aja makanan yang kamu mau makan, papa ngikut kamu" ucap Vain sembari memasangkan helm

Keduanya pergi membeli ayam goreng kesukaan Vaja, lalu langsung pulang ke rumah Vaja. Saat sampai, Vain langsung memarkirkan motornya dan mematikan mesin motor miliknya, membantu Vaja turun dan melepas helmnya lalu membawakan beberapa kantong plastik yang tergantung itu ke dalam rumah Vaja

Vain memasuki rumah Vaja disambut oleh pak Dimas dan bu Nita. Vain izin menaruh barang bawaannya kedapur terlebih dahulu, melepas helm nya, lalu menyalimi kedua orang tua Vaja

"Pak Dimas, Bu Nita tadi Zay bawa makanan, gih di makan. " saat Vain berkata demikian, handphone milik Zay bergetar

"Angkat aja, Zay. Gapapa" Vain mengangguk, Rezandra lah yang menelepon nya, ia mengangkat telfonnya

Setelah selesai menelepon,Vain langsung mendatangi Pak Dimas dan Bu Nita "pak, bu, izin datengin Vaja ke atas ya? Ada yang mau Zay omongin" kedua orang tua Vaja mengangguk lalu Vain berlari ke arah tangga dan menaiki tangga itu "jangan lari Zay! " ucap pak Dimas mengingatkan

"Vaja! " Panggil Vain sembari mengetok pintu kamar Vaja

"Siapa dah ribut amat" ucap kak Saga "lah, lu Zay. Tumben malem gini ada dirumah"

"Iya kak, ini gua tadi nganter Vaja sekalian beliin makan, ada dibawah, makan noh"

"Waduhhh, thanks ya Zay! "

"My pleasure kak"

Saat sedang berbicara dengan Saga, tiba-tiba pintu kamar Vaja terbuka
"Kenapa Vain? Kok tadi ketok ketok mulu"

"Aku mau ngomong bentar"

"Kenapa? "

"Tadi kak Reza nelfon, bilang mama sama papa lagi di rumah"

"Then? "

"Pada bawa pasangan masing masing, terus berantem. Aku disuruh nginep disini, terus dia nginep di rumah kak Nias, can I? "

"Izin ke papa sama mama dulu ya? "Vain mengangguk nurut layaknya anak kecil membuat Vaja terkekeh gemas dan mengacak rambut Vain "ayo, izin dulu sama mama papa" Vaja menarik tangan Vain menuju ke lantai bawah

"Papa lanjutin makan aja dulu, aku mau ngomong bentar"

"Kenapa? "

"Selesaiin aja dulu, aku tunggu di ruang TV" Vaja mengajak Vain ke ruang TV untuk menunggu pak Dimas

"Kamu kenapa engga makan? Kan udah aku beliin mamm, kenapa nda mamm? "

Oh god, Vain baby mode on
"Aku makan di kamar aja ya, sayang? Makannya sama kamu, kamu kan abis basket pasti laper, jadi nanti makannya bareng aja ya? "Vain mengangguk paham

Tak lama kemudian pak Dimas datang dan duduk di sebelah Vaja "kenapa, nak? "

"Ini tadi Vain di telfon sama kak Reza, katanya ga usah pulang ke rumah, disuruh nginep disini, boleh pa? "

"Kan ga ada kamar kosong, Chay"

"Saya tidur di lantai kamar Vaja juga gapapa kok, pak. Atau di sofa ini" balas Vain

"Jangan di sofa, Vain." Ucap Vaja

"Jangan kamu apa apakan anak saya ya, Zay! "

"Aman pak! Sama saya semua aman! "

"Yaudah gapapa"

"Makasih, pah"

"Kamu ke kamar ajaaa, aku yang ambilin makannya" ucap Vaja

"Enggak mauuu, mau sama kamu terus"

"Kan cuma sebentar sayang"

"Enggak, gabisa. Mau sama kamu terus"

"Astaga, yaudah" posisi mereka sekarang adalah Vain memeluk Vaja dari belakang, Vaja sedikit susah untuk bergerak mengambil makanannya, tapi Vain tidak ingin melepas pelukan tersebut

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang