Saat sampai di depaan kamar Vain, Vain langsung membuka pintu kamarnya, kamar bernuansa gelap dengan aroma perfume khas Vain yang sangat membuat Vaja nyaman
"Maaf ya, kamarku berantakan""Huum, gapapa" Vaja memasuki kamar Vain, Vain menutup pintu kamarnya, menguncinya lalu menghampiri Vaja yang sedang melihat foto kecil Vain yang ada di nakas. Vain meraih tangan Vaja lalu duduk di ujung kasur, menatap Vaja, dengan tatapan yang sulit untum Vaja artikan
"I told you, aku seharusnya ga bawa kamu, maafin aku"
"It's not your fault, aku yang kekeh mau kesini" tangan yang di genggam oleh Vain ia gunakan untuk mengusap punggung tangan Vain, tangan kiri nya, ia arahkan ke kepala Vain dan mengelus rambut Vain dengan lembut
"Everything's gonna be fine, sayang. Trust me, kalau mereka ngga bangga sama kamu, aku bangga sama kamu, selalu. Aku bangga dengan semua pencapaian kamu, bahkan kamu ada sama aku dan masih bernafas aaja aku bangga, makasih karena kamu ngga nyerah" ucap Vaja, lalu mengecup pucuk kepala Vain
"Aku sayang sama kamu, I love you to the moon and back" ucap Vaja melanjutkan kalimatnya
Vain mengarahkan pandangannya untuk menatap kekasihnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca
" That is the most beautiful sentence I have ever heard"
Tangisannya pecah, seumur hidupnya, ini pertama kali ia mendengar kalimat seindah itu. Vaja membawa kekasihnya itu ke pelukan hangat nya, ia mengelus kepala Vain dengan sangat lembut.Ting
Bunyi notifikasi dari handphone Vain. Vaja melepas pelukan itu, dan kembali mengelus kepala Vain.
"Cek dulu gih, takutnya penting" Vain dengan matanya yang masih berair, ia mengambil handphone nya dan melihat, chat dari siapa itu"Aku kebawah dulu ya? Aku di panggil mama"
"Aku ikut ya? "
"Gausah, kamu disini aja, istirahat" mau tidak mau Vaja menurutinya
Vain keluar dari kamar dan berjalan turun kebawah menghampiri mama nya
"Kenapa, mah? "
"Siapa tadi? Pacar kamu? Anak dari siapa dia? Dimana kamu ketemu dia? "
"Dia, Vaja mah, Yevaja. Iya, dia pacar Vain. Dia anak dari pak Dimas, mantan gubernur yang sekarang punya perusahaan, yang kerja sama, sama perusahaan kakak. Aku sama dia ketemu di sekolah, dia baru pindah 3 bulan lalu"
"Pinter kamu nyari pasangan ya, ujian sudah selesai kan? " Vain mengangguk
"Gimana hasilnya? "
"Masih sama, dan Vain usahakan akan selalu sama, supaya tidak membuat mama malu"
"Nilai? "
"Nilai Vain ada kemajuan, seperti kemauan mama, 9."
"Bagus, mana? Mama mau liat"
"Ada Vain taruh di meja bawah TV, sebentar Vain ambil" Vain berjalan ke arah televisi dan mengambil rapor nya yang ia taruh disana
"APA APAAN INI VAIN? APA YANG KAMU BILANG 9??? "
"BAGAIMANA BISA KAMU BIOLOGI DAN EKONOMI HANYA DAPAT 8.9?? "
"KAMU BERMAIN MAIN DENGAN SAYA? KAMU BILAANG 9? DARIMANA 9 NYA?! "
"Tapi dari semua pelajaran, Vain yang dapat 8 hanya itu, mah. Dan itu juga hampir mendekati 9"
"HAMPIR KAMU BILANG? " Vain menundukkan kepalanya
"LIAT KE SAYA, SAYA ADA DISINI, BUKAN DI LANTAI! " Vain mendongakkan kepalanya, menatap sang ibu, sebisa mungkin menahan tangisnya
Plakk
" MAKAN TUH 9, SAYA MALU SAMA KAMU, DASAR ANAK BODOH, TIDAK TAU DI UNTUNG! HARUSNYA KAMU BISA SEPERTI REZA, KENAPA KAMU TIDAK BISA? PADAHAL HANYA NILAI, KENAPA SAYA HARUS PUNYA ANAK SEPERTI KAMU, HARUSNYA REZA SAJA! " yap, Vain di tampar oleh ibunya. Ibunya berjalan menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil dan tas nya, lalu berjalan keluar rumah untuk pergi lagi
Vain terduduk lemas di sofa ruang tengah itu, ia merutuki kebodohannya, ia marah kepada dirinya sendiri, kecewa kepada dirinya sendiri, benci kepada dirinya sendiri, kenapa ia tidak bisa seperti kakaknya, kenapa ia bodoh?
Vain mengambil handphone nya di dalam kantongnya dan mengirimkan pesan kepada Marvin, dengan berkata "Vin, gua gagal lagi untuk buat dia ga benci sama gua. Gua gagal buat dia berenti bandingin gua"
Marvin yang membaca itu agak sedikit khawatir, namun dia sedang ada urusan yang tidak bisa ditinggal, Vain setelah mengirimkan pesan tersebut langsung mematikan data handphone nyaTanpa Vain ketahui, Vaja sedari tadi mendengarkan obrolan ibu dan anak itu dari kamar Vain, Vain meninggalkan kamarnya dengan keadaan pintu terbuka, yang membuat Vaja dapat mendengar obrolan keduanya.
"Pantes dia ngelarang gue untuk gak ikut ke rumahnya kemarin kemarin, dan pantes dia nangis waktu gua bilang tadi" ucap Vaja lirih
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Random"I love you forever" - YA you lie. "Pada intinya your heart was never mine, Ay" -RZ "My heart was for you, cuma ke bagi" - YA "Gue gamau balas dendam, gue cuma pengen lo ngerasain apa yang gue rasain" "Ayo putus" "Kamu yakin? " "Kalau aku cuma bisa...