0.17

127 14 1
                                    

She is mine, now.

"Aku kangen terus sama kamu. Apa kita tinggal bareng aja ya" ucap Vain tiba-tiba

Sudah berjalan hampir sebulan Vain dan Vaja berpacaran, Vain sering sekali tiba-tiba bilang kangen, padahal mereka sedang bersama

"Coba aja izin ke papa, kalau berani"

"Berani lahh! Paling papa kamu bilang, jangan apa apain kamu. Kan biasanya juga kamu yang apa apain Aku"

"Diem! "

"Hehehehehe maaffff sayanggg" ucap Vain tertawa pelan lalu memeluk Vaja sembari mengecup pipi Vaja "jadinya gimana? Mau enggak? "

"Mau apa? "

"Tinggal bareng, nanti biar aku yang izin ke papa"

"Emang aku bisa nolak untuk hal itu? "

"I love you, sayang"

"I love you more more more more, babe"

Vain dan Vaja sedang ada di ruang tamu rumah Vaja, Vain sedang tiduran di paha Vaja. Pak Dimas belum pulang dan bu Nita sedang di kamarnya, begitu juga dengan kak Saga dan kak Gara

Vaja menonton film sambil mengelus lembut rambut Vain yang membuat Vain sangat nyaman ada di posisi seperti ini, Vain memejamkan matanya sambil menikmati elusan demi elusan yang sangat lembut itu

"Kalau ngantuk bobo aja, ay"

"Terus nanti Nono pulangnya gimana? "

"Mau pulang emang? " Vain dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya tanda tidak mau "lagian kamu sekarang kalau nginep ga izin sama papa juga gapapa"

"Huum, yaudah, aku nginep aja"

As expected ucap Vaja dalam hati sambil tersenyum kecil

"Lanjut nonton di kamar aja, mau? "Vain dengan cepat mengangguk lalu bangun dari tidurannya " gendong aku, kaki aku agak sakit" modus Vaja yang sudah pasti akan langsung dituruti oleh Vain. Vain benar benar menjadikannya Ratu dan akan menuruti ucapan Vaja, yang menurutnya masih wajar.

Vain menggendong Vaja seperti koala dari ruang tamu menuju lantai atas, saat sampai di kamar, Vain duduk di pinggiran kasir dan mendudukan Vaja di pangkuannya

Vain menatap wajah wanita yang sudah menjadi pacarnya itu dengan lembut, tatapan yang selalu ia berikan kepada Vaja, beberapa menit Vain menatap Vaja, ntah apa yang Vaja pikirkan saat itu, ia berkata "kelamaan kamu natap aku! " lalu dengan cepat ia mencium bibir lembut Vain lalu melumat nya pelan dengan sesekali menggigit bibir Vain. Vain yang sebenarnya dari awal tau apa yang akan dilakukan oleh pacarnya ini menikmati, Vain sangat menikmati lumatan demi lumatan bibir mereka, Vain memasukkan tangannya kedalam baju Vaja, mengelus pinggang lalu berpindah mengelus punggung Vaja.

Tidak hanya Vain berlaku demikian, tangan Vaja juga mulai mengelus rahang Vain, lalu tangannya berpindah mengelus leher, lalu ke tengkuk.

TOK TOK TOK

Disaat keduanya sedang menikmati ciuman tersebut, ada yang mengetuk pintu dan membuat keduanya menyudahi kegiatan tersebut, orang yang mengetuk itu berkata "Chay, Zaydine nginep? "

"Iyo pah, ini Zay nginep" ya, yang mengetuk adalah pak Dimas

Brengsek! Ada aja yang ganggu  batin Vaja

"Buka dulu pintunya, papa mau ngomong " Vaja berdiri dari pangkuan Vain lalu berjalan menuju pintu untuk membukakan pintu

"Kenapa pah? "

"Engga, papa mau mastiin aja beneran Zay bukan, kalian udah makan? " Vain mengangguk

"Udah makan tadi, sama mama sama kakak juga tadi makan, Vain bawa waktu kesini"

"Wih, buat papa ada? "

"Ada kok, di kulkas tadi mama simpen"

"Lagi ngapain kalian? "

"Mau nonton film tadi"

Maaf pah, Chay boong, gak mungkin kalau Chay bilang ciuman kan

"Oh yaudah, lanjut aja. Zay, jangan apa apain anak papa ya! "

"Amaaan lah pa, sama Zay semua pasti aman"

Zay gak pernah apa apain anak papa, pah. Anak papa yang apa apain Zay

"Yaudah, papa mau makan" Pak Dimas beranjak pergi dari depan pintu kamar Vaja dan turun ke lantai bawah untuk mengambil makanan, dengan cepat Vaja menutup pintu kamarnya dan berbalik badan

"Kamu gak pernah apa apain aku"

"Iyalah, kan kamu yang apa apain aku"

"Diem! "

"Yaudah, yuk, lanjut nonton film nya" ucap Vain dengan wajah mengejek nya

"Kamu jangan ngejek aku terus ah! " balas Vaja dengan sedikit merengek, yang membuat  Vain terkekeh gemas

"Iya iya, maaf. Sini duduk lagi, aku mau peluk" ucap Vain sembari menepuk-nepuk paha nya, mengisyaratkan Vaja untuk kembali duduk di pangkuannya

"Enggak mungkin cuma pelukan, kalau sama aku ngelakuinnya, baby" ucap Vaja mengunci pintu kamarnya laku dengan cepat berjalan ke arah Vain dan kembali duduk di pangkuan Vain

"We're just kissing, baby" ucap Vaja mengusap bibir Vain yang masih agak basah setelah ciuman tadi, Vaja mengelus leher Vain sembari menatap wajah Vain dengan tatapan menggoda

Iman Vain kuat juga, sesering ini begini, enggak pernah apa apain gue batin Vaja

Sabar Vain, she's not totally mine. You've just got her heart, not her body. Inget kata mama waktu lo kecil Vain, ga boleh apa apain perempuan batin Vain

Vain memegang pinggang ramping Vaja, mengelus lembut dan menatap mata Vaja dengan lembut

See, disaat gini aja kamu masih natap aku dengan tatapan yang sama, Vain.

"Kenapa kamu enggak pernah mau cium aku duluan, padahal jelas jelas posisi kita sensual"

"Karena aku inget kata mama waktu aku kecil, mau gimanapun perempuan, dia tetep perempuan, perempuan harus dijaga bukan di rusak, aku ngga mau ngerusak kamu, karena kalau aku yang make a first move, pasti aku akan ngerusak kamu. Aku selalu biarin kamu cium aku duluan, karena aku gamau ngelakuin itu, sering aku mau ngelakuin itu, tapi aku inget kata mama dulu. "

"Oh god! " ucap Vaja lalu dengan cepat mencium bibir Vain dan melumat nya, kali ini agak sedikit aggressive

She really-really wants me, doesn't she?

Vain membiarkan Vaja melakukan apapun terhadap dirinya selama manurutnya masih batas wajar, termasuk kissing.

Vain melumat balik bibir Vaja, keduanya menikmati hal itu. Vaja mulai mengelus rambut Vain, sedikit menarik rambut Vain lalu turun ke arah tengkuk Vain. Vain juga mulai memasukkan tangannya kedalaman baju Vaja dan mengelus punggung Vaja

Tiba-tiba saja Vaja menyudahi ciuman itu dan menarik nafasnya, terdengar sangat berat.

"Kok bisa kamu kuat gitu? Kayaknya kamu udah berpengalaman"

"I know how aggressive you are when you kiss me. Semakin lama semakin terbiasa"

"Ngeliat kamu sejago itu ciuman, kadang gak yakin kalau first kiss kamu aku yang ambil"

"Kenapa? Emang sama mantan mantan kamu ngga pernah cipokan kayak gini? "

"Harus banget bilangnya cipokan? "

Vain tertawa lalu berkata "Kenapa? Panas ya? "

Vaja dengan cepat menggelengkan kepalanya "apaan, enggak ya! "

Vain menatap wajah cantik kekasih nya itu laku mengusap bibir Vaja yang basah "ututututuuu"

"Udah ah, kamu ngeselin! "



____

Gwe minta vote nya donk

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang