0.24

108 10 6
                                    


Vain sudah selesai mandi, ia mengenakan seragam sekolahnya tanpa di kancing, karena...

Ia tidak bisa mengancing baju sendiri

Ia membiarkan baju nya tak terpancing yangg membuat baju kaos hitam nya terlihat, Vain mengambil tas yang sudah berisi buku itu dan memakai sepatunya.

Setelah selesai ia langsung keluar dari kamarnya dan turun lalu berjalan ke arah pintu keluar

Saat melewati ruang tengah, ia menyadari bahwa ada Manda disana, ibunya.

Ibunya yang sadar ada Vain itu berkata

"Vain, sini! " Vain hanya pasrah, mendatangi ibunya

"Pulang jam berapa kamu semalam? "

"Peduli apa mama? "

"Kamu anak saya! "

"Masih nganggep Vain anak? Bukannya anak mama cuma kak Reza doang? "

"VAIN! " tegur Reza dari tangga

"Apa kak? Bener kan kalau anak bonyok cuma lu doang? Yang paling pinter, nurut, baik, pengertian, mudah di atur, iyakan? Bukan kaya gua yang bodoh" balas Vain dengan tenang

"Jaga mulut kamu, Vain! "

"Kenapa mulut aku? Mau mama tampar lagi? Silahkan"

"Jaga sikap kamu, Vain! " tegur Reza lagi

"Belain aja nyokap lu kak" ucap Vain dengan tenang sambil berjalan ke arah pintu

"Benar benar kurang ajar anak itu! "

"Vain pasti punya alasan ma"

"Bela saja dia terus"



Vain sudah ada di depan rumah Vaja, menunggu pacarnya untuk keluar rumah, ia mengambil handphone nya yang ada di saku lalu menelepon pacarnya itu

"Gua di depan" ucap Vain lalu langsung mematikan telepon nya

Tak lama kemudian, Vaja keluar dari rumah dan menghampiri Vain yang ada di atas motornya

"Morn, babe! "
"Yaelah, mau Kamu sekolah begini? Baju ga di kancingin? Mau tebar pesona kamu? Sini, yang bener, aku kancingin" Vaja membantu Vain untuk mengancingkan baju Vain, setelah selesai Vain tiba-tiba berkata

"Can I get a hug? " tanya Vain dengan lirih

"Are you okay? "

"I'm fine, but can I hug you? "

"Of course babe" Vain memeluk pacarnya itu dengan sangat erat, setelah itu melepasnya

"Naik" suruhnya kepada Vaja

Vaja menuruti itu dan langsung menaiki motornya Vain. Vaja merasa aneh dengan Vain pagi ini, karena ia tidak membantu Vaja memakai helm nya

Ga biasanya pikirnya

Setelah sampai di sekolah, Vain memarkirkan motornya lalu mematikan mesin motornya, membantu Vaja turun dan melepaskan helm yang ada di kepalanya sendiri

"Can you help me? Susah banget lepasnya"ucap Vaja

"Kaya anak kecil lu, buka helm aja gabisa" ucap Vain lalu membantu Vaja melepas helm yang bertengger dikepalanya

Keduanya berjalan melewati koridor, Vain mengikuti Vaja berjalan menuju kelasnya, karena ia masih membutuhkan pelukan dari Vaja.

"Kamu ngapain ikutin aku? "

"Emang gaboleh gua ngikutin pacar gua? "

"Terserah kamu deh" saat sampai, Vaja duduk di tempat duduknya diikuti senggang Vain yang duduk di sebelahnya

"Ke kelasmu sana! Bentar lagi Chaery dateng"

"Dia yang gua usir. Gua mau peluk"

"Gak, nanti aja! Ke kelas sana"

"Ah elah" balas Vain dengan agak sedikit marah karena memang emosi nya agak sedikit tak terkontrol, ia memutuskan untuk keluar dari kelas Vaja itu lalu berjalan menuju kelasnya.

Dia marah sama gua ya? Pikir Vaja

Vain duduk di tempat duduknya lalu menaruh kepalanya di meja, memejamkan matanya, ia ingin tidur sebelum bel masuk berbunyi

Namun saat ia baru saja ingin terlelap, Marvin muncul dan mengganggu nya

"ZAY! "

"Anjing! " Vain yang kesal karena tidur nya terganggu, membuat Marvin ciut, karena muka Vain sangat serius dengan tatapan tajam nya menatap Marvin

"Sorry hehehehehe" ucap Marvin cengegesan

"Kenapa? " tanya Vain dengan wajah datarnya

"Gajadi, Zay" balas Marvin agak gugup

"Bangsat! Kalau ga penting gausah ganggu gua anjing! " ucap Vain dengan penuh tekanan di kata kata nya

"Lu kenapa, Zay? Nyokap lagi ya? "

"Pergi, gua mau tidur! "

"Jawab gua dulu"

"Gua bilang pergi, anjing. Gua mau tidur, ga ngerti bahasa manusia lu? " Marvin segera berdiri dari duduknya dan berlari pergi keluar kelas untuk menghampiri ketiga temannya yang ada di depan kelas

"Sumpah, Vain serem banget" ucap Marvin bicara dengan Rendra, Hendro, dan Bara.

"Kenapa dia? " tanya Hendro

"Gatau, kaya emosi banget gitu" ucap Marvin

"Nyokap nya lagi ya? " tanya Rendra

"Pilihannya kalau bukan nyokapnya ya... "

"Kak Vaja! " Ucap Marvin memotong omongan Bara

"Mau nyamperin Vaja? " Marvin mengangguk lalu berdiri

"Lu pada ikut gak? " ketiga temannya berdiri, keempatnya berjalan menuju ke daerah kelas 12

"Bro, panggilin Vaja dong" ucap Marvin kepada salah satu teman kelas Vaja

"Vaja! Di cari nih" panggil orang itu masuk kedalam kelas

Vaja berdiri lalu berjalan keluar untuk melihat siapa yang mencarinya

"Lah? Lo pada ngapain kesini? "

"Kaga, mau nanya doang. Lu sama Vain lagi ada masalah? " tanya Hendro

"Ga ada, tapi dia dari pagi emang aneh sih"

"Aneh gimana? " tanya Bara

"Tiba-tiba minta peluk, biasanya kaga pernah kalau bukan waktu nginep dirumah gue"

"Terus?"

"Ga gue peluk" jawab Vaja sambil cengegesan

"Dia ada cerita sesuatu gak? " tanya Marvin

"Kaga ada sih ke gue"

"Yaudah, fix berarti nyokapnya ini mah! " ucap Rendra

"Hah? Kenapa nyokapnya? "

"Palingan di bandingin, jauh jauh di tampar lah" ucap Bara santai

"Santai banget lu pada bilang gini? "

"Lu belum kenal sama dia, kak. " ucap Hendro

"Yaudah, thanks ya, kak. Kita balik dulu" kata Rendra dianggurin ketiga temannya, lalu mereka berempat pergi menuju kelas mereka, karena sebentar lagi bel masuk

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang