0.35

115 9 2
                                    


Vain dan keempat temannya berjalan dengan cepat menuju kelas mereka. Saat sampai Kelas, Vain langsung duduk di tempat duduknya, dan menatap Marvin
"Pura-pura ga denger aja omongannya" ucap Marvin

"Kalau bisa pura-pura ga inget kalau lu sama dia pernah pacaran" timpal Rendra

"Gila aja lu! " ucap Ambar

"Ya terus? Emang lu mau dia tetep sama anak itu? " Ambar menggeleng

"Tapi gua masih mau" ucap Vain

"Gila lu ya, Zay. Dia udah bilang gitu aja, lu masih bilang gitu? Ilang otak lu kayaknya" ucap Hendro

"Engga, gue masih mau sama dia, gue masih mau dia"

"Urus temen lu nih, Vin. Gila dia"

"Lu gausah gila lah, Zay. Dia udah jelas jelas bilang kalau dia suka ke bajingan itu, lu sendiri dengar, Zay. Dan lu masih mau sama dia? Lu beneran gila, gua ga abis pikir sama lu. " ucap Marvin

"Lu ga ngerti, Vin. Gue sayang sama dia"

"Tai, Zay. Bullshit! " ucap Rendra

Adena, Chaery, dan Liandra yang ada didepan kelas Vain itu melangkahkan kakinya pergi berjalan menuju kantin.
"Gue ga abis pikir sama Chaya. Udah dapet modelan Vain gitu, yang segitunya sama dia, masih aja diselingkuhin anjir? " ucap Adena

"Dia aja yang kurang bersyukur. Coba aja kalau waktu itu gue yang duluan dapetin Vain, pasti gue bakal bersukur sampe sujud sujud, tobat gue kalau bisa dapetin Vain itu, gue mungkin bisa jadi orang paling bahagia sedunia kali ya. "Balas Liandra

" dia masih belum bisa lepas dari Malvi, karena emang dia lebih duluan sama Malvi daripada sama Vain. Harus diinget juga kalau dia sama Malvi udah hampir 3 tahun bareng, dan gue ngerti sebenernya, tapi ya... Gue ga abis pkir aja dah sama dia " Chaery menimpali ucapan mereka

"Padahal ya, kalau aja waktu itu dia sadar kalau sebenernya perasaannya di Malvi itu masih ada, gue yakin dia ga akan nerima Vain"

"Kasian gue sama Vain. Sejauh ini dia nerima mantan mantannya karena kasian, sekali sayang banget malah diginiin" ucap Adena

"Yaudah lah, emang udah gini jalan hubungan mereka. Tinggal tunggu Vain aja, mau putus apa lanjut" Chaery menanggapi

"Kalau putus, gue pepet" lanjut Liandra sambil tertawa pelan






Bel pulang sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu
Vain hari itu benar-benar tidak fokus belajar, ia hanya melamun dengan wajah yang sedih, sambil menatap lockscreen handphone nya yang terpampang fotonya dengan Vaja.

"Udahlah, gausah di liatin mulu. Ga bakal tu foto tiba-tiba keganti" ucap Marvin yang duduk disebelah Vain

"Ayo pulang, gua beliin kopi, yuk! " ajak Ambar

"Gue gak mood, Bar. " ucap Vain

"Ayolah, justru kan abis minum kopi mood nya baikan. Gua abis gajian ini, mumpung bokap lagi baik dikasih tambahan. Cukup lah buat traktir lu di cafe biasa"

"Anjing! Gaji lu aja bisa buat beli cafe nya babi! " ucap Hendro

"Shhtttt, diem elah! "

"Cmon, Zay. Mau sampe kapan lu begini, ayo man. Fun, life must go on"

"Banyak yang harus lu urus, banyak yang harus lu pentingin. Lu harus inget nilai lu, lu harus inget perusahaan kak Reza, lu inget nyokap lu, inget tujuan lu selama ini ada buat banggain nyokap lu, tujuan utama lu itu bukan buat Vaja tapi Nyokap lu! "Ucap Marvin yang membuat Vain mengangguk

" that's my girl! "

"Kalau untuk sebatas pacar doang, lu udah banyak ngelewatin begituan. Dan lu juga kemarin kalau lu inget, lu diselingkuhin, bray, lu ga segininya juga tuh" ucap Ambar

"This time, just different, dude"balas Vain

" bullshit, dude! " balas Rendra

"Jangan bodoh, Zay" ucap Hendro diangguki Vain.

"Udah, ayo beli kopi, gue traktir, sekalian beli makan. Laper kan lu? " Vain mengangguk

"Makanya, jangan ngelamun mulu! " ucap Hendro menjitak kepala Vain.

"Anjing, lu! " umpat Vain yang membuat temannya terkekeh dan merangkul Vain, Hendro mengambil tas Vain dan membawakan tas temannya itu, kelimanya berjalan di koridor menuju parkiran sambil sedikit bercanda
"Tempat biasa ya! Bills on me"

"YES! " ucap Hendro dan Marvin menanggapi ucapan Ambar

"Giliran gini aja, cepet lu! " balas Rendra

Vain dan ke empat temannya melajukan motor mereka menuju cafe tempat mereka biasa berkumpul, saat dijalan sekali lagi Vain melihat Vaja dan Malvi berdua di atas motor dengan posisi Vaja memeluk Malvi dari belakang, sambil tertawa pelan.

Yang tadinya Marvin ada di belakang Vain, Marvin meninggikan kecepatan motornya untuk menyelip Vain "GAUSAH DI LIAT, FOKUS AJA KE JALAN! " kata Marvin sebelum menyalip Vain lalu Marvin mendekati Malvi, Marvin membuka kaca helm nya dan berkata "BAWA MOTOR YANG CEPET LU ANJING! TEMEN GUA LIAT KELIAKUAN LU BERDUA DARI TADI! "

Vaja membawa motornya dengan kecepatan tinggi, menyalip Marvin dan Malvi tanpa menghiraukan kekasihnya yang dibonceng orang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang