0.9

136 13 0
                                    

Saat Vain sampai di rumah, ia melihat ibu nya sedang duduk di ruang tamu

"Vain, sini! " panggil Manda, Vain berjalan menghampiri Manda dan menampar Vain

"Saya habis melihat hasil ujian kamu, dan saya baru saja melihat rapor kamu semester ini. Kenapa bisa? Nilai kamu hanya 8-9? Soal begitu harusnya mudah u tuk kamu taklukan! "

"But Vain juara pertama, Ma"

"I don't care about kamu juara berapa, Vain! Saya ga percaya, bagaimana bisa dengan nilai kamu begini bisa juara pertama? Kamu ga liat ini nilai kamu hancur semua? Delapan puluh, delapan puluh lima, sembilan puluh, apa apaan ini Vain?! "

"Vain ga peduli lah ma! " Vain berucap dan meninggalkan mama nya yang memaki-maki nya

"VAIN! Anak kurang ajar kamu, dasar ga berguna! "

Saat ibunya memanggilnya, Vain sebenarnya sudah tau apa yang akan ibunya bicarakan, pasti tentang nilai ujiannya saat pertengahan semester 1 bulan lalu, bagi sang ibu, nilai Vain tidak pernah cukup baginya, begitu juga bagi sang ayah.

Kryn.

Vain.
Marv.

Today  23.27
Kenapa, Vain? Ad affkh wahay gerangan?

Vain.
Jamet lo.

Today 23.30
Salah mulu gue dh

Vain.
Gue salah mulu ya, Marv? Gue udh jadi juara pertama aja ga di percaya

Today  23.45
Ngga, Vain. Gue percaya sama lo, begitu juga dengan Hendro, Rendra, dan Bara. Gue tau usaha lo, gue liat usaha lo. Jadi gue percaya, biarin dia ga percaya dengan lo, banyak yang percaya sama lo. Lo udah jadi juara 3 semester berturut-turut, siapa yang ga percaya, Vain? Anak sekolah aja percaya semua. It's okay, dia hanya satu orang dari ratusan orang yang ga percaya sama lo.

Jangan di pikirin Vain.

Vain.
Gue cape boleh ga, Marv?

Today  23.47
Boleh, Vain. Wajar manusia ngerasain sakit, itu wajar banget. Lo manusia, lo bukan robot. Robot aja kalau kelamaan di pake bisa rusak, apalagi lo, lo juga bisa cape, Vain.





Vaja yang sudah berada di kamarnya itu sudah selesai membersihkan tubuhnya, ia juga sudah menggunakan baju tidur dan sudah melakukan rutinitas skincare malamnya, Vaja sedikit penasaran dengan isi dari 3 paperbag yang Vain belikan untuknya, Vaja segera mengambil ke empat paperbag itu dan duduk di atas kasur, membuka satu persatu paperbag yang ada

Vain membelikannya sepatu, tas, dan juga gelang yang menurutnya sangat cantik

Spoiled girl.

Vaja.
Vain, seriously? Kamu beliin aku gelang? This is so expensive, aku balikin ya? Sumpah Vain beneran, aku ga enak.

Today 00.15
I'm serious sayang, aku beliin itu buat kamu karena katanya Marvin, pacarnya mau gelang yang begitu, terus Marvin bilang pacarnya kayak kepengen banget, aku beliin kamu karena it looks pretty good, apalagi kamu yang pakai, jadi aku beliin, jangan di balikin ya? Aku gamau, kamu aja yang pakai, it'll look so pretty kalau kamu yang pakai, princess.

Vaja.
Kan yang mau pacarnya Marvin, kenapa kamu kasih nya ke aku?

Today 00.20
Karena aku mau kasih kamu sesuatu yang bisa kamu pakai terus terusan dan buat kamu ga pernah lupa sama aku. Begitu juga dengan perfume tadi, semua perfume yang kamu pilih adalah perfume yang sering aku pakai, aku beliin kamu ketiganya, karena aku mau kamu terus terusan inget dengan aku saat kamu cium wangi perfume itu, even aku lagi jauh dari kamu.

Vaja.
Terserah kamu lah

Mau aku tolak juga ga bakal bisa

Today 00.26
Besok bawa ya? Biar aku yang pakein.

Vaja.
Iyaa.

Vain jujur ingin bercerita tentang kejadian dimana ibunya menamparnya, tapi ia tidak ingin membuat Vaja khawatir kepadanya, ia tau kalau Vaja tau tentang itu, Vaja akan mengirimkan banyak sekali bubble chat yang berisi tentang Vaja yang menghawatirkan nya, dan dia tidak suka Vaja menghawatirkan nya

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang