0.32

116 11 4
                                    


Cukup lama Vain menginap dirumah kekasihnya, beberapa kali juga ia pulang kerumah untuk mengambil barangnya. Namun hari ini ia akan pulang ke rumah, karena Kak Reza sudah pulang setelah dari Jogja karena ada urusan pekerjaan disana.

"Kamu beneran pulang ya? " tanya Vaja dengan bibirnya yang cemberut

Vain mengangguk "iya, sayang. Maaf ya? Kan kak Reza udah pulang, aku harus nemenin dia, mama juga kan lagi ga dirumah. Maaf ya? "

Vaja dengan matanya yang berkaca kaca itu mengangguk pelan.

"Nanti aku sering sering kesini dehhh, terus nanti kalau kak Reza keluar kota lagi, aku nginep disini lagi, ya? "

"Janji sering kesini ya? " Vain mengangguk pelan sebagai jawaban. "Udah, jangan nangis. Nanti jelek matanya, udah yaa. Nanti aku sesekali nginep, bobo sama kamu, okay? " Vaja mengangguk lalu memeluk erat tubuh Vain.

"Aku cuma mau pulang kerumah sayang, bukan mau pindah ke Korea"

"Ya tapi tetep aja! Aku gabisa bobo huggie sama kamu lagi! "

"Iya, aku tau. Tapi nanti kan aku sering kesini. Udah dongg gausa cemberut teruss, nanti akunya ga pulang pulang"

"Yaudah gausah pulang! "

"Ngomong sama kak Reza sanaa"

"Ga asik ah kamu! Bawa bawa kak Reza"

"Yaudah, aku pulang dulu ya? Udah jam 9 inii, nanti kemaleman aku sampe rumah"

"Temenin aku bobo dulu, pwease? "

"Aku temenin lewat call aja ya? Ini aku sampe rumah aja jam 9.45"

"Yaudah, nanti kalau udah sampe rumah kabarin aku ya? " Vain mengangguk, ia memeluk tubuh kekasihnya, lalu mengecup kening, kedua pipi, hidung, kedua mata, ujung bibir, dan terakhir bibir Vaja. Ia juga mengelus rambut juga punggung Vaja

"Aku pulang dulu ya sayang, besok aku jemput. "

"Gausahhh! Besok aku ada janji sama kak Malvi. Gapapa? "

"Janji apa? Mau kemana? Kenapa baru bilang? "

"Cuma berangkat bareng ke sekolah aja, dia ngajak kemarin malem waktu kamu udah tidur, terus besoknya aku udah lupa, maaf ya? "

"Iya gapapa, aku pulang" ucap Vain lalu membawa tas nya dan mengambil helm nya. Tak lupa kunci motornya

Ia keluar dari kediaman Vaja tanpa berucap apapun lagi, ia juga langsung melajukan motornya ke arah rumah nya

Vain membawa motornya dengan kecepatan tinggi, ia sedang emosi dan kesal dengan apa yang diucapkan oleh pacarnya barusan. Bahkan yang harusnya ia pulang menempuh waktu 45 menit hanya jadi 25 menit.

Saat sampai rumah, ia langsung memarkirkan motornya dan melepas helm nya, dan langsung masuk kedalam rumahnya. Ia melepas sepatu dan menaruhnya di rak sepatu. Ia juga melepas tas dan jaket nya, ia taruh di sofa ruang tengah. Setelah selesai, Vain berjalan ke kamar kak Reza dan mengetuk pintu

Tokkk.... Tokk... Tokk

"Masuk aja cil, gak aku kunci" Vain membuka pintu kamar kak Reza dan menghampiri kakaknya yang sedang duduk di pinggir kasur dengan posisi yang sudah siap memeluk

Vain dengan cepat memeluk kakak nya dan membenamkan wajahnya di leher kakaknya "I miss you so much" bisiknya

"I miss you too, cil"

"Aku mau tidur sama kamu malem ini, boleh? "

Reza terkekeh gemas karena pertanyaan yang diajukan oleh adik kesayangannya itu "ya boleh lah, masa gak boleh" jawab Reza, lalu Reza bertanya "kamu selama aku gak ada dimana? Kata mama kamu gak pernah ada dirumah"

"Ngaduan amat orang tua"

"Mulutnya, gaboleh gitu! "

"Dirumah Vaja"

"2 minggu kamu tidur disana? " Vain mengangguk "astaga, kamu mikir gak sih, kamu nyusahin keluarga nya Vaja kalau kamu nginep selama itu, kasian"

"Orang mama aja nyuruh aku untuk nginep dirumah dia, biar anaknya ada temen tidur"

"Mama siapa? "

"Mama nya Vaja lah! "

"Orang lain di panggil mama papa, orang tua sendiri dianggep asing"

"Ya coba lu liat lah kak! Apa mereka ada disaat kita butuh mereka? Apa mereka pernah ngurusin kita? Apa mereka pernah ngerawat kita? Apa mereka pernah kasih kita perhatian? Ngga kan? Itu alasan gua ga pernah nganggep mereka gitu. Dan asal lu tau kak, gua dapetin semuanya dari orang tuanya Vaja. Gua di urusin, mereka ada disaat gua butuh, masakin gua, perhatiin gua, ngerawat gua kayak anak mereka sendiri, gua pagi dibangunin, gua pagi dimasakin, emang pernah bonyok lu lakuin itu ke gua? Gua bukannya mau bandingin, cuma emang kenyataannya gitu. Gua ga pernah dapetin apa yang lu dapetin, tapi disana gua bisa ngerasain gimana rasanya jadi lu, kak. Gua ngerasa disayang disana kak, gua ngerasa nyaman disana, gua juga nyaman sama kakak kakak nya, karena mereka asik dan ga kayak lu kak, mereka paham gimana posisi gua, dan lu nggak kak, karena lu ga pernah di bandingin atau di omelin kayak bonyok lu omelin dan bandingin gua! "

Vain yang memang sedang emosi, mendengar ucapan Rezandra seperti itu membuatnya semakin emosi dan kesal, Vain berjalan keluar kamar Rezandra dan mengambil tas juga jaketnya yang tadi ada di sofa ruang tengah. Ia keluar rumah dan menyalakan motornya. Ia mengambil handphone nya dan menelfon Marvin, memberi tahu Marvin kalau ia akan kerumah Marvin

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang