0.4

209 18 1
                                    

Keesokan harinya, adalah hari selasa. Vain terlihat sangat bersemangat untuk sekolah ntah karena apa

"Don't you see me? I think I'm falling, I'm falling for you" Vain menyanyikan potongan lirik suatu lagu

"Morning, Vain" ucap seseorang
"Pagi, Vain" timpal orang yang ada di sebelahnya

"Ahh, too mom, dad" balas Vain singkat kepada kedua orang tuanya. Hal itu yang membuat mood nya yang sedari tadi baik menjadi sangat amat buruk saat melihat wajah kedua krang tuanya

Vain menaruh tas ransel nya di sofa lalu berjalan ke arah kulkas untuk mengambil sekaleng kopi

"So? Gimana olimp nya?" Tanya Manda

"That's it, I dengar kamu juara 3?" ucap Rico menimpali ucapan istrinya

Vain mengangguk "Nothing special" balas Vain dengan dingin

"Kenapa? Kenapa bisa hanya 3? Kamu liat Zandra itu, dia tiap olimp selalu mendapat juara pertama, kenapa? Kenapa kamu tidak bisa? Dasar kamu tidak berguna. " tanya Manda dengan mengintimidasi

Tak lama terdengar suara langkah kaki dari arah tangga yang membuat ketiga pasang mata itu menoleh ke arah tangga dan membuat Manda juga Rico mengubah ekspresi wajahnya menjadi lembut

"Morn, Zandra"

"Too, mom" Rezandra langsung berjalan menghampiri Vain dan membuka pintu kulkas lalu mengambil susu coklat nya
"Kapan dateng? " tanya Rezandra berbisik kepada Vain. Vain hanya mengangkat kedua bahu nya sebagai jawaban lalu berjalan mengambil tas nya

"Vain pergi, see you" ucap Vain. Tanpa menunggu jawaban Vain berjalan keluar dengan sepatu sneakers dan tas ransel hitam nya. Berjalan sambil melempar-lemparkan kunci mobil nya ke udara

"Home, doesn't feel like home" gumam Vain lalu membuka pintu mobil nya dan pergi ke sekolah

Saat berjalan menuju sekolah, Vain melirik handphone nya yang bergetar. Melihat nama yang menelfonnya. Vain mengambil handphone nya dan mengangkat telfon itu

"Dek, maafin gue ya? "

"Kenapa lo minta maaf? "
Vain merubah kata "kamu" menjadi "lo" disaat ia sedang marah, dan hanya kepada Rezandra

"Gapapa, karena gua, lo jadi sering di bandingin sama mama,dan papa. Karena gua, lo juga jadi sering ga di hiraukan sama mama, papa. Karena gua, lo jadi harus belajar tiap malem bahkan ga tidur. Karena gua, lo jadi harus nerima perlakuan mama, papa. Semua gara gara gua, maafin gua. "

"Gapapa, gue udah biasa juga" balas Vain dengan dingin

"Dek, jangan gini. Gua minta maaf"

"Gapapa, biasa aja"

"Dek, lo boleh marah ke gua, lo boleh dendam ke gua, tapi please jangan cuekin gua, dek"

"Ga ada yang cuekin lo"

"Lo yang cuekin gua"

"Bacot." Balas Vain lalu langsung mematikan telfon dari Rezandra itu.

"Berisik" ucap Vain lalu kembali mendengarkan lagu

Saat sampai di sekolah, Vain memarkirkan mobil nya lalu pergi berjalan menuju kantin sambil menggunakan earphone nya.

Beberapa guru yang berpapasan dengan nya, ia sapa dengan ramah. Tak sedikit juga murid yang menyapa nya, padahal Vain tidak mengenal mereka, mengapa mereka bisa mengenal Vain(?)

Saat sampai di kantin, ia hanya melihat kedua sahabatnya, yaitu Bara, dan Marvin. Entah kemana Hendro dan Rendra, Vain tidak peduli, mungkin memang sedikit terlambat.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang