0.25

99 8 2
                                    

Lover.

Vaja.
Kamu bisa ga sih kalau ada masalah, cerita ke aku. Bukan malah ilang ilangan begini.
Today 13.05

Vaja yang sedikit khawatir dengan keadaan kekasih, mengirim pesan tersebut. Ia merasa aneh dengan Vain yang dari pagi menghilang.

"Temenin gue" ucap Vaja kepada teman temannya

"Kemana? " tanya Liandra

"Temenin aja"

"Yaudah, gue temenin" ucap Chaery

"Gue ikut" timpal Liandra dan Adena

Mereka berjalan di Koridor menuju ke kelas 10, kelas Vain.

"Ah elah, tau gini ga ikut gue" ucap Liandra

"Temen Vain cakep semua, gausah ngambil pacar temen lo" ucap Adena

"Yaelah, gue juga gamau kali ngambil punya temen gue! "

Cukup jauh mereka berjalan akhirnya sampai di depan kelas Vain. Dan di depan kelas itu ada teman teman Vain yayang duduk di kursi depan kelas
Kok Vain nya ga ada pikir Vaja

"Vin, Ndra, Ndro, Bar, Vain nya mana? "

"Di dalem noh, tidur" balas Hendro

"Udah makan? "

"Gamau makan anaknya, tidur dia dari tadi" jawab Marvin

"Lo pada udah makan? " tanya Chaery

"Udah dong neng" jawab Hendro

"Terus Vain kaga lo pada beliin? " Tanya Liandra

"Yaelah, tu anak mana mau makan, sehari sekali makan aja udah bersyukur gua" jawab Marvin

"Se-jarang itu ya dia makan, Vin? " tanya Vaja dijawab dengan kekehan pelan oleh keempat teman Vain.

"Gua masuk boleh? " tanya Vaja di anggukki teman teman Vain

"Kalian bertiga duduk nih" ucap Marvin berdiri, diikuti oleh Hendro dan Rendra juga berdiri.

"Gapapa? " tanya Liandra

"Gapapa" jawab Rendra. Mereka berbincang santai tentang beberapa topik yang membuat mereka jadi lebih akrab

Vaja masuk kedalam kelas Vain, kelas yang tadinya berisik tiba-tiba menjadi hening saat Vaja masuk, ntah mungkin karena teman teman kelas Vain merasa aneh ada anak kelas 11 yang tiba-tiba memasuki kelas mereka

Vaja duduk tepat di sebelah tempat duduk Vain, mengelus rambut Vain lembut.
"Ay, are you okay? "

Vain terbangun mendengar suara lembut itu, ia mengangkatnya kepalanya dan menoleh ke sebelah kirinya, sudah ada kekasihnya disana

"Ngapain disini? "

"I'm worried about you"

"Gua gapapa"

"Gua gua, aku! "

"Aku gapapa"

"Jangan bohong sama Aku, babe. Kamu gapapa? "

"Aku gapapa"

"Jangan ragu buatt cerita sama aku ya? Kamu mau peluk kan? Sini sayang, Aku peluk" ucap Vaja lalu mengelus kepala Vain, menarik pelan kepala Vain untuk menyender di bahu nya, memeluk Vain dengan sangat erat

"Everything's gonna be okay, I'm here sayang. I'm proud of you" ucap Vaja yangg membuat Vain mendongakkan kepalanya menatap Vaja dengan mata yang berkaca kaca

"Why are you crying? Don't cry hun, it's okay. " ucap Vaja mengusap air mata Vain

"Everything's gonna be okay? " Vaja menganggukkan kepalanya dengan tersenyum tipis

"Trust me, everything's gonna be okay" balas Vaja kembali membawa Vain ke pelukannya sambil mengelus rambut Vain dengan sangat lembut

"Aku mau peluk gini terus, boleh? " ucap Vain dalam yang berada di dalam pelukan Vaja

"Nanti pulang kita peluk yang lama ya, sayang? Kalau sekarang kan masih sekolah"

"Gabisa sekarang? "

"Gabisa, kita masih harus belajar kan? Kamu gamau ketinggalan pelajaran kan? Nanti peluk nya di lanjut pulang sekolah ya? "

"Yaudah, iya. Tapi peluk dulu ya? Jangan di lepas ya? "

Vaja terkekeh pelan "makan dulu ya? Kamu di rumah tadi engga sarapan kan? Makan ya? Sama aku"

"Makan nya sama kamu? Kamu suapin? "

"Iya, cintaku. Aku suapin, mau? " Vain dengan cepat menganggukan kepalanya  bersemangat.

"Yaudah, bentar, Aku minta tolong temen kamu beliin makan ya? " Vain mengangguk, Vaja berdiri lalu keluar kelas menghampiri teman teman Vain yang juga ada temannta juga disana

"Gimana? " tanya Marvin

"Zaydan gapapa? " tanya Hendro

"She's fine" jawab Vaja yang membuat teman teman Vain menghela nafas lega

"Gue boleh minta tolong? " tanya Vaja

"Iya boleh, bentar ya gua ke kantin, biar gua aja yang beliin" ucap Marvin

"Gue belum bilang apa apa? "

"Gua tau, jam segini emang jam nya Vain laper kadang, jadi tiap jam segini gua selalu nawarin dia makan. Gua cabut ya, bilangin ke pacar lu, bentaran" Vaja mengangguk, dan Marvin berjalan menjauh dari mereka

"Gausah heran, dari kita semua, yang paling kenal sama Vain itu Marvin, dari makanan, minuman, jam makan, jam tidur, sampe kegiatan Vain dia tau jam nya, karena dia bener bener perhatiin Vain. Dia hafal semua kelakuan Vain" ucap Rendra

"Kita semua butuh temen kaya Marvin" ucap Liandra

Rendra terkekeh pelan "sayangnya Marvin yang gitu cuma ada buat Vain"

"Nanti kalau Marvin udah balik, panggil aja gua ya, gua balikk ke dalem" ucap Vaja lalu berjalan masuk kembali kedalam kelas

"Marvin orangnya emang se-care itu ke Vain? " tanya Chaery

"He loves her? " tanya Adena penasaran

"No, gimana ya jelasin Marvin ya" jawab Rendra.

"Dia ga cuma care ke Vain, ke gua dan yang lain juga sama. Tapi dia prioritaskan semua tentang Vain, apapun itu, dia mau ngorbanin semuanya kalau Vain yang minta, Dan dia mau di tuntut apa aja sama Vain, pada Intinya, sebenernya Marvin itu jadiin Vain dunianya karena cuma Vain yang bisa ngertiin Marvin. " ucap Bara

"Marvin ngga suka atau cinta sama Vain, tapi dia sayang Vain lebih dari segalanya, bahkan diri nya sendiri. Kalau bukan karena Vain, mungkin Marvin udah ga ada sama gua dan yang lain saat ini" timpal Hendro

"Salut sih gue" ucap Liandra.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang