0.26

138 13 3
                                    

Marvin kembali ke kelasnya dengan 1 kotak styrofoam, dan 1 botol air mineral dingin di kedua tangannya.

Saat Marvin sudah dekat dengan teman temannya, Rendra berkata "tumben ga kopi, Vin"

"Ya lu ngotak lah bray, dari kemarin dia ga ada makan sama sekali, kalau gua kasih kopi sama aja kaya gua mau bunuh dia" balas Marvin

"Emang dia mau minum air mineral dingin? "

"Ngotak bego"

"Iya besok gua jadi adudu, biar pala gua bisa ngotak"

Marvin masuk ke dalam kelasnya lalu menghampiri meja Vain, yang dimana ada Vaja dan Vain yang masih stay berpelukan di sana

"Udahan kali pelukannya, makan nih. Makanya, jangan tolol, makan aja males banget kontol! "

"Bacot lo, Vin. Kalau ga ikhlas bilang, mending gua beli sendiri! "

"Ga ada gua bilang ga ikhlas. Gua cuma bilang jangan tolol makan aja males bangett lu"

"Suka suka gua"

"Serah lu dah! " ucap Marvin lalu berjalan keluar kelas

"Bener kata Marvin tuh, kamu makan aja males banget! "

"Yaelah, lu pacar gua apa pacar Marvin si? "

"Gua gua lu lu"

"Ya maaf" Vaja membuka kotak styrofoam itu lalu menyendokkan nasi goreng dan menyuapi Vain dengan pelan pelan


"Lu sama Vain debat ga jauh jauh masalah makanan" ucap Rendra

"Ya temen lu noh, aneh. Makan aja males, pantes pendek"

"Lu juga sama males makan ya anjing! " kata Bara

"Tai, seenggaknya gua sehari masih makan sekali, dia ga sama sekali, disuruh makan susah banget si tolol"

"Gua ngerasa kesindir loh, Vin" ucap Rendra bercanda

" pendek, makanya makan"

"Anjing! "

Membuat Rendra kesal adalah kebiasaan Marvin dan Vain, cuma Marvin yang sikapnya agak sedikit dingin itu jarang, Vain lah yang sangat sering iseng kepada Rendra, karena menurut Vain, saat Rendra kesal, mukanya terlihat seperti anak kecil

"Kita ini semuanya sebenernya anak kecil, cuma kecepatan gede aja" kalau kata Hendro

Memang benar, kadang Vain dan teman temannya bersikap seperti anak anak tk yang sedang bermain dengn teman temannya, namun sangat jarang.

Sebentar lagi jam pulang, Vain menyuruh Vaja untuk stay di kelasnya, karena di kelas keduanya sedang tidak ada guru. "Makan yang bener lah, Ay. " ucap Vaja sedikit kesal karena Vain susah sekali untuk disuruh makan.

"Udah bener ini" balas Vain datar

"Ah elah, pala lu bener! "

"Pala gua udah bener"

"Bener bentuknya, pola pikirnya yang kena"

"Nyuri meme gua, yakan?"

Vaja terkekeh pelan "hehehehhe, iya. Ya lagian, kamu ngirim meme mulu"

"Suka suka gua"

"Iya deh iya, suka suka pacar aku aja. " Balas Vaja tertawa pelan lalu mengelus pipi Vain dan menatap Vain dengan teduh.

"Nanti malem tidur di rumah aku aja ya? " ucap Vaja

"Barang ku di rumah semua"

"Iya, nanti ke rumah kamu dulu buat ambil barang barang, terus ke rumah aku, ya? "

"Kenapa harus gitu? "

"Aku kesepian kalau malem ga ada kamu" ucap Vaja sambil cemberut

"Mau emang ketemu mama? "

"Emang bakal ada? "

"Ya ada biasanya kalau aku pulang sekolah, makanya aku kalau pulang keluyuran dulu"

"Yaudah, gapapa. Sekalian kenalan"

"Yakin? Aku aja ketemu dia malas"

" yakin lah! Okay? "

"Yaudah iya, nanti ke rumah aku dulu. "Balasan Vain yang membuat Vaja tersenyum gemas kepada Vain, yang membuat Vain menatap wajah Vaja sambil mengelus elus kepala Vaja.

" lanjut makannya? " Vain menggeleng

"Yaudah yaudah, ini minum dulu" Vaja memberikan sebotol air mineral untuk Vain. Vain mengambilnya lalu meminumnya beberapa tegukan.

"Udah? Sini boboan" Vaja menepuk-nepuk paha nya yang membuat Vain menganggukan kepalanya. Vain merebahkan kepalanya di atas paha wanita kesayangannya itu, dan menatap wajah wanita kesayangannya itu yang terlihat sangat cantik, mau dari angle manapun.

"Cantik" gumamnya. Vaja mengarahkan pandangannya ke arah dimana Vain ada, menatap wajah itu, mengelus elus pipi dan rambutnya

"Pacar aku lucu banget ya" ucap Vaja yang membuat Vain tidak dapat menyembunyikan senyum nya. Vain tersenyum sambil menatap wajah Vaja

"Ututututu lucunyaaaa" ucap Vaja lagi sembari mengelus rambut kekasihnya

Vain yang wajahnya mulai memerah karena Vaja itu segera menyembunyikan wajahnya di perut Vaja, yang membuat Vaja terkekeh gemas. Vaja tetap mengelus rambut Vain sembari menunggu Vain ingin menunjukkan kembali wajahnya.









UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang