PART 27

4.7K 34 0
                                    

Ekkk...” tiba-tiba Rudy terbangun. Vina pun segera mengambil Rudy dari box bayi dan langsung menyusuinya.

“Sayang, kita bobo lagi yuk. Kakak ngantuk nih” ucap Vina. Mungkin dengan tidur rasa malu dan kesalnya akan hilang.

***

Cuaca di sore hari memang paling pas untuk pergi hangout karena tidak terlalu panas. Sore ini Vina berniat pergi ke toko buku bersama sahabatnya. Ada buku yang harus Vina beli untuk tugas kuliahnya.

Vina sedang melihat dirinya didepan cermin. Ia memakai celana panjang berwarna cream yang dipadukan dengan kemeja berwarna coklat susu. Penampilannya begitu sederhana, namun terlihat elegan.

“Perfecto” gumam Vina saat melihat dirinya yang tampak sudah siap.

Selanjutnya Vina mengambil tas selempangnya dan memasukkan dompet beserta ponselnya ke dalam tas.

Vina berjalan ke arah Rudy yang masih tertidur pulas.

“Bobo yang nyenyak ya dek, kakak mau pergi sebentar” bisik Vina sambil mencium pipi adiknya.

Di Perjalanan

“Ini bener gak sih jalannya? Daritadi kita udah muter-muter loh” tanya Vina sambil sesekali menatap Sarah.

“Kayanya didepan sana belok kanan deh Vin” jawab Sarah yang duduk disebelah Vina yang sedang menyetir mobilnya.

“Ini si Lena lagi ngerjain kita deh, ngasih alamat asal-asalan. Lagian gue heran dengan keluarga dia, suka banget pindah-pindah rumah kaya siput!” gerutu Vina.

Saat ini mereka berdua sedang menuju ke rumah barunya Lena yang entah dimana letaknya. Daritadi mereka muter-muter terus karena salah jalan, padahal mereka sudah ngikuti petunjuk yang ada di google maps tapi tetap saja tidak ketemu.

“Eh Sar, coba lu chat Lena suruh dia nunggu di samping jalan aja” perintah Vina yang mulai kesal.

“Emang gak ada akhlak si Lena! Bisa-bisanya dia ngerjain kita!” ucap Sarah yang sambil mengambil ponselnya untuk mengirim pesan kepada Lena.

Sarah: Woy, rumah lu dimana sih? Kita daritadi udah muter-muter tau!

Lena: Lurus aja, nanti kalo ketemu penjual mie ayam yang ada dipojok jalan kalian belok kiri.

“Kata Lena lurus aja sampe nemu ada penjual mie ayam dipojok jalan, baru kita belok kiri” ucap Sarah sambil membaca pesan dari Lena.

“Tapi ini beneran kan? Dia gak ngerjain kita lagi kan?” tanya Vina memastikan kali ini mereka tidak dikerjain lagi.

“Iya bener Vin” ucap Sarah.

“Coba sini gue liat” Vina merebut ponsel Sarah.

Issh gak percayaan banget sih lu” Sarah berusaha mengambil ponselnya kembali, tetapi Vina tetap kekeh memegang ponsel Sarah. Kemudian Vina mengirim pesan yang berisi umpatan ke Lena karena ia sudah terlanjur kesal dibohongi.

Tiba-tiba...

Vinaaa awaaaas!!” jerit Sarah ketika matanya tak sengaja melihat pengendara sepeda motor sedang menyebrang jalan. Posisinya sudah sangat dekat dengan mobil yang mereka kendarai.

Vina yang kaget pun refleks melempar ponsel Sarah dan langsung mengerem mobilnya mendadak hingga bunyi gesekan ban mobil dengan aspal terdengar jelas. Namun semua sudah terlambat, kecelakaan tak bisa terhindari.

Braaaak!!!!

Usaha Vina untuk menghentikan laju mobilnya sepertinya sia-sia karena dia merasa menabrak sesuatu dan juga mendengar suara jeritan seseorang.

Jantung Vina rasanya seperti mau copot, dadanya berdebar kencang dengan tangan yang gemetar memegang setir. Bahkan Vina belum berani untuk membuka matanya karena ia belum siap melihat apa yang akan terjadi.

Kecelakaaan... Tolooong... Ada kecelakaan” ucap warga yang melihat kejadian itu.

“Vin, bangun! Buka mata lu!” panggil Sarah dengan nada panik sambil menggoyangkan tubuh Vina.

Vina memberanikan diri untuk membuka matanya dan melihat sudah ramai orang yang mengurumuni mobilnya.

“I.. ini gue beneran nabrak orang?” tanya Vina dengan nada sedikit bergetar karena ini adalah pengalaman pertama ia menabrak orang.

“Iya beneran Vin! Ayo kita turun” ajak Sarah.

“Tapi gue takut kalo nanti diamuk masa Sar” ucap Vina dengan wajah yang terlihat ingin menangis.

“Tapi kita harus liat kondisi korbannya Vin, kita harus tanggung jawab!” tegas Sarah.

Vina menghembuskan nafasnya perlahan berusaha menetralisir rasa takutnya. Kemudian ia pun membuka sabuk pengamannya dan segera turun dari mobil.

“Nah, itu dia orang yang nabrak! Ayo tanggung jawab mbak!” ujar seorang bapak-bapak yang langsung menarik tangan Vina keluar dari mobilnya.

“Iya pak, saya pasti akan tanggung jawab kok” ucap Vina yang berusaha terlihat tenang dengan menahan rasa takutnya.

Sarah yang baru keluar dari mobil langsung berlari menghampiri Vina.

“Vin, ternyata kita nabrak bapak-bapak” ucap Sarah ketika melihat korbannya.

Tapi untung saja sang korban masih dalam keadaan sadar. Dia hanya terluka dibagian kepalanya dan juga lecet di beberapa bagian tubuhnya. Sepeda motor yang ia kendarai pun ringsek dibagian samping.

Vina tanpa sadar meneteskan air matanya saat melihat korban, ia merasa sangat kasian. Kenapa dia bisa begitu ceroboh? Seharusnya tadi ia banting setir ke kanan atau ke kiri supaya tidak menabraknya walaupun kemungkinan besar dirinya yang akan celaka. Dan bodohnya lagi ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, padahal ini adalah kawasan pemukiman warga. Semua ini terjadi karena ia ingin cepat sampai ke rumah Lena.

“Pak, tolong bawa bapak ini ke dalam mobil saya ya. Biar saya antar ke rumah sakit” pintah Vina kepada warga.

“Baiklah, ayo kita bantu gotong bapak ini ke dalam mobil” ucap salah satu warga.

Mereka semua pun segera menggotong sang korban masuk ke dalam mobil Vina.

“Pak, saya boleh minta tolong kemudikan mobil saya gak?” ucap Vina kepada salah satu warga.

“Baik mbak biar saya yang bawa mobilnya” ucap seorang bapak-bapak dengan senang hati.

Vina berniat ingin menjaga bapak itu di belakang. Dia pun tidak mungkin menyuruh Sarah untuk menyetir, bisa-bisa nanti bakalan terjadi kecelakaan yang kedua.

Mereka lalu masuk ke dalam mobil. Vina masuk ke kursi belakang. Ia meletakkan kepala korban itu di pahanya. Vina tidak peduli jika pakaiannya harus terkena noda darah dari kepala sang korban.

“Pak, bapak bertahan ya. Sebentar lagi kita sampai ke rumah sakit” ucap Vina.

Laki-laki paruh baya itu menatap keatas melihat siapakah orang yang menolong dirinya.

Vi-na..” ucap lelaki itu begitu lirih. Tapi masih terdengar oleh Vina.

Vina terdiam, apa dia tidak salah dengar bapak ini memanggil namanya?

“Pak, bapak tau nama saya?” tanya Vina kepada bapak itu.

Lelaki itu hanya tersenyum kemudian memejamkan matanya yang membuat Vina semakin panik.

“Pak tolong cepetin bawa mobilnya!” perintah Vina kepada lelaki yang menyetir mobilnya.

Supir dadakan itu menurut dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

BERSAMBUNG

                                    ****

Wasiat Sang MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang