PART 42

3.8K 37 0
                                    

Di lain tempat, saat ini Vina terlihat sedang melamun menatap ke arah pohon. Vina sedang berada di sebuah cafe outdoor bersama sahabatnya. Semilir angin yang sedang berhembus kencang membuat Vina semakin terhanyut dalam lamunannya.

"Vin, lu kenapa sih? Daritadi gue perhatiin lu ngelamun terus? Coba lu cerita ke kita kalo lu ada masalah" tanya Lena.

Vina tersadar dari lamunannya kemudian mengusap wajahnya dengan kasar. Ada apa dengan hati dan pikirannya? Kenapa akhir-akhir ini ia merasa cemas dan gelisah?

"Gue juga gak tau Len, apa yang sebenarnya terjadi dengan gue" ucap Vina dengan nada lemah.

"Gue tau lu sebenarnya lagi gelisah karena sebentar lagi Om Bobby mau nikah kan? Dan lu itu cemburu kan dengan Om Bobby?" terka Lena.

"Gue gak cemburu tau!" jawab Vina dengan tegas.

"Udah deh Vin lu ngaku aja. Lu gak usah bohongin hati lu sendiri. Ntar lu nyesel baru nyaho lu" ucap Sarah yang ikutan nimbrung.

"Sekarang gue mau tanya deh sama lu, tapi lu harus jawab jujur. Lu gelisah kaya gini karena lu takut Rudy diambil alih dengan ibu barunya atau karena lu takut Om Bobby punya istri baru?" tanya Lena.

Awalnya Vina merasa lebih takut berpisah dengan Rudy, tapi entah kenapa semakin kesini Vina juga merasa takut ditinggal oleh Bobby.

Vina merasa Bobby sudah membuatnya nyaman selama ini bahkan Bobby sudah menyayanginya begitu tulus. Ia merasa tidak terima jika kasih sayang itu harus terbagi untuk Erika.

Tanpa sadar air mata Vina pun turun. Padahal ia sudah berusaha keras agar tidak memiliki perasaan lain ke Bobby. Tapi kenyataannya apa? Sekarang Vina malah merasa tersiksa saat harus melihat Bobby sedang berduaan dengan Erika.

Saat melihat Vina menangis, Sarah segera merangkulnya sambil mengelus tangannya berusaha untuk menenangkan sahabatnya.

"Sekarang apa yang akan lu lakuin Vin? Semuanya udah terlambat, pernikahan Daddy lu tinggal menunggu hari esok aja. Maaf ya gue harus ngomong gini, tapi sumpah lu itu beneran bodoh Vin. Sebenarnya selama ini lu ada rasa dengan Om Bobby, tapi lu selalu menyangkalnya. Lu selalu beralasan gak mau kehilangan Rudy, tapi padahal lu gak mau kehilangan Om Bobby juga kan?" tanya Sarah.

"Gue gak mungkin punya perasaan itu ke Daddy Sar" ucap Vina sembari menghapus air matanya.

Sarah dan Lena saling bertatapan dengan ekspresi yang gemes karena mendengar Vina yang masih saja berusaha mengelak. Apa ia tidak capek membohongi dirinya sendiri secara terus menerus?

"Vina, ingat ini wasiat terakhir Mommy lu! Apa lu mau liat Mommy lu sedih disana karena Om Bobby nikahnya bukan sama lu?" ucap Lena yang terlihat mulai hilang kesabaran menghadapi sahabatnya ini.

"Ya terus gue harus gimana Len?! Apa gue harus mohon-mohon gitu dengan Daddy untuk membatalkan pernikahannya?" tanya Vina.

"Ya seenggaknya lu berjuanglah kalo lu beneran cinta sama Om Bobby. Lagi pula kan selama ini Om Bobby juga udah berjuang mohon-mohon sama lu, nah sekarang ya gantian lah lu yang berjuang" ucap Lena.

"Gue gak mau! Terserah dia kalo emang mau nikah!" jawab Vina dengan nada penuh tekanan.

"Astaga! Punya sahabat kok gini amat yak!" batin Lena yang mulai gregetan dengan Vina.

"Oh ya bagus lah kalo gitu. Emang Daddy lu cocoknya dengan Tante Erika kok. Liat deh tuh mereka berdua romantis sekali bukan?" ucap Lena sambil menunjuk ke arah belakang Vina dan Sarah.

Sontak Vina dan Sarah kompak menoleh ke belakang. Disana tampak keberadaan Bobby yang sedang duduk berdua dengan Erika di salah satu meja cafe. Vina pun langsung mengalihkan pandangannya dari sana.

Wasiat Sang MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang