Rumah Sakit
"Mom banguuun!! Ayo kita pulang Mom!! Kenapa Mommy masih tidur aja? Mommy kan udah janji sama Vina kalo Mommy bakal sembuh" ucap Vina yang tengah memeluk Anita di UGD sambil mengelus wajah Mommy nya yang pucat pasih.
"Vina?" panggil Sarah dengan nada lirih dan air mata yang mulai menetes. Tak hanya Sarah yang meneteskan air mata, Lena dan Gita pun juga ikut meneteskan air mata. Ternyata mereka bertiga sudah tiba di UGD, namun mereka tidak langsung menghampiri Vina karena mereka tak sengaja mendengar perbincangan antara dokter dengan Bobby.
"Kenapa kalian semua nangis?" tanya Vina saat melihat ketiga sahabatnya itu menangis.
"Mommy, ayo banguuun!! Kasian adek nungguin Mommy di rumah" ucap Vina lagi yang tak hentinya menciumi tangan Anita yang sudah dingin.
"Mommy banguuun!!" Vina tiba-tiba berteriak histeris sambil menggoyangkan badan Mommy nya.
"Sayang, kamu jangan seperti ini, kita harus ikhlaskan Mommy ya nak. Mommy pasti udah tenang dan gak ngerasain sakit lagi" ucap Bobby sambil mencoba memeluk putrinya.
"Gak!! Daddy bohong kan? Mommy belom meninggal kan Dad??! Mommy itu cuman pingsan doang kan Dad!!" ucap Vina secara tegas dan berurai air mata sambil memukul lengan Daddy nya.
Bobby yang sedari tadi mencoba menahan air matanya agar tak menetes, akhirnya ia tak bisa menahannya lagi saat mendengar penuturan putrinya. Ia hanya bisa menangis dalam pelukan putrinya.
"Apa yang dikatan bokap lu bener Vin, lu harus belajar mengikhlaskan nyokap lu. Lu gak mau kan liat nyokap lu sedih karna liat anaknya kaya gini? Gue yakin nyokap lu sekarang pasti udah gak kesakitan lagi karena penyakitnya Vin" Sarah mencoba ikut menenangkan sahabatnya.
Sewaktu Anita baru dimasukkan ke ruang UGD, dokter berkata kepada Bobby bahwa istrinya sudah tiada karena tubuh Anita yang sudah dingin dan juga pucat. Namun Vina tidak mendengar apa yang dikatakan oleh dokter sebab ia berada diluar UGD. Awalnya Bobby memang tidak percaya jika istri tercintanya telah tiada karena kemarin istrinya masih sempat tertawa dan bersenda gurau dengan mereka.
"Hiks, kalian sama aja kaya Daddy!! Nyokap gue itu belom meninggal!! Dia masih hidup!! Kalian jangan sembarangan kalo ngomong!!" ucap Vina yang masih memukul dada bidang Daddy nya secara histeris.
Tak lama tangisan Vina semakin melemah, pandangan matanya juga mulai kabur, akhirnya Vina pun jatuh pingsan dalam pelukan Daddy nya.
"Astaga Vinaaaa!! Lu kenapa??!" pekik ketiga sahabatnya yang kaget ketika melihat Vina yang sudah tak sadarkan diri akibat shock.
"Om minta tolong dengan kalian bawa Vina pulang dulu ya. Om mau urus kepulangan tante dulu dari sini" ujar Bobby kepada sahabat Vina.
Mereka bertiga hanya mengangguk dan segera membopong Vina ke dalam mobil.
***
Di Pemakaman
Vina hanya bisa menatap kosong makam Mommy nya yang masih terlihat basah itu.
Vina yang masih terlihat lemas dirangkul oleh ketiga sahabatnya sambil sesekali ia menghapus air matanya yang masih terus mengalir menggunakan tissue.
Sedangkan Bobby saat ini sedang menggendong mencoba menenangkan si kecil yang sedari tadi terus saja menangis. Mungkin karena ia tau dan merasakan jika Mommy nya telah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.
Setelah semua rangkaian proses pemakaman jenazah selesai dilakukan dan para pelayat yang hadir mulai membubarkan diri, Vina secara tiba-tiba kembali berteriak histeris.
"Kenapa Mommy bohong??!! Kenapa Mommy pergi ninggalin kita??!! Vina masih butuh Mommy, adek juga masih butuh Mommy!! Siapa yang bakal ngurusin kita sekarang Mom??!!" tangis Vina sambil meremas bunga dan tanah makam yang masih basah.
"Tugas Mommy udah selesai nak, sekarang giliran kamu yang harus menggantikan posisi dan tugas Mommy untuk menjaga dan merawat adikmu seperti pesan Mommy padamu kemarin sayang" Bobby pun berjongkok dan mengelus punggung Vina.
"Kamu wanita hebat sayang, kamu bisa bertahan melawan penyakitmu ini selama hampir 25 tahun lamanya. Bahkan kamu pun rela memberikan aku anak ditengah penderitaan yang kamu rasakan. Sekarang kamu udah tenang sayang, kamu gak perlu merasa kesakitan lagi. Aku janji aku bakal ngerawat dan menjaga anak kita. Aku juga janji akan tunaikan wasiat terakhirmu walaupun bukan sekarang. Tapi nanti jika waktunya tiba, aku pasti akan kabulkan permintaan terakhirmu itu" batin Bobby yang berjanji pada Anita sambil menatap dan mengusap batu nisan istri tercintanya itu.
"Sayang, sekarang kita pulang yuk" ajak Bobby pada putrinya.
"Iya Vin, kita pulang yuk. Lu harus bisa tabah dan ikhlaskan kepergian nyokap lu supaya dia tenang dan bahagia disana. Kalo lu sedih terus kaya gini, pasti nyokap lu juga ikutan sedih Vin" ucap Gita yang mencoba membantu menenangkan Vina.
Vina hanya mengangguk. Yang dikatakan Gita tadi benar. Dia gak boleh larut dalam kesedihannya. Dia harus berusaha tabah dan ikhlas agar Mommy nya bisa tenang.
"Om, kita juga sekalian pamit mau pulang ya" pamit Lena mewakili kedua sahabatnya.
"Oh iya, terima kasih ya kalian udah bantu jagain Vina tadi. Kalian hati-hati dijalan" ucap Bobby.
"Makasih ya guys" Vina langsung berdiri dan segera memeluk ketiga sahabatnya.
"Vina janji Mom akan menjaga dan merawat adek seperti anak Vina sendiri" batin Vina sambil menatap makam Mommy nya sebentar kemudian berjalan meninggalkan makam bersama sahabat dan juga Daddy nya.
***
Seminggu telah berlalu, Vina masih terlihat bersedih bahkan ia akan menangis jika sedang teringat Mommy nya.
Yang biasanya setiap pagi sang Mommy selalu membangunkannya untuk berangkat kuliah, kini ia harus bangun sendiri. Yang biasanya setiap pagi Mommy nya menyiapkan sarapan untuk mereka, kini ia harus menyiapkannya sendiri. Yang biasanya tengah malam Mommy nya selalu mengetuk pintu kamar ketika adiknya lapar minta disusui, kini ia hanya melihat Daddy nya yang mengantarkan Rudy untuk disusui.
CEKLEK!!
Suara pintu kamar Vina terbuka, Vina yang sedang duduk ditepi ranjang sambil menangis langsung menyeka air matanya.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini terus sayang?" tanya Bobby menghampiri Vina kemudian duduk disampingnya.
"Dad, rasanya masih sangat sulit ingin mengikhlaskan kepergian Mommy" ucap Vina.
"Kamu harus bisa mengikhlaskan Mommy sayang, apa kamu gak kasian dengan adekmu yang masih butuh sosok ibu? Dan itu bisa ia dapatkan dari dirimu nak. Bahkan akhir-akhir ini Daddy perhatikan kamu mulai mengabaikan adekmu. Kamu lebih suka menyendiri di kamar. Kamu masih ingat kan pesan Mommy untuk menjaganya?" nasehat Bobby pada Vina sambil mengusap rambutnya.
Vina hanya terdiam mendengar penuturan sang Daddy. Tanpa sadar ia pun meneteskan air mata. Memang benar yang dikatakan Daddy nya bahwa akhir-akhir ini dia lebih sering menyendiri di kamar setelah pulang dari kampus. Biasanya ia selalu menyempatkan waktunya sebentar untuk bermain dengan adiknya, namun sekarang ia langsung masuk dan menyendiri di kamar. Vina jadi merasa sangat bersalah pada adiknya karena ia kurang memperhatikannya.
“Dad, Vina janji mulai sekarang Vina bakal belajar mengikhlaskan Mommy walaupun terasa berat tapi Vina harus bisa. Vina juga janji akan merawat adek seperti yang Mommy sampaikan ke Vina waktu itu” ucap Vina pada Bobby.
Mendengar hal itu, Bobby pun tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia pun menarik Vina ke dalam pelukannya.
“Daddy harap suatu hari nanti kamu juga mau merawat Daddy. Sesuai dengan wasiat terakhir Mommy mu yang menginginkan kita bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan” batin Bobby sambil mengelus rambut putrinya.
BERSAMBUNG
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasiat Sang Mommy
Fiksi RemajaHarap Bijak Dalam Memilih Bacaan..!! Cerita Ini Mengandung Adegan Dewasa..!! ⛔+21