PART 29

4.3K 40 0
                                    

“Maksud ibu apa ya ibu bilang saya anak ibu?” tanya Vina yang heran saat mendengar penuturan wanita itu.

Viola terdiam, kemudian ia menatap suaminya.

“Pah, boleh Mamah ceritain yang sebenarnya sekarang?” tanya Viola pada sang suami.

Hermawan yang masih terbaring di ranjang pasien hanya menganggukkan kepalanya pelan. Ia berharap semoga saja Vina bisa menerima alasannya dengan bijak.

“Vina, kita duduk di sofa yuk” Viola mengajak Vina untuk duduk di sofa yang ada didalam kamar rawat suaminya.

“Kok ibu juga tau nama saya?” tanya Vina yang semakin bingung. Ada apa ini sebenarnya?

“Ibu akan ceritakan semuanya padamu” Viola lalu menatap Vina dengan tatapan serius.

Vina mengangguk dan duduk di sofa bersama Viola.

“Vina, perkenalkan nama ibu Viola. Kamu itu sebenarnya...” Viola menjeda ucapannya. Ia sedang berusaha menguatkan batinnya karena takut anak ini akan marah kepadanya.

“Kamu itu sebenarnya anak ibu nak” lanjut Viola.

Vina tersenyum merasa lucu dengan perkataan ibu-ibu yang berada dihadapannya ini. Apakah ibu ini sedang bercanda? Tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat jika untuk bercandaan.

“Bu, ibu jangan becanda. Saya sudah punya orangtua dan mereka sudah meninggal semua” ucap Vina.

Viola memegang dadanya dengan air mata yang mengalir. Hatinya begitu sakit seperti ditusuk ribuan jarum saat mendengar perkataan Vina bahwa orangtuanya sudah meninggal semuanya padahal mereka masih ada dan berada dihadapannya.

Viola mengambil tangan Vina dan menggenggamnya.

“Kamu itu anak kandung Mamah nak, mana mungkin Mamah berbohong” ucap Viola yang berusaha untuk meyakinkan Vina.

“Ibu mohon maaf, saya bukan anak ibu. Mungkin ibu salah orang” jawab Vina seraya menggelengkan kepalanya.

“Sar, ini sebenarnya ada apa sih?” Vina bertanya kepada Sarah berharap Sarah tau apa yang terjadi. Sarah hanya menggelengkan kepala dan mengangkat bahunya pertanda ia juga tidak tau apa-apa.

“Kamu itu anakku Vina, aku ini ibumu dan orang yang kamu tabrak itu adalah ayahmu nak. Kami berdua orangtua kandungmu. Anita dan Anton itu sebenarnya hanya orangtua angkatmu saja” ucap Viola dengan nada penuh tekanan. Nafasnya terlihat naik turun.

“Mah, tenang. Ingat kata dokter kan Mah?” tegur Hermawan agar istrinya tidak lepas kontrol.

“Ibu juga tau nama orangtuaku?” tanya Vina yang semakin kaget bahwa mereka juga mengetahui nama orangtuanya.

Apa benar yang dikatakan wanita ini jika dia anak kandungnya? Kenapa wanita ini juga seperti tau semua tentang keluarganya?

“Iya nak, kalo kamu masih gak percaya Mamah punya foto kamu waktu masih kecil” ucap Viola sambil meraih tasnya untuk mengambil sebuah foto berukuran 6R.

“Bayi yang sedang Mamah gendong didalam foto ini adalah kamu dan orang yang ada disamping Mamah sedang menggendong bayi juga adalah Anita. Kamu itu punya saudara kembar” jelas Viola.

Vina melihat jelas difoto itu ada Mommy nya dan dirinya sewaktu masih bayi karena Vina juga menyimpan foto yang sama persis di rumahnya.

“Ini gak mungkin! Mommy gak pernah cerita ke aku kalo aku bukan anak kandungnya. Ibu pasti berusaha membohongiku kan?!” ucap Vina dengan tegas.

“Nak, dengarkan penjelasanku dan cermati dengan baik. Anita dan Anton adalah majikan kami dulu nak. Mereka sangat baik kepada kami. Pada saat hari kelahiranmu, Anita juga melahirkan diwaktu yang sama. Tetapi anaknya Anita meninggal sedangkan Mamah berhasil melahirkan kamu dan juga kembaranmu. Dan kesalahan Papah dimulai dari sini. Papah begitu bodoh dulu menyerahkan kamu kepada mereka karena Papah ingin membalas budi kebaikan mereka kepada kami. Anita waktu itu sedang sakit kanker nak, Anton merasa sangat terpukul. Papah yang tak tega melihatnya alhasil melakukan kebodohan ini” Viola menjelaskan secara detail kejadian yang sebenarnya.

“Ini semua kesalahan Papah, Papah benar-benar menyesal Vina. Papah minta maaf” timpal Hermawan yang masih terbaring lemah.

Mata Vina berkaca-kaca. Ada perasaan senang dihati karena ia masih memiliki orangtua lengkap, tapi ada juga rasa sakit yang membelenggu dihatinya. Dan rasa sakit ini yang lebih mendominasi.

Batin Vina bertanya-tanya apakah ada orangtua yang dengan begitu mudahnya menyerahkan anak kandungnya kepada orang lain? Kenapa mereka menganggap dirinya seperti barang?

“Sekarang aku percaya kalo kalian itu orangtuaku” ucap Vina dengan ekspresi datar dan air mata yang mengalir.

“Apa kamu tidak marah kepada kita nak?” tanya Viola begitu lembut.

“Aku jelas sangat marah! Bahkan hatiku begitu marah dan benci kepada kalian! Aku menyesal kenapa aku harus dilahirkan dari orangtua yang rela menjual anaknya kepada orang lain seperti kalian! Apa aku ini barang?!” ucap Vina dengan agak emosi.

Hati Viola dan Hermawan sama-sama merasakan sakit yang luar biasa mendengar perkataan Vina yang membenci mereka.

“Vina, lu gak boleh ngomong kaya gitu dong! Itu orangtua lu Vin!” tegur Sarah yang merasa ucapan Vina benar-benar tidak sopan.

Tapi apa yang gue katain itu bener kan Sar? Orangtua macam apa mereka? Mereka sampai rela menyerahkan gue anaknya sendiri ke orang lain hanya untuk membalas budi! Bukankah itu sama saja seperti menjual anaknya sendiri!” jawab Vina yang masih kesal.

Viola dan Hermawan hanya terdiam sambil menangis karena menyesali perbuatannya dulu. Mereka tidak bisa membela diri walaupun semua ucapan Vina itu tidak sepenuhnya benar.

“Lu harus minta maaf sana dengan mereka orangtua lu! Sebelum lu menyesal nantinya Vin!” ucap Sarah pada Vina.

“Gue gak mau! Gue benci mereka! Mereka bukan orangtua gue! Orangtua gue itu udah meninggal!” tegas Vina.

“Kenapa hatiku terasa begitu sakit saat mengatakan ini?” batin Vina dengan menahan rasa sakit di ulu hatinya.

“Permisi, saya harus pulang sekarang!” ucap Vina.

Viola seketika membelalakkan matanya dan terus menggelengkan kepalanya dengan air mata yang mengalir deras saat Vina mulai beranjak dari duduknya.

Viola langsung duduk dilantai dan memegang kaki Vina yang membuat Vina menjadi terdiam kaku.

“Kenapa ibu harus memegang kakiku!” gumam Vina dalam hati. Ia merasa sangat berdosa karena membiarkan wanita itu memohon-mohon di kakinya.

“Jangan pulang nak! Maafin Mamah! Mamah masih pengen memelukmu” tangis Viola yang masih berlutut di kaki Vina.

Sarah yang melihatnya ikut meneteskan air matanya. Kenapa Vina bisa berbuat setega itu dengan orangtuanya sendiri?

“Aku mohon lepasin aku” pinta Vina dengan nada lirih.

“Tolong jangan pergi nak, Mamah masih sangat merindukanmu sayang” ucap Viola.

Tangis Vina rasanya ingin meledak sekarang juga. Ia ingin sekali menangis sekencang mungkin untuk melampiaskan rasa sakit di hatinya.

Dengan agak kuat Vina melepaskan tangan Viola dari kakinya hingga membuat Viola hampir terjengkang ke belakang. Tapi untung saja Sarah dengan sigap menolongnya.

“Vin, gue sumpahin lu bakal nyesel karena lu udah berbuat seperti ini dengan nyokap lu!” teriak Sarah.

Tapi Vina memilih tidak menghiraukan ucapan Sarah. Tanpa berkata apa-apa, Vina segera pergi dari rumah sakit meninggalkan mereka.

BERSAMBUNG

                                      ****

Wasiat Sang MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang