PART 19

6.3K 39 0
                                    

Hermawan memasuki kamar sambil tersenyum saat melihat istrinya bersender di ranjang sedang bermain ponsel.

“Mah, aku pengen bicara sesuatu dengan kamu” panggil Hermawan yang hendak naik keatas ranjangnya dan duduk disamping istrinya.

“Kamu mau ngomong apa Pah?” tanya Viola sang istri yang menyimpan ponselnya diatas nakas dan bersiap mendengarkan pembicaraan suaminya.

“Mamah tau gak kalo Papah akhirnya udah berhasil menemukan keberadaan nyonya Anita?” imbuhnya dengan senyum yang merekah di bibirnya.

Viola hanya mengerutkan keningnya seakan tampak tidak suka mendengar nama Anita.

“Dia udah mengambil anakku!!” ucap Viola dengan nada lirih kemudian memandang jendela kamar.

“Sayang, nyonya Anita itu tidak tau kalo Vina adalah anak kita. Jadi jangan salahin dia karena memang dia tidak tau apa-apa Mah” Hermawan mencoba memberi penjelasan pada istrinya dengan lembut.

“Tetap aja dia yang udah memisahkan aku dengan Vina!! Padahal dulu Vina masih menyusu padaku tapi dengan teganya dia membawa Vina pergi!! Nyonya Anita itu wanita jahat!!” ucap Viola dengan nafas yang memburu pertanda emosinya mulai terpancing dan mata yang mulai berkaca-kaca.

“Kalo dulu nyonya Anita mengetahui Vina itu anak kita, aku yakin dia juga tidak akan mau membawa Vina pergi sayang. Bukankah nyonya Anita dulu sangat baik sama kita? Bahkan dia udah mau memberikan kita pekerjaan dan tempat tinggal. Bukan hanya itu aja, masih banyak lagi kan kebaikan yang udah beliau berikan untuk kita. Jadi kita gak boleh menyalahkannya karena memang dia gak salah apa-apa” jelas Hermawan yang masih berusaha menenangkan dan menasehati istrinya.

“Karena alasan itu pula Papah rela menyerahkan anak kita pada mereka karena Papah ingin membalas semua jasa dan kebaikan mereka, benar kan?” ucap Viola dengan air mata yang mulai mengalir.

Hermawan hanya bisa tertunduk. Memang semua ini adalah kesalahannya, karena ia mengira semuanya akan baik-baik saja setelah dia menyerahkan anaknya kepada Anita dan Anton mendiang suaminya dahulu sebab mereka masih bisa bertemu dengan Vina.

Anton pun sudah berjanji pada mereka bahwa dia dan Anita tidak akan pindah dari kota itu. Tapi ternyata setelah Anton meninggal, Anita malah pindah ke kota lain dengan membawa Vina sehingga mereka jadi kehilangan jejak Anita. Akhirnya Viola mengalami depresi bahkan hampir gila karena ia tidak bisa bertemu dengan anaknya.

“Kamu hanya kasian dengan tuan Anton yang begitu terpukul saat mengetahui anaknya yang baru lahir itu telah meninggal. Makanya kamu rela menyerahkan Vina pada mereka. Tapi apa kamu memikirkan gimana perasaanku? Kamu memberikan kebahagiaan untuk mereka, tapi kamu menanamkan duri dihatiku yang membuat hatiku sakit Pah!!” ucap Viola yang tak ingin memandang wajah suaminya karena ia sedang menangis.

“Maafin Papah Mah” ucap Hermawan yang mencoba merebahkan kepalanya dipangkuan Viola dan memeluk istrinya.

“Aku udah memaafkan kamu dari dulu, tapi rasa sakit yang kau tanam ini takkan pernah bisa hilang Pah. Jika aku tidak memikirkan anak kita Vino, mungkin aku udah tinggalkan kamu dari dulu” ujar Viola sambil menyeka air matanya.

“Aku janji akan menebus semua kesalahanku dulu. Aku akan bawa Vina kembali pada kita lagi Mah. Mamah tau sekarang anak kita udah besar tumbuh menjadi gadis cantik loh, persis banget seperti Mamah waktu muda” Hermawan pun berjanji pada istrinya akan menebus semua kesalahannya.

“Benarkah itu Pah?” tanya Viola dengan senyum yang mengembang saat mendengar anaknya sudah besar.

“Iya sayang, dia sangat cantik mirip seperti kamu” jawab Hermawan yang mendudukkan dirinya kembali disamping istrinya.

“Mana fotonya Pah? Aku mau liat anak kita sekarang” pinta Viola yang tak sabaran ingin melihat putrinya yang telah lama menghilang sambil menghapus air matanya dan terpancar binar bahagia di mata Viola.

“Astaga, Papah lupa motoin Mah” Hermawan menepuk jidatnya karena ia lupa memfoto Vina untuk ditunjukkan kepada istrinya.

“Kenapa bisa sampai lupa sih Pah?” ucap Viola dengan nada kecewa dan menghela nafasnya.

“Maaf sayang, tapi kan lebih bagus kalo ketemu langsung dengan orangnya Mah daripada hanya fotonya doang”

Viola hanya mengangguk dan senyum-senyum sendiri karena membayangkan seperti apa anaknya sekarang.

Hermawan merangkul pundak istrinya, Viola pun menyenderkan kepalanya ke bahu sang suami.

“Besok kita ke makamnya nyonya Anita ya Mah” ajak Hermawan.

“Apa??!! Nyonya Anita udah meninggal?” Viola yang kaget pun mengangkat kepalanya lalu menatap suaminya.

“Iya sayang, dia meninggal dari sebulan yang lalu karena penyakitnya itu”

Innalillahi wa innailaihi raji'un, semoga almarhumah nyonya Anita tenang ya disana” Viola kembali menyenderkan kepalanya lagi.

BERSAMBUNG

                                    ****

Wasiat Sang MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang