PART 20

7.5K 51 1
                                    

Hari ini adalah jadwal Rudy diimunisasi yang kedua. Vina tampak begitu antusias untuk mengantarkan adiknya imunisasi. Setelah selesai ngampus, Vina pun bergegas langsung pulang ke rumah.

Tadinya ia sempat dicegah tidak dibolehin pulang dengan ketiga sahabatnya karena ingin diajak shopping. Tapi Vina lebih mementingkan adiknya daripada berbelanja karena ia pikir masih ada hari esok untuk pergi belanja.

"Kamu udah siap belom nak?" tanya Bobby ketika membuka pintu kamar Vina.

"Bentar lagi Dad" jawab Vina yang terlihat sedang merapikan jepitan rambutnya didepan cermin.

"Oh iya, stroller adek udah Daddy masukin ke dalam mobil kan?" tanya Vina yang kini menoleh ke arah Daddy nya.

"Udah Daddy masukin kok sayang" jawab Bobby.

"Yaudah, Daddy tunggu di mobil aja dulu. Nanti Vina nyusul. Vina mau gendong adek dulu" ucap Vina sambil berjalan menuju ranjang Rudy yang terlihat sedang bermain sendiri.

Bobby mengangguk dan menutup pintu kamar Vina kembali.

"Sayang, kita jalan-jalan yuk" ajak Vina yang tersenyum pada adiknya dan Vina segera mengambil gendongan bayi. Kemudian ia mengambil Rudy dan memasukkan Rudy ke dalam gendongan bayi itu sambil memposisikan kepala sang adik senyaman mungkin.

Vina langsung keluar dari kamarnya dan menuju halaman rumahnya. Disana tampak Bobby sedang berdiri disamping mobil sambil berbincang dengan Pak Slamet sang supir.

"Dad, ayo kita berangkat" ajak Vina yang sudah berada dibelakang Bobby.

Bobby memutar badannya dan menoleh ke arah Vina serta putra kecilnya yang berada dalam gendongan Vina.

"Halo jagoan kecilnya Daddy, hari ini waktunya kamu diimunisasi lagi. Nanti kamu jangan nangis ya sayang kalo disuntik" ucap Bobby sambil mencium pipi putranya.

"Apa gak sebaiknya Rudy ditaruh di car seat nya aja sayang biar kamu juga gak capek gendong adekmu terus?" saran Bobby pada putrinya.

"Gak usah deh Dad, ntar yang ada adek malah nangis kalo gak digendong" Vina menolak saran dari Daddy nya karena ia yakin pasti di tengah perjalanan nanti Rudy bakalan nangis.

"Baiklah kalo kamu maunya gitu, ayo masuk" ucap Bobby yang membukakan pintu mobil untuk Vina dan Vina pun segera masuk ke mobil.

Bobby menutup pintu mobilnya kembali, lalu ia berjalan menuju ke bagian kursi pengemudi dan segera menyalakan mesin mobilnya.

"Kita berangkat sayang" ujar Bobby sambil memindahkan gigi dan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Rumah Sakit

Akhirnya mobil mereka pun tiba di rumah sakit tempat dimana Rudy akan melakukan imunisasi yang kedua. Bobby segera mencari parkiran yang kosong kemudian langsung memarkirkan mobilnya.

Vina keluar dari mobil sambil membawa sang adik dalam gendongannya. Bobby yang baru saja keluar dari mobil langsung membuka bagasi belakangnya untuk mengeluarkan stroller putranya.

"Kamu masukin adekmu kesini aja nak, biar gak capek gendong terus" ucap Bobby saat sudah meletakkan stroller bayi itu di tanah.

Vina hanya mengangguk dan ia meletakkan sang adik ke dalam stroller tersebut. Vina dan Bobby pun mulai memasuki rumah sakit sambil mendorong stroller bayinya.

Setelah melakukan pendaftaran, mereka duduk di kursi ruangan ibu dan anak untuk menunggu giliran nama Rudy yang dipanggil.

"Atas nama Rudy, silahkan masuk ke dalam" begitulah panggilan dari sang perawat. Vina dan Bobby pun langsung membawa Rudy masuk ke dalam ruangan.

"Oeeek... Oeeekk..." suara tangisan Rudy pecah saat ia disuntik dokter dibagian pahanya.

"Dad, adek pasti kesakitan" ucap Vina dengan raut wajah yang sedih. Vina bahkan tak ingin melihat ke arah Rudy yang sedang disuntik karena ia merasa tak tega melihatnya.

"Gapapa Bu, ini udah selesai kok. Yang penting kan anak ibu jadi sehat" ucap sang dokter yang telah selesai mengimunisasi sambil menggendong Rudy dan menyerahkan kepada Vina.

Vina langsung menoleh ke arah dokter, ia hanya tersenyum saja dan mengambil alih menggendong sang adik.

"Disusui aja ya Bu anaknya biar dia lupa dengan rasa sakitnya" saran dokter tersebut dengan ramah. Vina hanya mengangguk dan membuka 3 kancing bajunya kemudian ia mulai menyusui Rudy sambil berdiri dan berjalan keluar dari ruangan itu.

Sementara itu di ruangan yang berbeda, Hermawan dan Viola tampak baru saja keluar dari ruangan psikolog tempat Viola berkonsultasi selama ini.

"Mamah harus inget kata dokter tadi ya. Kalo pengen sembuh, Mamah harus bisa mengontrol emosi dan jangan berpikiran negatif" ucap Hermawan pada sang istri sembari berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Viola hanya mengangguk dan tersenyum.

Hermawan tiba-tiba menyipitkan matanya saat melihat ada seorang gadis sedang berdiri di depan ruangan ibu dan anak dengan membawa stroller bayi.

"Mah, tunggu sebentar Mah" ucap Hermawan yang menghentikan langkah kakinya.

"Ada apa Pah?" tanya Viola yang juga ikut berhenti.

"Coba deh Mamah lihat kesana" tunjuk Hermawan ke arah gadis tersebut.

Viola pun langsung menoleh ke arah telunjuk suaminya. Tanpa sadar ia pun tersenyum haru dan air matanya menetes saat melihat gadis itu.

"Apa dia Vina anak kita Pah?" tanya Viola meminta kepastian. Tapi ia yakin jika gadis itu adalah Vina anak kandungnya.

Hermawan hanya tersenyum, ternyata memang betul kalau ikatan batin seorang ibu pada anaknya itu begitu kuat walaupun mereka sudah lama terpisahkan.

"Iya Mah, dia Vina anak kita" jawab Hermawan.

“Dia cantik Pah” ucap Viola dengan harunya.

“Mirip seperti Mamah dulu kan?”

“Tapi lebih cantik anak kita Pah” ujar Viola.

“Kalian berdua sama-sama cantik” timpal Hermawan sambil merangkul istrinya.

“Oh iya Pah, apa anak kita sekarang udah menjadi seorang ibu?” tanya Viola saat ia melihat ada stroller bayi didepan Vina.

Hermawan tak langsung menjawab pertanyaan dari sang istri, sebab kabar yang ia dapatkan dari anak buahnya bahwa putrinya itu belum pernah menikah dan masih kuliah.

Tidak lama kemudian, Hermawan dan Viola melihat seorang lelaki keluar dari ruangan itu dan mengajak Vina pergi.

“Pah, ayo kita ikuti mereka” ajak Viola sambil menarik tangan suaminya.

“Jangan sekarang ya Mah” ucap Hermawan mencoba menahan tubuh istrinya yang ingin mengikuti Vina dan Bobby.

“Emangnya kenapa Pah? Aku maunya sekarang. Aku pengen ketemu anakku dan cucuku juga” rengek Viola pada sang suami.

“Sayang, bayi itu bukan cucu kita. Kamu liat pria yang bersama Vina itu, dia adalah suami barunya nyonya Anita alias ayah angkatnya Vina. Dan bayi yang sedang digendong Vina itu adalah anaknya mereka” Hermawan memberi penjelasan pada istrinya bahwa itu bukan cucunya.

“Kita pasti akan temui Vina sayang, tapi bukan sekarang ya. Tunggu disaat dan waktu yang tepat” ucapnya lagi.

Hermawan tak ingin gegabah menemui Vina karena ia takut nantinya Vina menjadi sangat shock.

“Tapi kapan Pah?” tanya Viola yang terlihat kecewa.

“Sabar sayang, sebentar lagi kok” jawab Hermawan sambil mengelus kepala sang istri sembari berjalan keluar rumah sakit.

BERSAMBUNG

                                    ****

Wasiat Sang MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang