Sudah sepekan Vina merawat dan menjaga kedua orangtuanya di rumah sakit. Hari ini tibalah waktunya mereka diperbolehkan pulang ke rumah oleh dokter.
Viola sudah tampak sangat sehat, hanya luka sayatan di pergelangan tangannya saja yang masih belum sembuh. Sedangkan Hermawan tinggal kakinya saja yang masih harus diterapi agar ia bisa berjalan normal kembali.
Kini Vina sedang berjalan sambil mendorong kursi rodanya Hermawan dari belakang dan diikuti Viola disampingnya. Mereka saat ini sedang menuju ke koridor rumah sakit untuk menunggu taksi online yang sudah dipesan oleh Vina sebelumnya.
Akhirnya sebuah mobil Avanza hitam datang memasuki koridor rumah sakit.
"Atas nama Mbak Vina ya?" tanya seorang pria yang merupakan supir taksi tersebut.
"Iya benar pak, bapak supir taksi online yang saya pesan?" tanya Vina untuk memastikan dirinya tidak salah orang.
"Iya mbak, mari silahkan masuk" ajak supir itu sambil membukakan pintu penumpang bagian belakang.
"Pak, boleh minta tolong dorongkan kursi roda Papah saya gak?" pinta Vina pada sang supir.
Keadaan tidak memungkinkan jika Vina tetap mendorong kursi roda itu karena di depan sana ada turunan. Ia takut tidak kuat menahan dan akhirnya membuat Hermawan terjatuh.
Mereka semua pun segera masuk ke dalam mobil taksi itu dan sang supir langsung menancap gas menuju ke rumah orangtuanya Vina.
Setibanya di rumah orangtuanya, Vina membantu mereka masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.
"Mah Pah, Vina mau pulang dulu ya" pamit Vina pada kedua orangtuanya.
Viola menatap Hermawan lalu menatap Vina dengan wajah yang tidak rela membiarkan Vina pergi.
"Kamu kenapa gak nginap disini aja sih nak?" tanya Viola.
Vina terdiam sesaat. Vina merasa selama seminggu ini ia sudah jarang sekali bermain dengan adiknya karena sibuk bolak balik ke rumah sakit untuk menjaga orangtuanya.
"Ada sesuatu yang harus Vina kerjakan di rumah Daddy Mah" jawab Vina mencari alasan yang tepat.
"Yasudah, tapi besok kamu harus kesini lagi ya" ucap Viola.
Vina tersenyum dan mengangguk cepat. Lalu ia menyalim tangan kedua orangtuanya kemudian pergi meninggalkan rumah mereka.
***
Vina baru saja sampai di rumah pukul 4 sore, ia teringat pasti stok asinya Rudy yang ia siapkan sebelum pergi ke rumah sakit tadi pagi sudah habis. Takutnya Rudy juga sedang rewel.
Saat memasuki rumah, ia mendengar gelak tawa seorang wanita dari ruang keluarga. Ia merasa heran karena jarang sekali ada wanita yang bertamu ke rumahnya selain tantenya. Tapi dari suara tawanya sangat jelas berbeda dengan suara tantenya.
Lantas Vina yang merasa penasaran pun langsung berjalan menuju ruang keluarga.
"Hai sayang, kamu udah pulang nak?" sapa Bobby yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.
Vina tak menghiraukan pertanyaan Bobby, ia hanya fokus melihat Rudy yang sedang berada di pangkuan seorang wanita yang seumuran dengan Bobby.
"Itu anakmu Bob?" tanya wanita tersebut.
"Iya dia anakku" jawab Bobby seraya menganggukkan kepalanya.
"Kamu namanya siapa cantik?" tanya wanita itu kepada Vina.
"Vina" jawab Vina begitu singkat dengan wajah datarnya.
"Ya ampun Bob, anakmu lucu banget sih" ucap wanita itu sambil menciumi pipi Rudy yang gembul. Namun sepertinya Rudy merasa risih karena bibir mungilnya tampak melengkung kebawah bersiap untuk menangis.
Tangisan Rudy pun langsung pecah memenuhi seisi rumah saat wanita itu tidak juga menghentikan ciumannya.
Saat Vina ingin mengambil Rudy untuk digendong, tapi sudah keduluan wanita itu yang membawa Rudy dalam gendongannya.
"Cup cup cup.. Kamu laper ya sayang? Mau minum susu?" ucap wanita itu sambil mencoba menenangkan Rudy, namun tangisan Rudy malah semakin kencang.
"Bob, sufornya ada gak? Kayanya anakmu laper deh" tanya wanita itu.
"Sufor itu apa?" tanya Bobby mengerutkan keningnya.
"Maksudnya susu formula" jawabnya.
"Emmm gak ada susu formula, tapi nanti biar aku suruh bibi ke warung untuk belikan susu formulanya" ucap Bobby.
"Enak aja Rudy mau dikasih susu formula, kan ada aku disini!" batin Vina yang kesal.
Apa Bobby lupa kalau Rudy tidak boleh minum susu formula karena dia masih meminum asi?
Vina yang merasa kasian kepada adiknya lantas berjalan ke arah wanita itu, lalu ia segera mengambil paksa Rudy dari gendongan wanita itu.
"Rudy gak butuh susu formula!" ucap Vina dengan nada jutek dan wajah datar. Lalu ia membawa Rudy naik keatas menuju kamarnya untuk disusui.
"Anakmu kenapa sih Bob?" tanya wanita itu yang heran melihat sikap dingin Vina.
Bobby hanya bisa menggelengkan kepalanya sembari mengangkat kedua bahunya saja.
"Kamu kok mau aja sih sayang di gendong dengan tante tante itu?" tanya Vina sambil membuka kancing bajunya dan segera mengarahkan putingnya ke dalam mulut adiknya.
Rudy langsung menghisap puting Vina dengan lahap, ia pun juga sudah tidak menangis lagi. Mata bulatnya terus menatap wajah kakaknya dengan tangan mungilnya yang sedang memegang sebuah boneka kecil berbahan lembut.
"Tuh kan pipi kamu jadi merah merah kena lipstik tante itu" Vina mengambil tisu dan membersihkan bekas lipstik yang menempel di pipi adiknya.
Vina tiba-tiba meringis sakit saat Rudy menggigit putingnya. Mungkin karena gusinya gatal mau tumbuh gigi.
"Baru mau tumbuh gigi aja rasanya udah nyeri, apalagi kalo udah ada giginya? Astaga gue gak bisa membayangkan gimana rasanya. Mungkin puting gue bisa lecet" gumam Vina dalam hati.
Tok..tok..tok..!!
"Masuk!" ucap Vina saat mendengar suara ketukan pintu kamarnya.
"Permisi non, ini bibi bawain jus jambunya" bibi datang dengan membawa nampan yang berisi segelas jus jambu.
"Taruh diatas meja aja bi. Oh iya bi, tolong siapkan air hangat untuk Rudy mandi ya" pinta Vina pada bibi.
"Baik non, nanti bibi siapin" jawab Bi Inem sembari pergi menuju kamar mandi untuk menyiapkan segala perlengkapan mandi Rudy.
BERSAMBUNG
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasiat Sang Mommy
Teen FictionHarap Bijak Dalam Memilih Bacaan..!! Cerita Ini Mengandung Adegan Dewasa..!! ⛔+21