Dini Hari
Waktu menunjukkan pukul 01.00 WIB, Bobby terbangun dari tidurnya. Ia keluar dari kamarnya berniat ingin menuju ke dapur untuk mengambil minum karena merasa haus. Keadaan rumah saat ini dalam kondisi remang-remang hanya ada cahaya lampu dari ruang keluarga saja.
“Tuan? Ada apa tuan bangun tengah malam begini?” sapa pembantu rumah tangganya yang tak sengaja berpapasan dengan Bobby di ujung tangga bawah.
“Bi, bisa tolong ambilkan saya minum di kulkas gak? Soalnya saya haus nih” pintahnya pada wanita paruh baya itu.
“Baik tuan” ucap sang pembantu bernama Inem yang segera pergi mengambilkan minuman di dapur untuk majikannya. Sementara Bobby menunggu di ujung tangga sambil menyenderkan badannya di pagar tangga. Tak butuh waktu lama bibi pun datang dengan membawa segelas air.
“Ini tuan minumannya” ucap bibi sambil menyerahkan gelas yang berisi air kepada sang majikan.
“Terima kasih Bi, Bibi boleh pergi sekarang” balas Bobby sambil tersenyum.
Pembantu itupun hanya mengangguk dan segera pergi meninggalkan Bobby yang sedang meneguk minumannya. Namun lidah Bobby merasakan ada yang aneh dari minuman itu.
“Minuman apa ya yang Bibi kasih? Kok rasanya kurang familiar di lidahku?” gumam Bobby. Kemudian ia meminum lagi minuman itu hingga habis tak tersisa karena memang dia merasa sangat haus.
Setelah menghabiskan minumnya, Bobby teringat dengan pekerjaannya. Dia memilih untuk berjalan menuju ruang kerjanya yang terletak dibawah tangga. Bobby merasakan tubuhnya saat ini sedikit ringan dan rasa kantuknya juga seakan sirna sehingga ia memilih untuk melanjutkan pekerjaan kantornya yang belum selesai tadi siang.
1 jam Bobby duduk menghadap komputer, tiba-tiba ia merasa kepalanya agak berat dan pusing. Tubuhnya juga terasa panas. Pandangannya pun mulai kabur saat melihat layar komputer.
“Sepertinya badanku mulai gak enak, lebih baik aku tidur lagi aja” gumam Bobby sambil berusaha berdiri karena kini untuk berdiri saja ia merasa sangat lemas.
Saat baru tiba di ujung tangga bawah, Bobby mendengar suara rengekan bayi dari atas sana.
“Pasti Rudy nangis lagi” ucap Bobby sambil berjalan menaiki anak tangga dengan sedikit sempoyongan.
Semenjak selesai diimunisasi, Rudy jadi sedikit rewel. Sebentar-sebentar nangis dan tidurnya pun juga tidak nyenyak. Tapi kata dokternya itu hal yang wajar asal tidak disertai demam tinggi.
Sesampainya di lantai atas, Bobby membuka pintu kamarnya. Yang ia lihat pertama kali adalah keberadaan Vina disana. Dan sialnya lagi, posisi Vina sedang menungging di pinggir ranjang dengan memakai piyama putih sebatas lutut yang begitu menerawang hingga bra dan juga CD nya terlihat jelas oleh Bobby.
Tubuh Bobby semakin bertambah panas, napasnya mulai berat tidak beraturan dan gairahnya juga kini mulai muncul saat memandangi tubuh sintal anak tirinya itu. Dengan agak sempoyongan, Bobby berjalan perlahan mendekati Vina.
“Daddy kemana aja sih? Disuruh jagain adek malah ditinggal. Kalo kaya gini mending adek tidur sama Vina aja” gerutu Vina yang sedang menenangkan sang adik dengan mengusap kepalanya saat melihat Daddy nya yang baru memasuki kamar.
Baru saja Vina akan menggendong Rudy, tiba-tiba ia terdorong ke samping hingga berbaring terlentang dengan posisi kaki yang masih di lantai.
“Dad, apa-apaan sih??!!” teriak Vina saat melihat Daddy nya berdiri dihadapannya dengan mata yang sayu.
“Apa yang Daddy lakukan?” tanya Vina yang mulai merasa takut dengan Bobby saat ini karena Vina merasa Bobby tidak seperti biasanya.
“Sayang, kamu terlihat seksi banget sih malam ini” ucap Bobby dengan seringai mesumnya.
Saat Bobby ingin menjatuhkan tubuhnya diatas Vina, dengan cepat Vina menghindar dan menggulingkan tubuhnya ke samping. Bobby pun terbanting dengan posisi tengkurap.
“Kamu mau kemana sayang?” tanya Bobby dengan cepat mencekal tangan Vina yang akan beranjak dari ranjang. Piyama Vina ikut tertarik akibat tarikan tangan Bobby hingga payudaranya terlihat menyembul dibalik bra. Bobby pun tersenyum mesum.
“Lepaskan aku Dad!!” Vina sudah merasa was-was.
Brukk!!
“Awww.. Sakit Dad!!” pekik Vina saat tubuhnya ditarik oleh Bobby hingga ia terbaring diatas tubuh Bobby.
Mmmuuaaacchh..
Bobby berhasil mencium bibir Vina. Tubuh Vina mendadak mematung tak bisa bergerak sama sekali saat Bobby menciumi bibirnya. Yups, ciuman pertamanya telah diambil oleh Bobby orang yang telah Vina anggap seperti ayah kandungnya sendiri.
“Sayang, kamu sangat seksi sekali. Aku jadi tak sabar ingin menikah dan memadu kasih denganmu” racau Bobby sambil meremas payudara Vina yang sintal dari luar piyama dan tangan yang satu lagi membuka kancing piyama Vina satu persatu.
“Aaahhh, please jangan Dad!” ucap Vina dengan mendesah karena payudaranya diremas oleh Bobby.
Vina mencium aroma alkohol dari napas Bobby. Walaupun Vina tidak pernah meminum alkohol, tapi ia tau persis baunya.
“Apa Daddy sedang mabuk ya? Tapi kenapa? Padahal selama ini kan Daddy gak pernah minum minuman seperti itu” batin Vina dalam hati.
“Oeeeek... Oeeekk..” suara tangisan Rudy menyadari Vina dari pikirannya.
“Lepasin Dad!! Adek nangis tuh” ucap Vina yang berusaha berontak melepaskan diri dari Bobby.
Bobby bukannya melepaskan, ia malah menggulingkan tubuh Vina hingga kini posisinya Vina berada dibawah Bobby.
“Aku tidak akan melepaskanmu sayang” ucap Bobby yang mengelus wajah Vina.
“Aku mohon Dad, lepaskan aku sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan!!” Vina terus memohon dengan menahan rasa takutnya. Ia yakin sebentar lagi pasti akan terjadi hal buruk yang menimpanya.
Bobby memegang wajah Vina hingga ia tak bisa menggerakkan kepalanya. Bobby mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Vina. Ciuman itu kembali terjadi. Bobby terlihat begitu agresif sampai membuat Vina sulit bernafas. Vina mencoba memukul-mukul dada Bobby agar Bobby menghentikan ciumannya. Tapi ternyata malah membuat Bobby semakin tambah agresif.
“Aaaahh.. Dad!!” Vina mendesah saat salah satu tangan Bobby meremas payudaranya.
Ditengah ciumannya yang panas, Vina berusaha menggigit bibir Bobby.
“Awww...” teriak Bobby yang kesakitan karena bibirnya digigit sembari melepaskan ciuman panasnya.
“Kenapa kamu menggigit bibirku Vina sayang?” tanya Bobby. Walaupun nada bicaranya biasa saja, tapi tatapan Bobby sangat tajam.
“Kau benar-benar lelaki brengsek Dad!!” teriak Vina didepan muka Bobby dengan air mata yang mulai mengalir.
“Kenapa kamu menyalahkan aku? Justru kamulah yang menggodaku duluan Vina, karena kamu berpakaian seksi seperti ini. Kamu udah membuatku tergoda, jadi kamu juga yang harus tanggung jawab!!” ucap Bobby secara tegas.
Belum sempat Vina menjawab, bibirnya sudah dicium kembali oleh Bobby dan bukit kembarnya pun juga tak luput dari remasan tangan Bobby.
Vina hanya bisa menangis histeris dengan kaki dan tangan yang berusaha menendang Bobby. Tangisan Rudy pun juga ikut serta mengisi kamar itu.
BERSAMBUNG
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasiat Sang Mommy
Teen FictionHarap Bijak Dalam Memilih Bacaan..!! Cerita Ini Mengandung Adegan Dewasa..!! ⛔+21