PART 33

4.2K 42 0
                                    

Di Rumah Sakit

Saat ini Bobby sedang duduk disamping ranjang pasien yang diatasnya terdapat pasien yang tengah terbaring lemah. Pasien itu bernama Hermawan, ayah kandungnya Vina. Bobby memang sengaja pergi ke rumah sakit karena selain ingin menjenguk, ia juga ingin memastikan apakah benar Hermawan adalah ayah kandungnya Vina.

"Maaf anda ini siapa ya? Dan apa tujuan anda kesini?" tanya Hermawan.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Bobby, saya adalah ayah tirinya Vina" jawab Bobby sembari menjulurkan tangannya.

"Ayah tiri? Memangnya kapan anda menikah dengan istriku?" tanya Hermawan yang terlihat bingung dan mengerutkan keningnya.

Bobby menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia jadi merasa canggung berhadapan dengan Hermawan.

"Maksud saya, saya Bobby ayah angkatnya Vina. Saya cuma mau bertanya, apa benar anda orangtua kandungnya Vina?" ucap Bobby.

"Kenapa? Apa anda tidak percaya?!" tanya Hermawan dengan suara dingin dan juga ekspresi datarnya.

"Astaga susah sekali sih berhadapan dengan orang ini!" gerutu Bobby dalam hati.

Saat awal kehadiran Bobby, Hermawan hanya menampilkan wajah datarnya saja seperti tak suka melihat kehadiran Bobby.

"Bukan gitu pak, saya hanya ingin memastikan aja" jawab Bobby.

Bobby lalu mengalihkan pandangannya ke arah ranjang pasien yang berada disebelah Hermawan. Tampak seorang pasien wanita tengah tertidur di ranjang itu.

"Pasien itu siapa pak?" tanya Bobby.

"Dia istriku, ibu kandungnya Vina" ucap Hermawan yang kini tengah memakan buah apel.

"Apa yang terjadi dengannya?" tanyanya lagi.

"Kemaren dia berusaha untuk mengakhiri hidupnya dengan mengiris pergelangan tangannya sendiri hingga mengalami pendarahan" jawab Hermawan sembari menatap ke arah ranjang istrinya.

"Tapi kenapa pak sampai istri anda bisa senekat itu?"

"Karena kemaren Vina marah kepada kami, Vina mengira kami menjual dia kepada nyonya Anita dan juga tuan Anton. Padahal saya hanya berniat baik ingin membantu tuan Anton agar nyonya Anita gak bersedih karena anak yang baru saja mereka lahirkan itu meninggal. Dan yang harus Vina tau, kami tidak mendapatkan imbalan apapun dari tuan Anton maupun nyonya Anita. Kami membantu mereka ikhlas dari hati" Hermawan memberikan penjelasan sambil menghela nafasnya.

"Jika saya berada diposisi bapak, saya gak akan menyerahkan anak kandung saya sendiri kepada orang lain dengan mudahnya. Apalagi hanya dengan alasan berhutang budi, jadi menurut saya sangat pantas jika Vina marah" jawab Bobby.

"Iya saya tau, maka dari itu saya sangat menyesali perbuatan saya. Karena kebodohan yang saya lakukan, istri saya sampai harus mengalami depresi" ucap Hermawan dengan tatapan sendu.

"Jika saya boleh minta tolong, tolong bantu saya bujukin Vina agar dia mau menjenguk ibunya sekali ini saja gapapa. Mungkin dengan cara dijenguk oleh anaknya, istriku bisa siuman. Dia boleh membenci saya, tapi jangan membenci ibunya karena dia gak salah apa-apa" sambung Hermawan sambil menyeka air matanya.

"Saya pasti akan bantu bapak untuk membujuk Vina" ujar Bobby yang merasa iba dengan pria paruh baya yang sudah tampak keriputan diwajahnya.

"Daddy gak perlu membujukku" ucap Vina yang entah dari kapan sudah berada didepan pintu ruang rawat dimana Hermawan dan Viola dirawat.

Wasiat Sang MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang