Part 4 - Pretty

16.7K 1.7K 53
                                    

Tangan kanan Mauri sudah pulih kembali, Daddy tidak marah lagi padanya membuat Mauri senang. Namun tetap saja Daddy kembali menegaskan pada Mauri agar tidak lagi cari pacar, apalagi pria yang tidak jelas di mata Daddy.

Mommy juga menambahkan jika ia tak boleh tergiur dengan pria yang good looking. "Yang penting harus good rekening sih." Daddy yang mendengar itu memutar bola matanya malas.

Mauri hanya mengangguk. Dalam waktu dekat ini mungkin belum. Ia tak berjanji untuk waktu ke depannya. Usia Mauri telah dua puluh lima tahun. Sebentar lagi pergantian tahun, Mauri tak ingin tinggal duduk manis saja menyambut jodohnya datang. Mauri harus mencari.

Kesenangan Mauri tergantikan dengan rasa dongkol saat Daddy menyuruhnya ke klinik hewan milik Dayyan. Memang hanya dekat. Hanya beda blok saja, tapi tetap membuat Mauri malas karena berurusan dengan Pretty.

Hari ini jadwal vaksin serta perawatan kesehatan pada Pretty.

"Daddy kan mau keluar. Sekalian bawa Pretty dong." Protesnya.

"Kamu saja." Daddy kini memasang gendongan kucing di badan Mauri yang cemberut, kemudian mengangkat Pretty yang mengamuk, seakan tak ingin bersama Mauri. "Sstt, kamu sama Kakakmu dulu. Daddy mau pergi sama Mommy." Pretty mendusel manja pada dada Daddy.

Mauri menatap jengah tingkah kucing centil itu dan tentunya tingkah Daddy. Berujar manis dengan ekspresi datar.

Daddy pun menaruh Pretty ke gendongan kucing.

Mauri menunduk menatap Pretty yang menggeram seakan ingin mencakar wajah Mauri, bahkan kakinya bergerak ingin menggapai wajah Mauri. "Eh, eh, nakal. Gue buang lu..."

"Adek!" Teguran Daddy membuat Mauri cemberut.

"Ya udah. Aku nebeng."

"Kamu pake skuter mu aja."

Mata Mauri melotot. "Daddy, anak kesayangan Daddy ini berat!" Menyindir Daddy menyebut Pretty sebagai anak kesayangan Daddy.

"Kamu tinggal duduk. Lagian nanti kamu pulang pake apa kalau kamu nebeng."

"Ta..."

"Daddy, ayo dong cepat!!" Teriakan Mommy membuat Mauri tak melanjutkan protesnya.

"Jangan lupa pake helm."

Mauri pun mencondongkan kepalanya, mengira Daddy akan memakaikan helm padanya. Kepalanya didorong.

Mauri melongo saat Daddy memakaikan helm untuk Pretty. Lalu pergi begitu saja.

Mauri mencebik kesal. Memegang leher Pretty seakan ingin mencekiknya, kucing centil itu mengeong keras. Daddy berteriak agar ia tak mengganggu Pretty. Mauri melotot pada Pretty yang kembali mengeong dan ekspresinya begitu sombong.

Mauri benar-benar bukan lagi anak kesayangan Daddy. "Daddy, engkau sungguh jahat. Aku kira, aku yang paling istimewa," ujarnya dramatis meratapi nasib. Pretty kembali mengeong membuatnya memarahi kucing itu yang kembali bergerak seakan ingin mengajaknya berkelahi.

Segera ia ke carport untuk mengeluarkan skuternya. Duduk manis dan mulai mengendarai kendaraan listrik tersebut ke klinik hewan milik Dayyan.

"Awas ya lo nakal! Gue bakal buang lo, terus lo dipungut orang jahat dan organ-organ lo diambil," gerutu Mauri sepanjang jalan. Pretty mengeong tiada hentinya seakan membalas Mauri. "Dan gue bakal jadi anak kesayangan Daddy lagi!" Mauri ketawa jahat.

Tiba di sana, ia tak melihat Dayyan. Hanya ada dua perawat. "Halo Pretty," sapa salah satu perawat.

Pretty mengeong, bersikap manis pada perawat tersebut membuat Mauri mendengus kesal.

MleyotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang