Part 24 - Liburan (1)

10.9K 1.3K 136
                                    

Mauri menghela nafas panjang menatap hujan rintik di luar. Mengangkat cangkir teh menggunakan tangan kanannya lalu menyerutup tehnya. Lalu, kembali menaruh tehnya di atas meja. Untuk kesekian kalinya menghela nafas panjang.

Haruskah Mauri meraih buku, layaknya pemeran wanita dalam sebuah film. Duduk di depan jendela seraya menikmati teh dan menatap rintik hujan di luar sana.

Mauri malas membaca...

"Anaknya Mommy yang paling cantik!" seruan tersebut membuat Mauri menoleh, menatap malas Mommy yang berdiri di ambang pintu kamarnya. "Kamu mau ikut, gak?"

"Ke mana? Tahun baru udah lewat, Mom," ujar Mauri lemas. Sebelum tahun baru, tepatnya seminggu yang lalu Mauri mengajak orang tuanya berlibur, tapi mereka tidak mau. Saat Mauri mengutarakan keinginan untuk liburan sendiri, orang tuanya tentu tak mau. Maka Mauri mengurung diri di kamar saat malam tahun baru, meski saat malam itu di halaman rumah ada acara makan-makan bersama.

Selain karena tak pergi liburan tahun baru, alasan lainnya Mauri yang mengurung diri karena hubungannya dengan Sagara. Mauri memblokir kontak Sagara bahkan akun media sosial pria itu. Benar-benar tak ingin bicara pada Sagara. Bahkan saat Lavanya yang ingin bicara padanya pun, ia tidak acuhkan bahkan mengancam akan memblokir kontak Lavanya jika wanita itu mencoba membuatnya berbaikan dengan Sagara.

Sebenarnya Mauri tak semarah itu...

Hanya....

Mauri malu.

Mauri malu setelah mencium Sagara!!!

Mau ditaruh di mana muka Mauri?!

Meski tingkat kepercayaan dirinya selalu melampaui batas, tapi tetap saja Mauri memiliki rasa malu. Apalagi terhadap laki-laki yang ia sukai, cintai, sayangi, kasihi!

"Ayo, ikut aja. Kamu pasti suka. Kita bakal senang-senang!" seru Mommy tertawa. Sebelum pergi, ia menambahkan. "Jangan lupa bawa pakaian yang tebal."

Mata Mauri langsung berbinar. Segera melompat dari duduknya. "Mbak Yeni!!" teriaknya memanggil salah satu ART untuk membantunya packing.

Apakah mereka akan berlibur ke Swiss?

Mauri pun meraih paspor dan juga visa miliknya. Mbak Yeni datang dan segera membantunya packing.

"Terima kasih, Mbak Yeni," ujar Mauri pada Mbak Yeni setelah packing selesai. Mauri pun segera mandi. Setelah itu menggunakan pakaian yang cukup tebal. Tidak lupa memakai hooded scarf yang memiliki telinga kelinci.

Mauri pun turun ke lantai satu.

"Akhirnya nih anak keluar dari goa!" cibir Zian, digendongan pria itu ada Pretty.

"Yang gak diajak liburan, gak usah bawel!" Mauri menjulurkan lidahnya. Lalu menunjuk ke arah Pretty. "Kasihan cuma disuruh jagain Pretty!" Tertawa jahat. Pretty mengeong dengan raut marah saat ia mengejek kucing tersebut.

"Kok kamu bawa koper besar?" teguran Daddy membuat Mauri menatap Daddy.

"Kita kan mau ke Swiss, Dad!" Memeluk lengan Daddy dengan manja.

"Swiss apaan?!" Tawa Zian meledak.

"Emang kita mau ke mana sih?" Mauri berhenti memeluk lengan Daddy.

"Ke..."

Mauri cemberut setelah tiba di tempat pemancingan. Lebih tepatnya sebuah resor. Awalnya tempat tersebut hanyalah sebuah tempat pemancingan yang juga terdapat hutan, sungai, dan bukit yang memiliki jalur bagi yang ingin melakukan hiking. Beberapa tahun belakangan, tepatnya lima belas tahun yang lalu tempat tersebut pun dijadikan resor. Terdapat banyak vila yang memiliki beberapa tipe, mulai dari kecil, sedang hingga besar. Pemandangan di sana begitu indah dan suasanya yang cukup sejuk, jadi sangat cocok menjadi tempat liburan keluarga.

MleyotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang